Friday, August 7, 2015

Capenya, beli tiket harus berputar keluar.

Ini cerita lanjutan, eikeh naek kereta api, dua hari yang lalu. Kemarin, posting tentang  porter, sekarang...Tentang, repotnya membeli tiket comuter line.
Intermezo dulu. Pernah denger,  lagu dangdut berjudul: naik kereta...Ini syairnya.
Jukgijakgijuk kereta berangkat.
jukgijakgijuk hatiku gembira.
tetteret tettereet...(intro musik)

Yailahhh...bepergian itu, diperjalanan harus gembira. Hati jadi senang.
Saya termasuk, pemakai setia, alat transpormasi  ini. Berangkat, dari  Stasiun Bogor - Jakarta - Stasiun Kejaksan Cirebon, bolak balik.

Dulu, sebelum kereta api dalam kota berubah nama 'comuter line' saya naik kereta dari Stasiun Cirebon, berhenti di Stasiun akhir, Gambir Jakarta. Setelah itu saya menunggu kereta api lagi menuju Bogor.
Semenjak, diberlakukan, tidak boleh ada kereta  dalam kota, berhenti di Stasiun besar Gambir (khusus kereta jarak jauh). Saya memilih berhenti di Stasiun Jati Negara Jakarta, baru saya melanjutkan kereta ke Bogor.

Naik kereta api Cirebon menuju Bogor, ada saja yang saya rasakan. Ini cerita dukanya, sekedar kritik saja.
Duluuu....*dulu lagi*. Anggap sebagai bahan pembanding, dulu dan kini.
Sebelum comuter line masih berlaku tiket manual, bukan kartu seperti sekarang ini.Tiket kereta antar kota, seperti saya naik Cirex Ekspres, diberlakukan tiket terusan. Harga tiket kereta Cirebon - Bogor sudah termasuk di dalam harga pembelian.
Ini memudahkan penumpang, sebab tidak perlu turun ke loket untuk beli tiket lanjutan. Cukup duduk di sepanjang koridor menunggu comuter line. 
Sudah taukan, penumpang antar kota, bawaannya buanyak,  tas barang cukup berat, ditambah kardus oleh-oleh. Tiket terusan ini  sangat meringankan penumpang, yang pasti, sudah, sangattt kelelahan dalam perjalanan antar kota.


Sekarang, lain lagi nih, untuk perjalanan Stasiun Jati negara menuju Bogor, dengan tiket kartu electrik comuter line.
Saya harus memutar keluar stasiun Jati Negara  dulu, sekitar 1 km, dengan jalan yang tak rata, papingnya jalan naik turun. Udah cape di perjalanan, bawa barang lagi (berat dan banyak), muter lagi. Phiufhhh...*Kalo nggak sabar, pengen ngamuk. Penumpang harus keluar, baru antri ke loket pembelian comuter line.


Sebenarnya, saya sudah komplain dengan petugas pihak stasiun, tolonglah, dibuat jalan keluar yang lebih pendek, buat penumpang antar kota, macam saya ini.
Eh! tetap saja tak ada perubahan.
Tetap memutar dulu keluar. 
Kalo saya sudah kecapean, saya  mengupah porter,  hanya untuk beli tiket. Otomatis, saya mengeluarkan biaya tambahan. Yang praktis sih, bawa tiket komet, sayangnya saya selalu lupa bawa, itu komet, sebab milik anak saya. Slalu tak sempat pinjam waktu pulang kampung.

Demi sampai tujuan, harus bagaimana lagi, sekalipun cape, memutar yaa, dijalani juga, semoga ada solusi dari pihak Stasiun Jati Negara.
Naik comuter line, Stasiun Jati Negara ke Stasiun Bogor memakan waktu 90 menit. Setiap stasiun berhenti, untungnya, di stasiun Jati negara, saya selalu dapat tempat duduk. Kalo enggak, berdiri, bisa bisa saya keringat dingin, dunia kerlap kerlip mau pingsan. Nah! masih untung juga...*Indonesia banget, untung terus.

Sampai stasiun Bogor, taruh tiket ditempat mesin tiket, jalur keluar, kalo lampu sudah hijau, silahkan lewat.
Antri kembali, untuk mengambil uang pertanggungan kartu, dulu cuman Rp 5.000, sekarang naik jadi Rp. 10.000,-

Senangnya kembali ke rumah.
Home sweet home.



2 comments:

  1. hmm...oke agak kurang kebayang aku krn ga prnh naik CL :D.. tp sepertinya naik kereta di jkt ini memang blm sepenuhnya nyaman ya mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kereta api dan comuter line, sudah sangat nyaman. Hanya di stasiun lanjutan saja, saya harus berputar keluar, untuk melanjutkan perjalanan.

      Delete