Thursday, June 30, 2022

Jaelangkung Versi Anak Sekolahan

Sepulang sekolah.
Lima Sekawan
Lima siswi Sekolah Menengah Pertama, duduk mengeliling satu meja di dalam kelas.
"Ssttt...kalo dia nggak mau pulang, gimana?" bisikku sedikit ragu.

"Yaaa kamu, En, yang mengantarnya," potong Nana.
Langsung bibirku maju beberapa senti, naik mendekat hidung. Nana tersenyum lebar.
.
Rencananya kami akan memanggil jelangkung, permainan goib terkenal se- Indonesia, ritual supernatural memanggil arwah. 
Medianya beragam, ada yang mengunakan boneka dari batok kelapa, atau media paling sederhana, seperti yang kami lakukan.

Monday, June 27, 2022

Karena Grogi

Sudah tradisi lebaran untuk saling berkunjung, bukan sekedar salaman terus pulang, tapi duduk diam sebentar, basa-basi. 
.
Sebenarnya, perut sudah kenyang diganjal Soto Banjar dari jejeran tetangga.
Kepuhunan Vs Sempulun
Lebaran, semua tetangga, open house, menolak tawaran makan, nanti dikira nggak menghargai. 
Bisa juga sih, nggak makan, tapi makanan harus disentuh sedikit, sambil berkata, "sempulun"
Hingga saat ini aku belum tau artinya 'sempulun.' 
Ngikutin orang aja, menyebut sempulunnnn.

Sunday, June 26, 2022

Gara-Gara Celana Dalam

"Marini pingsan!!!" 
Aku hanya acuh, melihat teman pingsan, bukan ikutan heboh.
Ah! Sudah terlalu sering dia pingsan, jadi kuanggap biasa. Masa paduan suara saja, bisa bikin dia pingsan.

Kadang suka iri, melihat orang pingsan, banyak yang memperhatikan, apalagi yang pingsan wajahnya cantik. Aduheee...kaum Adam langsung kompak menolong. Si Rudi, cowok terganteng spontan membopong membawa  masuk ke ruangan Unit Kesehatan Sekolah...hmmm, begitu, ya, pingsan.
Akuuuhh, boro-boro pingsan.
Nggak pernah!!!
Gerak jalan 17 km saja, tetap kuat, apalagi aku sangat aktif, masa sih pingsan.
.
Sesuatu dalam hidupku.

Saturday, June 25, 2022

Dream Comes True

Kata Mama, setiap kata yang terucap adalah harapan dan doa.
Aku selalu percaya itu.
.
Een kecil dan saudaranya, hanya bisa terpukau mendengar cerita teman yang baru datang berlibur dari Jakarta. 
Kata mereka, di Jakarta ada banyak kendaraan dan gedung tinggi.
Wah! luar biasa ya, ibukota Indonesia itu.

Lalu aku melihat kotaku, Palangka Raya, gedung tertinggi hanya dua lantai. Tempat paling ramai dikunjungi, hanya Bundaran Besar dan pasar.

Bundaran besar, letaknya dekat dari rumahku di jalan Yos Sudarso, simpang lima. 
Bundaran tahun 1983, tempat kami berenang, suka juga berendam dengan kerbau, karena ada kumbangan air dan lumpur di pinggir bundaran.
Di tengah bundaran,  dibuat Patung Tentara membawa senjata laras panjang, sendirian, berdiri tegak siap siaga.
Aku kok percaya saja mendengar cerita teman, kalau patung itu kesepian, tengah malam, suka turun, muter bundaran. Seremkan, patungnya bisa hidup.
Hanya itu hiburan kami.

Kadang, aku suka terpukau dengan tanteku kalau pulang kampung ke Palangka Raya. Penampilan seorang istri Anggota DPR RI, Jakarta, berkaca mata hitam besar, sepatu tinggi, terlihat hebat.  Yang nggak kusuka, omongan, terlalu tinggi dan meremehkan keluarga kami, miskinlah, bla bla bla. Walau begitu, tetap aja aku penasaran dengan Jakarta.

"Kapan, ya, kita bisa ke ibukota," tanyaku pada kakak. Dia mengeleng, tidur di atas dipan kayu bersusun, aku tidur di dipan bawahnya.
Ah, itu cuman mimpi, harapan kecil anak daerah sepertiku.

Masa kecilku dihabiskan di kota Malang, lalu pindah ke Palangka Raya. 
Saat lebaran, rata-rata keluarga perantauan akan mudik ke Jawa, kami tidak. Terlalu berat diongkos. Sebaliknya, malah Nenek atau Aki Cirebon yang bertandang ke Palangka Raya.
Dipikir, berani juga nenek atau Aki datang ke Palangka Raya sendirian, demi kerinduan pada.anak dan cucu.

Tuesday, June 21, 2022

Pengalihan Hati

Sebelum apel Senin pagi, hari Sabtu menentukan nama-nama petugas upacara, dilanjutkam latihan, supaya penampilan kelas yang mendapat giliran semakin sip.

Aku paling males jadi petugas penaikan bendera.
Selalu deg-degan, cemas, kalau saja bendera terpasang terbalik, warna merah putih jadi putih merah. 
Apa nggak kiamat, bagi kita (jaman itu) bendera sangat dihormati, jatuh ke tanah saja, bisa ditegur tentara.
Satu lagi yang membuat jantungan, kalau lagu  kebangsaan Indonesia Raya selesai dinyanyikan, bendera baru naik setengah tiang...alahmak!
Walau, sebenarnya, jika terjadi kesalahan, malunya kan bertiga, tetap saja aku nggak mau jadi petugas itu.

Satu lagi tugas yang kuhindari adalah Dirigen lagu Indonesia Raya. Sadar diri aja.
Suaraku sedikit sumbang, bayangkan, kalau mengajak bernyanyi;  "Hiduplah Indonesia Raya. 1,2,3, 4."
Mengerakan tangan pada ketukan 4/4. Kalau tak selaras ketukan dan temponya, bisa kacau balau dunia pernyanyian. 

Trus, apa tugas yang aku suka? Jadi peserta upacara. Nggak juga sih, bosen banget berdiri tegak tanpa beban, jadi pengen ngobrol aja.
Tugas yang aku suka, menjadi pembawa acara...itu paling gampang, tinggal baca aja, terlalu muda, kurang tantangan.

Tugas upacara yang paling Aku suka menjadi komandan upacara.
Dasyatkan.
Aku suka berdiri di tengah lapangan, semua mata tertuju padaku seorang. 
Mungkin yang mengenalku, sewaktu SMPN -2 dan SMA Negeri-3  atau Pramuka Gudep Adyaksa, pasti sudah tau, aku selalu menjadi Pratama.

Friday, June 17, 2022

Dering Telepon Pertama dalam Hidupku

Mendengar Dering Telepon Pertama kali
"Halllllooooo."
Itu pertama kali, kulihat Mama menjawab telepon, suaranya nyaring sekali.
Oh, begitu ya jawabnya, aku melongo. 
Kejadian di tahun 1981, di sudut ruangan Hotel Amandit, Banjarmasin, Mama menerima telepon sepupunya dari Palangka Raya.

Thursday, June 16, 2022

Proses Kehidupan

Ketika anai-anai kembali pulang ke dalam tanah.
Bertanda musim hujan telah berakhir.
Nyanyian asmara kodok
jantan merayu betina dewasa.
Terdengar membahana.
Pada puncak purnama, tarian kehidupan berlangsung sepanjang malam.

Ada genangan kecil di samping langgar kayu  di Bukit Hindu.
Sepulang sekolah, aku selalu bermain ke sana. 
Berjumpa dengan sepasang kodok, yang kini malah menepi di kolam, bungkam membisu. Itu bertanda pesta kasih telah usai.
Bahagia rasanya, melihat ribuan telur kodok, melilit di tepian.
Warnanya transparan, bentuknya panjang, ada titik bulat hitam berjarak di dalamnya, berlendir.
Proses kehidupan sedang berlangsung.

Yang paling menyenangkan, melihat metaformosis kedua.
Ribuan berudu, hitam, bulat gendut, gerak berenangnya sangat lucu.
Sisa roti aku lempar, spontan berudu menyerbu.
Tahap ketiga, aku hanya  memperhatikan sampai menjadi kodok dewasa.
Di fase ini, aku mulai takut dengan kodok dewasa. Badan dan rupa, jelek, berbintik dan basah.
.
Seperti kehidupan kodok, semua melalui metaformosis
Een kecil, kurus, hitam, kutuan, melalui banyak proses. 
Sering aku bercermin, memantul wajah tak manis, jelek seperti kodok.
Baru setelah remaja, aku sadar; jangan suka minder, karena tak penting kecantikan wajah, yang penting, cantik hatinya.
Cantik menurut Allah, bukan manusia.

Wednesday, June 15, 2022

Tersiksa Karena Kutu


Sore sehabis hujan, waktu yang tepat bermain di genangan depan rumah di Bukit Hindu.
Baru mau melangkah, sudah dihadang tante di depan pintu.
Aku langsung cemberut, spontan tanganku mengaruk rambut berulang kali. 
Makluk Tuhan bernama kutu ini, kalau sudah mengigit, guatalll, nggak digaruk, tersiksa. Digaruk kuat-kuat jadi korengan. 

Tante Pancar adik Mamaku, kalau sudah berburu kutu rambut, semangat sekali.
Nggak bisa ditolak, karena perintah Mama, aku merengut, piluuuu.

Monday, June 13, 2022

Sekolah Dasar Teladan Palangka Raya, Sekolah Terakhir

Jadi murid baru lagi, hal ini terulang kembali pada diriku...
Seperti biasa, hari pertama masuk sekolah, aku selalu disuruh memperkenalkan diri di depan kelas.
Tanpa gugup, aku bercerita tentang siapa aku, kadang kebablasan, cerita tak henti kalau tak dikasih 'kode' Bu Guru.

Bagaimana aku tak jadi biasa melakukan tampil solo begini, Sekolah Dasar kulalui berpindah-pindah.
Sekolah pertama di SD Cikalahang Kab. Cirebon, trus pindah ke Kota Malang, SD Ktawang Gede, kembali ke Palangka Raya, ada tiga sekolah. Mama memindahkanku dengan alasan jarak sekolah dengan rumah jauh.
Tak heran, temanku buanyaaak, dari lintas SD, kadang aku lupa, tapi sok kenal, nggak enak nanti disangka sombong.

Saturday, June 11, 2022

Arti Kesetiaan dan Kerinduan Seekor Kucing

"Mikiiiii."
Teriak kami bergantian, ada yang menunduk mencari di kolong ranjang.
Miki, kucing jantan berbulu coklat terang, ekor pendek melengkung, berbadan besar.  Beberapa hari ini, ia sibuk tebar pesona pada betina.
Kalau sudah birahi, kadang tak mau pulang, bahkan makanpun tak berselera. Raungan mengoda betina genit, lebih didengar dibanding teriakkanku, Miki berpetualangan jauh dari rumah. Entah di mana.

Miki tak tau hari ini kami pindah rumah. 
Bapak mendapat rumah Dinas Kehutanan.
Gelisah melanda dua bocah SD, kakak beradik, bagaimana kalau Miki tak ketemu?

Sore itu aku mengayuh sepeda di belakang mobil pic up, sekali-kali menengok ke belakang, rumah kontrakan semakin jauh.
Mikiiiiii, Mikiiiii.
.
.
.
Setiap pulang sekolah, aku dan kakak kembali ke rumah Bukit Hindu, jarak sekitar 5 km, melewati jalan kecil berliuk. Aku berteriak memanggil Miki. 
Kucing itu tak tampak, mungkin dia bingung melihat penghuni baru di rumah kontrakan.

Friday, June 10, 2022

Bisnis Keluarga | Ayam Petelur

Sebutir telur rebus dibagi empat, adalah hal lumrah, maklumlah penghasilan kecil,  jumlah saudara banyak.
Tapi tidak bagi keluarga kami. Sekalipun bapak hanya pegawai negeri (baru selesai tugas belajar di Malang), rumah masih ngontrak, anak  empat, dan dua saudara Mama.
Telur ayam dan puyuh berlimpah di rumah, makan bebas, mengapa bisa begitu?
.
Bisnis Ayam Petelur
Jiwa bisnis Bapak dan Mama, diawali dari membangunan peternakan ayam petelur di Bukit Hindu.
Tugasku setiap siang, berjalan di lorong dengan ember di kiri, menciduk air dengan gayung ke tempat minum ayam.

Thursday, June 9, 2022

Bibirku Kurang Merah

"Eenn...angkat lengannya, rata,...raataaa, tegak!" dengkul tante Sukahet menekan punggungku agar tegak, menarik pundak ke belakang, lalu dengan sigap mengangkat ke dua pangkal lengan agar tak bergerak turun.
Suara perintah bercampur bunyi gamelan Bali. Sekali-kali Tante  mencontohkan gerakan tari diiringi  suaranya, seperti gamelan, sreng sreng , ce ce sreng.

"Putar, angka delapan...matanya, lihat jari, kiri, kanan." Perintahnya, tegas dan jelas.
Tante Sukahet, guru tari, juga istri polisi dari Bali. Wajah Indo Belandanya lebih dominan, tapi dialek Balinya sangat kental.
Dua kali seminggu, aku dan kakak belajar menari Bali.

Wednesday, June 8, 2022

Bocah 80-an Harus Mandiri

Srek srek srek...
Terbayangkan, menyapu lantai memakai sapu lidi, agak susah, bukan sampah yang disapu tapi debu.
Belum kepikiran mengantikan sapu lidi dengan sapu ijuk.
Karena bentuk ketrampilan siswa tahun 80-an hanya membuat sapu lidi dari daun kelapa, dan asbak dari lempung.

Selesai menyapu lantai kelas, selanjutnya menghapus papan tulis hitam, buk buk buk...penghapus kecil dari kain diisi kapuk, debu kapur berterbangan, salah-salah muka jadi putih semua.
Sebelum pulang, ada yang tak pernah aku lupa, untuk memungut sisa kapur papan tulis.
Ini penting!

Tuesday, June 7, 2022

Romansa Langgar Kayu

Kenapa film kartun selalu ditayangkan sore hari, kenapa nggak malam aja.
Kenapaaa...
Belum selesai bertanya pada diri sendiri, tiba-tiba Bapak menaruh sejadah menutupi layar televisi. Sebuah 'kode': Cepat pergi ke Langgar, sholat Magrib berjamaah.

Langsung kuambil mukena, lima belas langkah sudah sampai di langgar kecil.
Langgar berdinding papan terletak di depan rumah kontrakan kami di Bukit Hindu.
Jamaah kebanyakan anak Panti asuhan milik Pak Agus. Orang sekitarnya jarang memakmurkan langgar.

Monday, June 6, 2022

Drama Kesambar Petir

Kejadian kemarin sore, bukan hanya TV hitam putih kami yang tersambar petir
Tapii, Tante Pancar adik Mama, juga menjadi korban kesambar petir, kena di jempol kakinya.
Laiyahhh...hujan-hujan malah gosok pantat panci di pinggir sumur.

Yang ku ingat, sayup terdengar Bapak melantunkan azan, merdu di antara gemuruh, petir menyambar, angin berputar kencang.
Tiba-tiba, hujan mereda.
Aku mengintip dari horden depan, nasib rumah pohonku di depan rumah, rantingnya patah, daun-daun berserakan.
Bapak mendekatiku, lalu membuka pintu sambil berkata, "Dan kepunyaan Allahlah tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha  Bijaksana."

Sunday, June 5, 2022

Kiriman Kilat dari Tuhan

"Baju Itje Tresnawati itu, warnanya merah, loh!" kata Anita, teman sebangku, dia asyik menceritakan detail warna-warni pakaian artis.
Oooo...mulutku bulat berbentuk O kemudian menguap berulang kali, gara-gara tidur ke malaman. 
Takjub, mendengar cerita berbagai warna di acara Aneka Ria Safari. 
Tahun 80-an  acara ini sangat dinanti. Bela-belain tak tidur, demi menonton lagu dan artis baru.
Saat itu, televisi hitam putih mulai berganti TV berwarna.
Satu persatu teman sekolah punya TV baru, ramai bercerita tentang warna, aku hikmat hanya jadi pendengar.

Sepulang sekolah, aku berdiri di depan TV kayu yang ukurannya, besaaar sekali. 
Ada tutup layar, kalau dibuka, otomatis TV nyala. 
TV besar berkaki empat, layarnya cuman14 inci. 
Kapan ya, Bapak mengganti TV ini? 
Bapakku sangat hemat, kursi reot di ruang tamu, tidak akan pernah diganti kalau kakinya tak patah, apalagi tivi, kondisi masih bagus, mana mungkin diganti Bapak, bahkan untuk mengakali, biar mirip TV berwarna, tivi hitam putih ini, layar depannya dicantolin plastik berwarna warni.
Ngggakkkk mungkin tivi ini diganti Bapak, pikirku.
Nggak mungkinnnn.
Nggakkkk mungkinnn.

Saturday, June 4, 2022

Bukan Hantu

Setiap orang pasti memiliki tanda di tubuhnya. 
Akupun punya, tanda di dada sepanjang 8 cm, Mama tak pernah tau, karena aku merahasiakannya.

Masa itu, masih bocah, hitam kurus tak manis. Aku suka naik pohon belimbing di belakang rumah. Letaknya bersebelahan dengan jamban Budhe Narti hanya dibatasi pagar seng.

Friday, June 3, 2022

Misteri Bunga Gardena

Rumah kontrakan keluarga kami di Bukit Hindu, berpagar tanaman hidup. Rata-rata rumah jarang berpagar, tahun1980-an jarang ada maling, semua aman-aman saja.


Aku hanya mengamati tetangga samping rumah dari balik jendela kayu. Tanpa permisi memetik bunga Gardena putih dekat pagar.
Tak ada yang komplain, bunga dipetik seenaknya, hidup terlalu damai dibuat ribut... Silahkan saja.

Bude Narti, menaruh bunga di dalam gelas berisi air, ada pula kopi hitam pahit, dan rokok.
Sesajen setiap malam Jumat, ditaruhnya di pojok rumah.
 Dua hari kemudian, Bude dengan semangat menceritakan, 'penunggu rumah' memakan sesajen, sambil menunjukkan air yang mulai habis di gelas. 
Aku terpukau, bocah lugu yang percaya saja cerita horor Bude.