Monday, August 3, 2015

Berburu jilbab murah di Pasar Prapatan, Majalengka

Hasil berburu di Pasar  Prapatan
Hari Senin, mau kemanakah saya hari ini?
Tiba-tiba, Yayah, pekerja di rumah Mama saya, melintas di depan saya, sambil bawa kandang burung cangkurileng.


"Eta jilbab meni aralus pisan, meser dimana...Murah?" tanya saya. Melihat jilbab yang di pakai Yayah, kelihatan bagus sekali.
"Di Prapatan, Bu. Murahhhh,"


Prapatan?

Duh!  tepuk jidat eikehhh. Sekian lama sejak tahun 2002, orang tua pindah dari Jakarta, ke kampung Bapak saya, desa Cikalahang, dukupuntang, kabupaten Sumber-Cirebon. Baru kali ini denger, ada pasar namanya Prapatan.

"Dekettt, Bu, dari Rajagaluh belok ke kanan," lagi-lagi si Yayah, menjelaskan prapatan, "Hayuk, Bu...Yayah antar mumpung hari Senin."

Kampung saya, desa Cikalahang, terletak di perbatasan Majalengka, Kuningan dan kota Cirebon. Berada ditengah-tengah.
Semana dekatnya sih, pikir saya.
Tergoda dengan kata 'murahhhh'.
Oke, I am ready, siap berburu jilbab.


Si Yayah, paling semangat kalo di ajak berpergian. Karena, Prapatan itu, katanya dekat, berangkat naik motor aja, hemat di bensin dan bisa selap selip.

Heudeuh, Yayah... kalo naik motor, ngebutnya nggak kira-kira, ada jeklukan aja main terjang...Gas terusss, dari Cikalahang, Rajagaluh, mengkol ke kanan, Alun-alun leuwi Munding....terusssss

Katanya dekat...eh! jauh juga ternyata.
Mungkin, perkiraan jarak jauh dan dekat setiap orang itu beda, ya. Perasaan saya jauh amat ke pasar prapatan.

40 menit, menuju ke arah Bandung, sampailah di pasar desa Panjalin, Prapatan kabupaten Majalengka.
Piuhhhfff...meni panas, berdebu lagi.
No problem...Its okeeee!!!!

Pasar semi permanen
Oh, ini dia...Pasar Panjalin Prapatan Majalengka.Buka hanya dua hari yaitu senin dan kamis.  Pasar sandang terbesar, katanya sering buat macet jalan arah Bandung-Cirebon atau sebaliknya. 
Pasar  Prapatan ini,  semi permanen, karena jumlah pedagang dan pembeli sangat banyak, jadi suka  tumpah sampai ke jalan utama.Makanya, pasar Prapatan, disebut juga; pasar tumpah.
Lapak-lapak pedagang,  masih terbuat dari kayu seadanya.
Etapi...ruamee banget. Jam buka pasar Prapatan dari 7 pagi sampai jam 12 siang. Bada lohor, pedagang sudah bubar. Berbagai sandang di jual, dari gulungan kain, pakaian, hingga perkakas dapur.


Ketika saya tanya, dengan salah satu pedagang. Mereka umumnya, punya tempat sendiri, dan ada juga yang kontrak di pasat ini. Pedagang disini, juga berjualan di Pasar sandang Tegal Gubuk. Taukan, pasar tegal gubuk, kalau lewat jalan Pantura, pasti kena macet karena pasar tumpah tegal gubuk. Para pedagang, ini sama orangnya. Mereka berjualan di Pasar Prapatan setiap hari Senin dan Kamis. Hari Selasa dan Sabtu, berdagang di Pasar Tegal Gubuk. Hari rabu, mereka istirahat, jumat belanja barang.
Untuk barang, pedagang membeli di pasar Tanah Abang- Jakarta dengan partai besar, dan ada pula suplaier langsung yang antar barang.
Kini banyak grosir  toko online, pedagang beli disana, katanya, beli di online lebih mudah, nggak perlu repot belanja barang ke tempat, berat di ongkos.


Belanja di pasar Prapatan, harus pintar tawar menawar. Menurut saya, harganya murah-murah, tergantung dari kualitas kain. Semakin bagus, harga juga mahal...Itu wajar sekali, harga pasti menjamin mutu dagangan.
Aduhaiii...karena saya datangnya siang, pedagang juga sudah tutup lapak. Saya beli jilbab pada satu tempat saja.


Saya juga tipe, nggak suka ngider ke lapak lapak di pasar, lhawong... dagangannya homogen, pasti harga nggak jauh beda. Yang penting, pedagangnya ramah dan harganya pantas.

Waaaaaa.....corak jilbabnya, bagus bagus. Sebenarnya, di Bogor juga ada sih. Sekali-kali belanja di pasar Prapatan. Harganya murah benerrr.
Si Yayah bengong, saya belanja cuman 15 menit, tunjuk ini itu. Selesai, dan pulang.


"Maenyakkk sekedeng pisan, Bu." kaget Yayah sambil mengunyah rujak kangkung kerupuk mares.
"Enyaaaa, bade milarian naon deui." Saya mengajaknya pulang. Mau cari apa lagi. Jilbab sudah didapat. Berburu selesai.

Di jalan , Yayah bercerita, dia kalau ke pasar prapatan, dari jam 7 pagi sampai bada lohor, pulang ke rumah jam 2 siang. Putar-putar dulu, puas jadinya.

Tiba-tiba, kami sudah sampai depan rumah. Tadi waktu berangkat, terasa lamaaa dan jauh, setelah pulang dari pasar ke rumah, kok jadi dekat. Aneh.

Aihhh, cerita sekian dulu.Maaf, eikeh kecapean bingit. Udara Cirebon  sangat panas hari ini, untung Yayah sigap, membuat air perasan jeruk manis. Saya meneguk sambil bersyukur, " Untung Mama punya Yayah, yang sigap dan semangat..."
Nah, Senin ini, saya jalan jalan ke pasar Panjalin Prapatan-Majalengka.Lain kali, mau jalan-jalan ke Pasar yang lain.

Pasar tradisional memang asik, terjadi pertemuan pedagang dan pembeli, bisa tawar menawar, harga pas, lalu beli.
Jilbab bisa di pegang secara langsung, menyentuh kelembutan kualitas kain, melihat corak dan warnanya.
Pasar tradisional, benar-benar melibatkan seluruh panca indra manusia.

Bedakan, kalau membeli barang di pasar digital, toko online. Pembeli hanya melibatkan dua perasaan, mata dan pendengar. Melihat dan mendengar saja. Tak ada kontak langsung apalagi  tawar menawar, seperti pasar tradisional.
Menyadari, makin marak mall dan toko online. Ada keprihatinan, suatu saat pasar tradisional akan tergusur.

Semoga saja tidak terjadi, saran saya, Pasar Prapatan, harus dibuat lebih bagus lapak-lapaknya. Atap lapak tidak terbuat dari seng seadanya dan terpal. Untuk kenyaman pembeli, juga pedagang, saya berharap Pasar Prapatan bisa di renovasi bangunannya oleh pihak Pemerintah daerah Kabupaten Majalengka.

Jenk, yuk mari....belanja.
Di sini murah, Loh. Pasar Panjalin Prapatan Majalengka.
#senyum-senyum puas, melihat  jilbab yang baru eikeh beli.










5 comments:

  1. Waah... seru nih, Mak

    Emang paling enak belanja di pasar begini.
    Aku seringnya ke tenabang jakarta

    ReplyDelete
    Replies
    1. seru, padesek desek. tawar menawar...keringat..hahaha. asal nggak semaput yakm

      Delete
  2. Wah.. cakep-cakep jilbabnya. Bisa buat dijual lagi *otak dagang* heheh.

    ReplyDelete
  3. Kak ini pasar panjalin yg deket ke daerah ciwaringin kan... Klo naek elf pun mungkin sampai ya dari kadipaten ke situ..

    ReplyDelete