![]() |
Bebeb dan Gerald |
![]() |
Onde-ondeeeee |
![]() |
Tebak, berapa banyak wijennya...ratusan. |
![]() |
Bebeb dan Gerald |
![]() |
Onde-ondeeeee |
![]() |
Tebak, berapa banyak wijennya...ratusan. |
19 Januari 2020
Di Taman Sail Komodo kemarin, saya sudah melihat patung komodo yang besar sekali.
Komodo asli, saya juga sudah lihat di Kebun Binatang Ragunan Jakarta, cuman badannya nggak terlalu besar. Tapi, saya belum pernah melihat komodo dari 'dekat' di habitat aslinya.
Saya nggak pernah bermimpi bisa datang kemari, Labuan Bajo. Suer! Ini namanya my dream come true. Kanggg....Eike teu lagi mimpi pan?
Nah, kalo ada apa-apa dengan anak saya, bisa-bisa penyesalan seumur hidup.
Anak saya cukup beruntung, punya nenek yang sangat perduli kesehatan, apalagi cucu pertama di keluarga kami.
Untuk memenuhi nutrisi dan pertumbuhan cucu, ibu saya melanjutkan dengan memberi susu formula.
Merk Susu formula yang dikenal ibu saya, hanyalah SGM saja, suerrr...susu formula ini sudah dikenal satu generasi ke generasi lain. Alhamdulillah, susu pertumbuhan SGM cocok dengan anak saya.
Saya baru bertemu kembali setelah empat bulan, senangnya anak saya sehat gemuk lucu, sangking deketnya dengan nenek, ibu saya di panggil: Mama...hah! Adohh.
Wajah Pendidikan di Indonesia
Tiga bulan di dusun terpencil, saya mengabdi menjadi guru SD adalah kebahagiaan tersendiri. Sekolah yang sangat sederhana, terbuat dari papan...Itupun masih bersyukur, ada sekolah di desa terpencil, sekalipun gurunya cuman dua orang saat itu. Mengajar berpindah-pindah kelas, sebentar masuk ke kelas 3, selagi siswa mengerjakan tugas, guru sementara berpindah ke kelas lain.
Di kala pagi, di tepian sungai, menanti kedatangan siswa Sekolah Dasar dan SMP memakai jukung(perahu kecil) berangkat sekolah.
Tak banyak siswa yang datang, hanya setengah jumlah siswa di kelas (kadang cuman lima orang saja) kebanyakkan mereka bolos tak berkabar. Biasanya, siswa membantu pekerjaan orangtua menjadi buruh memantat (menoreh) mengumpulkan getah karet. Sebenarnya, mereka, siswa yang bersemangat belajar, sayang terkendala kehidupan yang jauh dari rata-rata, makan saja susah, yang penting kenyang, tak perduli soal kesehatan.
Senyum yang riang bertemu saya, kadang redup, entah bagaimana masa depan nanti.
Selesai kuliah, saya menjadi guru Ekonomi dan wali kelas XII di Madrasah Aliyah Bogor. Ada beberapa siswa berprestasi, nilai mata pelajaran selalu tinggi. Sayangnya, kadang tak masuk kelas, saya bertanya sebagai wali kelas, kenapa tidak masuk sekolah?
"Nggak ada uang, Bu, buat transport."
Wajahnya sering terlihat pucat, tubuhnya kurus ringking , tentu anak ini belum sarapan, kurang nutrisi. Anak yang malang. Secara pribadi, saya suka menyelipkan uang untuk ongkos besok ke sekolah, bahkan untuk Bimbel pun saya bayarkan.
Itulah kesedihan seorang pendidik. Mereka memang bukan anak saya, tapi mereka anak negeri ini, punya hak untuk maju dan terus bersekolah...apalagi di masa pandemik ini, beban hidup semakin berat, begitu pula biaya pendidikan.
Jujur inilah, kegelisah saya dan orang tua seluruh pelosok negeri ini, akan tanggung jawab, memberikan kesehatan dan pendidikan untuk masa depan tunas bangsa, generasi maju.
Donasi Pendidikan untuk Anak Generasi Maju
Baru empat hari di Bali, saya kesulitan untuk BAB.
Ah...apakah ini bertanda belum krasan tinggal di Bali. Perut rasanya nggak enak sekali, serba salah, resah dan gelisah (mirip lagu Obie Mesakh aja...)
Mau beli buah dan sayuran untuk melancar pencernaan, tapi saya belum tau, dimana letak Pasar di Kuta.
Kebetulan sekali, pagi-pagi tetangga sebelah mengajak belanja, langsung saya semangat: okeh siap!
Sampai di Pasar tradisional Kuta, masuklah, hmmm...pasar Kuta inu belum ada renovasi. Becek dan gelap. Apalagi Bali beberapa hari selalu hujan...komplitlah aroma di dalam pasar.
Melewati deretan pedagangan. Saya tertarik dengan tumpukkan buah
"Ini terong belanda ya. Kok di Bali ada juga ya?"
"Bukaaan, Bu. Ini buah Wani." Jawab pedagangannya.
Wani
Suer, saya baru mendengar, ada buah namanya wani.
Perempuan berbaju adat Bali, kebaya brokat putih dan kamen (kain jarik) khas corak bali, bulang pasang atau selendang berwarna merah diikat di pinggang semacam kemben
Manis sekali terlihat dengan sanggul kecil. Para pria pun memakai baju putih, kamen, dan udeng.
Saya pikir ada ngaben di tepian pantai Kuta.
Terlihat deretan sajen sudah dipersiapkan.
Karena ada informasi: diprediksikan cuaca extrim tanggal 11 sampai tanggal 13 Januari 2020.
Anak saya sudah wanti-wanti agar berangkat ke airport Soeta lebih pagi, takut hujan pasti macet.
.
Terakhir naik Damri Bogor - Soeta 4 bulan yang lalu, tiket damri bus biasa Rp 55.000,- sekarang sudah naik jadi Rp. 70.000,-
Ya sudahlah, yang penting sampai tujuan.
Perjalanan lancar, cuaca terang benderang. Alhamdullilah.