Friday, December 11, 2015

Kasihnya Sepanjang Usia



Siapakah dia?
Seorang tabib juga seorang pelayan, sekaligus guru.
Dia berdiri kokoh di antara gunung-gunung. Jika 'dia' tiada. Semua terhapus dalam badai.

Sebuah pertanyaan yang diajukan Sung Jang Geum kepada Raja Jung Jong, Dinasti Joseon. Sung Jang Geum, berkat kerja kerasnya, dari juru masak, beralih menjadi dokter istana pertama yang bertanggungjawab atas kesehatan Sang Raja.
Kecantikan, kecerdasan dan kelembutannya, membuat Raja jatuh cinta padanya.

"Saya beri waktu seminggu, jika berhasil menjawab pertanyaan ini. Saya bersedia menjadi selir Raja." Sung Jang Geum menunduk dan mengundurkan diri.

Seminggu berlalu. Rajapun menyerah.
"Siapakah dia, jika 'tiada' gunung-gunung runtuh tenggelam air mata" tanya Raja penasaran.

Hening.

"Dialah IBU," jawab Sung Jang Geum. 
Yang menjadi dokter bagi anaknya, menyuapi, mengobati jika anaknya sakit, yang juga pelayan di rumah ; memasak, mencuci, bahkan dalam kedinginan, ia rela tak berbaju demi anaknya. Tetapi ia juga guru. Yang mengajarkan berjalan, membaca.
Dia pun sebagai pelindung sejati. Kokoh berdiri di belakang anaknya. Namun, jika ia mati, maka penuh hujan air mata anaknya. Mengenangnya. Dialah, Ibu.

(Dialog dalam serial Korea episode 70,  Dae Jang Geum,  Jewel in The Palace) 

Mama, panggilan untuk ibuku.Kasih sayangnya sepanjang usiaku, sejak dilahirkan hingga kini. Seluruh peristiwa dalam hidup ini, lipat bertumpuk, kulalui, dalam ketegaran, karena Mamaku.
Dalam 3 Generasi, Mama, Aku dan Cucunya (Ica)

Dua puluh enam  tahun lalu, hujan lebat usai Ospek Unpar 1989. Tak henti-henti. Mahasiswa baru yang gelisah dan kikuk, tak tau bagaimana harus pulang?
Tiba-tiba, terdengar pengumuman kakak senior, " Perhatian. Panggilan mahasiswa bernama; Een Endah, ada yang menunggu di pos panitia."
Oh, Mama. Berdiri di teras kampus, badannya basah kuyup, menggigil kedinginan, sekalipun memakai jas hujan. Mama menjemputku dengan motor. Peristiwa itu selalu aku ingat hingga kini, tidak akan terlupakan. Demi anaknya, Mama menunggu sampai selesai Ospek, kemudian pulang kembali ke Jakarta.

Dua puluh tiga tahun yang lalu, sedih rasanya harus melahirkan anak pertama di kota kecil, Sampit. Jauh dari Mama. Belum ada alat komunikasi seperti sekarang, berkirim kabarpun susah sekali.
Tanpa berita, Mamaku datang sehari setelah aku bersalin. Kerudung putihnya berubah warna karena debu, perjalanan naik mobil terbuka dilalui demi anaknya.
Masakan yang dibuatnya hari itu, kumakan dengan lahap, sayur dan lauk yang terlezat kurasa. Mama menimang cucunya dengan sayang, "Ica, ini Nenek."
Panggilan sayang untuk anakku, Mamalah yang memberikan.

Empat puluh satu tahun usiaku. 
Terpuruk dalam setiap episode hidup. Titik terendah kehilangan pasangan jiwa. Dunia bagai runtuh. Goyah, limbung tak bertepi.
"Masih ada Mama," Peluknya, membelai helai rambutku, mengusap bulir air mata.
"Harus kuat, harus kuat." hanya itu yang kudengar dalam isak.

Ya Allah, bagaimana jika aku kehilangannya?
Mungkin, gunung-gunung, langit dan bumi, akan tenggelam dengan airmata. Itulah, Mama, kasihnya sepanjang usia.

Tulisan ini diikutsertakan dalam

GA Sejuta Kasih Ibu

Hadiah Bouquet cantik, kupersembahkan untuk Mama tercinta, Hj Ade kusmini.
Dalam doaku untuk Mama. Ya Allah, berilah kesehatan, dan limpahan keberkahan dalam lindungan-Mu.
Berilah waktu dan kesempatanku, untuk berbakti dan merawatnya.

"Selamat Hari Ibu, 22 Desember 2015"
Bagiku, tiada satu haripun, untuk tak merindukannya, *Kangen dan peluk sayang untuk Mama di kampung sana* Akhir bulan ini, anakmu akan datang menemanimu.
Tunggu ya, Ma.




22 comments:

  1. Ibu ... Ibu ... Ibu ... berbahagialah bagi mereka yang masih bisa merasakan khangatnya kasih sayang ibu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Umiiii...Mamaa.
      Untung saya masih tersisa satu, Mama.

      *Jangan galau begitu, ah

      Delete
    2. Umiiii...Mamaa.
      Untung saya masih tersisa satu, Mama.

      *Jangan galau begitu, ah

      Delete
  2. Sangat terharu membacanya, hiks..hiks...kasih sayang ibu memang tiada bandingnya,terima kasih ibu. Sukses mbak Endah tuk lomba nya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih doanya ya Mbak Murni. Kasih yang ibu tiada duanya, karena kitapun merasa, betapa sayangnya kita pada anak-anak kita.

      Delete
  3. Sangat terharu membacanya, hiks..hiks...kasih sayang ibu memang tiada bandingnya,terima kasih ibu. Sukses mbak Endah tuk lomba nya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, sudah bertamu ke blog saya.
      Ibu memang tiada duanya

      Delete
  4. Masyaallah kasih sayang mama tak luntur oleh waktu ya mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga Allah memberikan pahala dan keberkahan setiap Mama.

      Delete
  5. wah blognya keren, btw salam kenal dari www.travellingaddict.com

    ReplyDelete
  6. Awwhh.. ikutan haru.
    Makasih udah memeriahkan GA Sejuta Kisah Ibu di rosimeilani.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih pula, diberi kesempatan mengungkapan perasaan, betapa ibu, kasihnya sepanjang usia

      Delete
  7. Semoga Ibunya bunda Een senantiasa dalam lindungan-Nya selalu, AMin.. ^_^

    ReplyDelete
  8. Aku terharu baca ini. langsung ngambil tisu. kasih ibu memang tiada bandingannya ya mba. Kasihnya selalu abadi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, semoga bermanfaat, tiada kasih terkuat dan tulus dari seorang ibu

      Delete
  9. Wah.. aku nonton juga serial itu mba..
    Kasih ibu memang tiada duanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya suka serial itu, dan saya catat dialognya jika mengandung filosofi, selalu membawa manfaat bagi saya

      salam hangat ya dari Bogor

      Delete
  10. jadi Ibu juga harus tegar ya mba Endah supaya anaknya juga belajr tegar menghadapi berbagai persoalan hidup ya. semangat ya bu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, seorang ibu, akan mencontoh ibunya, untuk diteruskan kepada anaknya. Ibu adalah guru pertama bagi anaknya.

      Terima kasih ya

      Delete
    2. Iya, seorang ibu, akan mencontoh ibunya, untuk diteruskan kepada anaknya. Ibu adalah guru pertama bagi anaknya.

      Terima kasih ya

      Delete