Friday, June 10, 2022

Bisnis Keluarga | Ayam Petelur

Sebutir telur rebus dibagi empat, adalah hal lumrah, maklumlah penghasilan kecil,  jumlah saudara banyak.
Tapi tidak bagi keluarga kami. Sekalipun bapak hanya pegawai negeri (baru selesai tugas belajar di Malang), rumah masih ngontrak, anak  empat, dan dua saudara Mama.
Telur ayam dan puyuh berlimpah di rumah, makan bebas, mengapa bisa begitu?
.
Bisnis Ayam Petelur
Jiwa bisnis Bapak dan Mama, diawali dari membangunan peternakan ayam petelur di Bukit Hindu.
Tugasku setiap siang, berjalan di lorong dengan ember di kiri, menciduk air dengan gayung ke tempat minum ayam.
Sore hari, mengumpulkan telur yang mengelinding di landasan kandang.
Hasilnya, bisa satu ember penuh.
Aku membantu Mama, mengantar telur ke warung-warung naik motor. Telur dihargai perbutir bukan perkilo.

Di bawah kandang, ditaruh karung lebar, di atasnya ada campuran tanah dan serbuk gergaji, kotoran ayam akan jatuh,  tercampur menjadi pupuk kandang. Dalam beberapa hari, ada pegawai bapak, menarik karung itu, membungkusnya, membawa pupuk itu ke kebun Bapak di daerah Tangkiling.

Mama dan Bapak, saling melengkapi. Bapak, ibarat membuka hutan, menembang dan membangun bisnis, Mama yang menjalankannya, maklumlah, bapak seorang abdi negara jadi tidak bisa sepenuhnya dalan bisnis. Bapak punya tekad dan mau mencoba, itulah awal bisnis di keluarga kami.
Tak heran, suka kasihan mendengar teman bercerita, telur rebus dibagi empat, makan dengan nasi dikasih kecap cap Tiga Dara...
Diam-diam, aku membungkus empat telur untuknya.
 "Direbus ya, satu orang satu,"  pesanku. Mata Ani berkaca-kaca, wajahnya tak percaya, dipegangnya tas isi telur mentah berhari-hati, takut pecah.

Di kalangan pertemanan, mereka ingat sosokku, membentuk personal braning, si Een yang punya ayam petelur.
sampai aku dewasa ini, pasti mereka ingat. 
Satu lagi tanda pengenalku waktu kecil: Een, yang rumahnya di Bukit Hindu, ada pohon belimbingnya
Buah Belimbing wajarlah berbuah lebat, besar dan manis, Bapak rajin merawatnya, dikasih pupuk kandang, makanya, aku suka kasih sama mereka, apalagi belimbing tak kenal musim...Pasti temanku bilang: manissss. Tidak ada  buah belimbing unggulan kecuali tanaman Bapak. 

Bisnis ayam petelur 500 ekor ini berakhir, sejak Bapak dapat rumah dinas.
Bapak Mama mulai membangun bisnis lain.
Mamalah yang mengerak roda bisnis. 
Wanita hebat.
Wanita kuat...itulah Mamaku.

#day8
#MenulisKenangan
*Peternakan Ayam Petelur*
 Baca juga : Buah Belimbing

No comments:

Post a Comment