Monday, October 26, 2020

Pohon Kepoh, Sarangnya Genderuwo | Taman Nasional Komodo


"Buah apa ya, ini?" 
Tanya saya kepada Pemandu wisata alam penelusuri hutan(tracking) dan pengamatan hidupan liar Taman Nasional Komodo di Pulau Rinca.

Coba lihat, cangkang(kulit)nya keras sekali, bentuknya besar juga aneh, jadi kepooo.

"Ini buah Kepoh." 
Baru denger.

"Itu pohonnya," ia menunjukkan ke arah batang pohon Kepoh. Walahhh...tinggi juga pohonnya, ukuran batangnya juga besar seperti Pohon Randu (masih satu kerabat jauh). Pantas bentuk batang Kepoh sama dengn Pohon Randu, mendatar dan bertingkat-tingkat pada ketinggian yang sama.
Saat musim hujan, buah yang kering, jatuh dan biji bertebaran, pantas banyak anakan tanaman kepoh tumbuh di sekitarnya.

"Ini bisa dimakan?" 
Saya semakin kepooo.

"Bisa,  daging buahnya berlemak dan gurih."
Oh ya, kepo pake bangeuttt.

Kami berhenti sejenak di sekitar Pohon Kepoh, suasana jadi sepi sekali.
Auranya beda(perasaan saya aja kali).

"Pohon kepoh, ada yang menyebut sarang genderuwo."
Hah!
Jadi takut.
Aih! baru saya lihat deretan gigi putih si adik Ranger ini, dari tadi wajahnya datar banget, serius...Apa tengang menghadapi pertanyaan bertubi-tubi dari Mama Een? selow ini bukan ujian, cuman kepoo.
Suara adik ini juga mendegung, terpaksa kuping saya siaga satu, supaya bicaranya terdengar jelas.

Sarang Genderuwo

Dikatakan, sarangnya Genderuwo, karena pohon Kepoh tinggi dan rindang. Biasanya Kepoh (sterculia Foetida) hidup di kawasan angker dan keramat seperti kuburan dan tempat yang jarang dikunjungi manusia. Menakutkan juga.

"Boleh dibawa pulang?" tanya saya, buat kenang-kenangan
"Tidak boleh." Tegasnya dengan dialek khas Flores.
Suami saya, langsung tersenyum melihat wajah  kecewa saya, ini cangkang Kepoh bagus buat kerajinan tangan.

Tapi karena ada peraturan: Saat berwisata ke Taman Nasional Komodo, dilarang mengambil bagian tubuh flora dan fauna, maupun bahan fisik (pasir dan batu), karena hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan taman national dan melanggar ketentuan dalam pasal 19, 21, dan 33 Undang-undang No.5 tahun 1990 tentang Konservesi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Baiklah, nggak jadi dibawa pulang kulit Kepoh,  takutnya, nanti Genderuwo mau ikutan juga. Datang tak di jemput, pulang tak diantar, kan bikin masalah.


Pohon kepoh yang menakutkan ini, sebenarnya banyak manfaatnya dari daun, biji, daging buah dan batang, sayang belum dikembangkan secara optimal.

Fungsi Pohon Kepoh

Kata Frans (baru tau namanya) adik Ranger Taman Nasional Komodo Pulau Rinca, biji Kepoh biasanya dipergunakan masyarakat Sumbawa dan Samawa menjadi  penyedap rasa alami.
Semua bagian tanaman, daun, biji, kulit dan buah bisa dijadikan obat dan campuran  jamu. 
Secara Ekologi, pohon Kepoh berfungsi sebagai mikro habitat beberapa jenis burung, lebah madu dan kalong.
Pohon Kepoh juga berfungsi mengatur siklus hidrologi karena tajuknya yang lebar dan perakarannya yang kuat menahan air tanah .

Seneng juga selagi trancking kita mendapat ilmu pengetahuan, baik fauna juga flora yang hidup di Taman Nasional Komodo, Pulau Rinca.
Saya memang selalu antusias kalau soal mencari ilmu...di mana saja, saya berada.
Rangernya aja kewalahan. menghadapi pertanyaan Bu Een. Kesihan juga...
Ya sudah, kita pulang aja, Kang Caroge, masa mau menginap.
Frans, Ranger tracking sebenarnya juga mau pulang, tapi harus menunggu 10 hari, baru berganti tugas ranger yang lain.

Ya sudah, selamat bertugas ya dik!

Bye!


No comments:

Post a Comment