Thursday, October 8, 2020

Fenomena Alam Danau Telaga Warna, Dieng

Air telaga. berwarna hijau tosca, kadang berubah berwarna kuning dan pelangi, itulah asal mula kenapa namanya Telaga Warna.
Pergantian warna air Telaga  disebabkan kandungan sulfur yang cukup tinggi, sehingga ketika sinar matahari mengenai permukaan telaga, maka warna air telaga tampak warna warni.

Berjalan menyelusuri sisi telaga, bau belerang menusuk penciuman, bau yang khas
Permukaan air sangat tenang, ada sedikit letupan uap dipermukaan telaga.
Tak ada kehidupan di sana.
Disampingnya ada aliran air, (telaga Pengilon), ukurannya lebih kecil.
Air bening, banyak anak ikan bersembunyi di ranting pohonnya patah. Sangking beningnya akar tanamanpun kelihatan. 
Telaga kecil ini malah tertutup rimbunnya rumput air yang tinggi.

Ajaib. 
Masya Allah.
Fenomena alam
Dua danau di batasi tanah kecil, tapi airnya dan kehidupannya berbeda,
Inilah, harmonisasi keindahan  alam dan udara Dieng yang sejuk membuat suasana telaga sungguh oohhhh, mempesona.
Rombongan kami, datang di siang hari, jangan datang di sore hari, telaga Warna akan di tutupi kabut putih, menciptakan  mistik. Ya kalo berani, datanglah, silahkan uji nyali.

Telaga Warna akan terlihat seluruh keindahan dan panorama alamnya, jika kita naik ke Bukit Pandang Ratapan Angin
Di sanalah tempat foto  terbaik untuk selfie.
Keindahnan Dieng dikelilingi dengan pegunungan yang menawan, pohon-pohon rindang, hijau menyejukkan. Alam yang sungguh indah.

Kebetulan, saya datang dengan rombongan travel, jadi sampe lupa tanya, berapa harga tiket? Karena biaya perjalanan sudah termasuk tiket masuk, kecuali tambahan tips buat pemandu wisata alam.
Namanya Pak Sodikin, dialek sedikit Ngapak.
Kalo diperhatikan, Pak Sodikin rupa dan suaranya, mirip dengan Pak Tarno, pesulap di TV...Prok prok jadiii apa? Mirip Pakkk, saudaraa kali ya.
Pak Sodik mencerita semua objek wisata alam yang kami kunjungi, tapi beliau lebih cocok jadi pengarah gaya dan tukang foto.
Sebentar-bentar berhenti,
"Sini nyong foto...di siniiii. Berbaris, beginiii yaaaa gayanya. Begini.
Ciiiss kacang buncisss"
Cekrek! Berbagai gaya. Putar sana, balik kiri.
Kami nurut aja.
Terserah deh! 
Arahan Pak Sodik...gayanya aduhe di telaga airnya bening

Melewati Telaga Warna, kita masuk Hutan Wisata Alam(HTA) dengan jalan setapak.

Selanjutnya kita akan mengunjungi gua-gua 
Gua Semar,
Pertapaan Mandalasari Begawan Sampurna Jati, 
Gua Sumur Eyang Kumalasari

Gua Jaran Resi Kendaliseto, Gua Pengantin dan Batu Tulis Eyang Purbo Waseso. Biasanya gua-gua ini dijadikan sebagai tempat meditasi.

Yang ingin mendapat keturunan suka datang ke Gua Jaran.
Jaran dalam bahasa Jawa artinya Kuda. Tempat bertapaan Resi Kendaliseto
Menurut cerita, saat hujan deras, seekor kuda betina berlari berteduh dan masuk ke dalam gua.
Anehnya, saat keluar esok harinya, kuda itu sudah dalam keadaan  hamil.

Itulah sebabnya, sebagian orang percaya, dengan bersemedi di gua ini akan mendapat keturunan.

Gua Pengantin
Yang ingin segera mendapatkan jodoh bisa bersemedi ditemani kuncen di Gua Pengantin.
Sebenarnya ini celah batu sempit dengam kedalaman kurang dari 10 meter.
Ada saja yang masih percaya hingga melakukan serangkain Ritual.
Tapi...Percaya kepada Allah, karena jodoh sudah ditetapkan, hanya waktunya yang belum dipertemukan

Patung Gajah Mada
Di dataran tinggi Dieng terkenal dengan anak berambut gimbal.
Biasa pada saat diadakan Festival Budaya Dieng, anak gimbal akan diruwat melalui pencukuran dan pelarungan rambut gimbal

Sekalipun warga Dieng 90% beragama Islam, masih percaya dengan kearifan lokal, dengan melestarikan budaya tradisi ruwat.

"Nyong ini, duluuuu anak gimbal, loh!" Kata Pak Sodik.
Saya melonggo, karena ngak ada bekas-bekas gimbalnya, malah cenderung longsor rambutnya.

Anak gimbal sebelum diruwat, semua permintaannya harus dipenuhi orang tuanya, walau sepele, harus dipenuhi orangtuanya, sebab kalau tidak, setelah dicukur, rambut gimbalnya akan tumbuh lagi dan sering sakit sakitan

"Dulu sih, saya cuman minta dibelikan sepatu...diturutin," Lalu lelaki setengah baya itu memperlihatkan senyum yang lebarrrr, semakin melonggo saya.
Dalam hati, napa tak dibiarkan rambut gimbal memanjang, kan jadi perpaduan  Pak Tarno pesulap dengan Bob Marley. No Women No cry...

Kami mengakhiri perjalanan hari, pertama wisata satu malam dua hari ini pulang ke home stay, dini Hari nanti dijawalkan  mendaki Bukit Sikunir
Mari istirahat, Rindu kasurrr...pengen tidur.

Salam manis.
Foto-foto: koleksi pribadi


No comments:

Post a Comment