Tuesday, June 30, 2015

Lebih Baik di Sini, Rumah Kita Sendiri.


Lebih baik di sini, rumah kita sendiri. Segala nikmat anugerah Yang Kuasa
Semuanya, ada di sini.  Rumah kita, ada di sini.


Itu adalah sepenggal syair dari lagu milik Godbless, berjudul Rumah kita. 
Saya sadari, kemanapun saya pergi, sekalipun menginap di rumah mewah, tetap saja, saya selalu ingin pulang. Kembali merebah diri di rumah sendiri, sekalipun rumah saya sangat sederhana.
Namun, itulah tempat yang selalu saya tuju dan impikan. Pulang ke rumah sendiri.

Rumah berpagar bunga ungu

Rumah bagi saya adalah surga di dunia, Baitil jannati

Rumah adalah impian bagi setiap orang untuk berkumpul dengan seluruh anggota keluarga, berbagi cerita dan saling menebar kasih sayang. Rumah, bukan tentang bentuknya yang mewah dan luas, tetapi rasa nyaman yang diciptakan anggota keluarga. Rumah bukan pula, tentang milik sendiri atau masih menyewa, tetapi yang penting suasana di dalamnya.

Saya jadi ingat, sewaktu anak saya masih duduk di bangku SMP, ada teman sekolahnya yang selalu meminta izin untuk menginap di rumah saya. Kebetulan anak saya cuman satu. Hitung-hitung bisa menjadi teman. Yang saya merasa aneh, ini anak krasan-nya  minta ampun, bahkan engan pulang. Saya cuman membatin dan bertanya-tanya.
Setelah saya antar pulang ke rumah Hilma, barulah saya tau, mengapa Hilma tak ingin pulang. Rumahnya sempit dengan anggota keluarga yang cukup banyak, tak ada ruang untuk Hilma untuk menikmati masa remaja di kamarnya. Semua berdesakan dan kotor. Pantaslah Hilma enggan pulang. Tak ada kedamaian, apalagi ketenangan di dalamnya.

Allah menjadikan untuk kamu, rumah-rumah sebagai tempat ketenangan
(QS. An-Nahl, 16:18)

Rumah sejati merupakan sumber kedamaian, ketenangan dan inspirasi. Bukan tempat yang di jauhi, namun tempat yang selalu di dambakan. Oleh karena itu, seluruh anggota keluargalah yang bertanggungjawab untuk menciptakan rasa nyaman. Bukan hanya seorang ibu yang sibuk bekerja keras membersihan rumah, tetapi ajaklah seluruh keluarga untuk membersihkan dengan memberikan tugas sesuai kapasitas. 
Sedari kecil anak saya di wajibkan membersihan tempat tidur, mencuci piring sendiri sehabis makan dan membuang sampah pada tempatnya. Mendidik anak memang harus tega, semua untuk kebaikkan anak dan disiplin terhadap tugas yang diberikan.

Alhamdulillah, saya masih diberikan kesempatan berjumpa kembali di bulan Ramadhan 1436 H. Bulan penuh keberkahan dan ampunan dari Allah Subhannahu wa Ta'alla.
Selalu saja, ada suasana berbeda di saat Ramadhan. Berkumpul bersama di rumah adalah nikmat tiada duanya. Membangunkan mereka saat makan sahur dan berbuka puasa. Masya Allah...Maka nikmat Tuhan kamu, yang manakah yang kamu di dustakan? Nikmat rahmat dari allah Ajja Wajalla. Bisa berkumpul menjalankan ibadah puasa bersama...Masya Allah, senangnya.

Ramadhan memang banyak membawa hikmah, bulan untuk mengajak untuk merasakan rasa lapar bagi yang miskinpapa. Melembutkan hati untuk berbagi. Bisa dibayangkan, jika Ramadhan tidak Rumah, sedihnya tiada tara. Seperti, saudara sesama muslimin, Rohingya yang terbuang jauh dari rumah dan negaranya sendiri Myamar, kadang saya merasa sedih akan nasib mereka.
Itulah, mengapa saya tak henti bersyukur memiliki rumah sendiri. 

Ramadhan bulan ini, memasuki musim kemarau. Biasanya, Bogor, kota tempat saya tinggal, selalu turun hujan walau sebentar. Sekarang, sudah lebih sebulan, hujan enggan bertamu, panas sekali. Suhu udara di pagi hari 27 derajat Celsius dan siang hari 33 derajat Celsius, cuaca yang ekstrim.

Untuk mengurangi panas, saya menyiasati dengan menanam bunga...*bagian dari hoby saya, berkebun.

TERAS

Di halaman depan saya tanam bonsai dan mempermanis pagar yang mulai menua. Saya tanam bunga Garlic, merambat menghias pagar. Bunga cantik berwarna ungu, akan bermekaran selam musim panas. Indah sekali.

Teras depan berhias tanaman Binahong

Teras saya termasuk berukuran kecil, dan langsung terkena sinar matahari. Tips dari saya, tanamlah bunga rambat untuk mengurangi cahaya. Pilihan tepat, saya menanam tumbuhan Binahong. Daunnya yang hijau membuat rumah menjadi asri. Tumbuhan bukan sekedar sebagai hiasan belaka, tetapi bermanfaat untuk pengobatan segala jenis penyakit. Tak heran, tetangga saya suka meminta beberapa daun Binahong, hitung-hitung shadaqoh.
Apalagi bulan puasa, biasanya sering mengkonsumi es saat berbuka, jelasss...Radang tenggorokan menjadi penyakit langganan bulan puasa. Untuk pencegahan, petik 7 daun Binahong, rendam di air panas, dan minum secara rutin. Sehat dan bugar, puasa lancar.

Tempat berayun mencari inspirasi

Teras di rumah saya, bermuka dua...*Heudehh.
Yang pertama, tepat di depan pintu rumah dan yang kedua, di samping rumah. 
Teras ini, tempat paling saya suka, karena saya tempatkan ayunan kayu. Duduk sambil membaca Al-Quran menunggu buka puasa, aduhaiii...lagi-lagi saya berkata, nikmat mana yang kamu dustakan? Masya Allah, nikmat Allah memang tiada duanya. Di teras dengan suasana teduh ini, saya menghabiskan waktu untuk mencari inspirasi.

RUANG TAMU DAN MAKAN

Ruang tamu tradisional Indonesia

Mari tour ke rumah saya, hehehe. Ruang tamu saya di dominasi warna hijau dan kuning. 
Ruang tamu kecil tapi saya buat secantik mungkin, sapa lagi kalau bukan kita, Ratu rumah tangga. Penghias kursi jati, saya beri bantal-bantal batik hasil buatan sendiri, lambang kecintaan pada batik Indonesia. Tips dari saya, cobalah selalu menganti suasana ruang tamu. Caranya mudah, ganti sarung batal kursi secara berkala, sederhana bukan. Dan bantal cukup tiga buah saja dengan warna yang berbeda. Saya suka mengambar, pajangan di dinding itu hasil buatan sendiri. Saya bangga sekali, dibandingkan harus memberi lukisan, pasti harganya berat di kantong...* Trik menyiasati interior murah.

Ruangan konferensi meja bundar

Ruang makan, tak jauh dari warna hijau juga dengan meja bundar. Untuk menghangatkan suasana, saya pajang lukisan hasil karya anak saya, semenjak pertama mengambar. Di tempat ini, biasanya kami berkumpul mengobrol, makan sahur dan berbuka puasa.

KORIDOR

Koridor perenungan

Antara ruang makan menuju dapur, ada koridor. Disana saya tempatkan sofa sederhana yang berhadapan dengan taman tebing air mancur. Untuk mempercantik dinding, saya hias dengan pigura kecil. Di sofa ini, biasanya gadis saya berbagi cerita sepulang bekerja. Anak bukan sekedar anak bagi saya, tetapi memperlakunya sebagai sahabat, tiada jarak diantara kami. Karena saya berusaha, menjadi tempat curahan hatinya, bukan kepada temannya, tetapi ibunya. Nah, sofa inilah tempat kami bersama melewati waktu ke waktu, hingga Ramadhan ini. Koridor kecil itu saya namakan tempat perenungan.

Rumah kecilku adalah rumah idaman untuk saat ini, masih ada keinginan untuk merenovasi agar lebih luas. Namun, saya tetap mensyukuri memiliki rumah sendiri.

Sesungguhnya untuk mewujudkan gambaran rumahku surgaku, ada beberapa kiat yang selayaknya ditempuh di dalam mengarungi hidup berumah tangga, yakni:
Pertama, hendaknya setiap anggota rumah tangga (suami, istri, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya jika berupa keluarga besar) dapat menjaga hak dan kewajiban masing-masing secara seimbang dan penuh keikhlasan, kesabaran, dan kesungguhan, sesuai dengan kedudukannya masing-masing di dalam keluarga.
Kedua, saling nasihat-menasihati di dalam kebenaran, kesabaran, dan keikhlasan atas dasar kasih sayang dan dengan cara yang lembut.
Ketiga, sebagai pasutri dan anggota keluarga lainnya yang senantiasa menghendaki rumahku adalah surgaku, keluarga yang mulia karena takwa, tinggi derajat karena beriman dan berilmu, maka sudah seharusnya untuk senantiasa berlomba untuk mewujudkan surga dunia dan akhirat.
Keempat, anggota keluarga yang dapat mewujudkan rumahku surgaku adalah mereka yang senantiasa tolong menolong dan bekerja sama di dalam kebajikan dan ketakwaan. Mereka akan senantiasa mengenyahkan keburukan, permusuhan, dan perbuatan dosa lainnya.
Tiada keindahan yang nyata, selain memiliki rumah dan mengisi di dalamnya dengan penuh kasih sayang dan selalu bersyukur kepada Allah, Pemillik segala kebahagiaan dan kesempurnaan. Alhamdulilah, Ramadhan ini, kita semua dapat berkumpul meningkatkan ibadah mencari keberkahan dari Allah Subhannahu Wa Ta'alla
Janganlah mencari ketempat lain.

Lebih baik di sini, rumah kita sendiri


Sumber : www.rumah.com  







































7 comments:

  1. Home sweet home.. :)
    Mba een suka hijau ya? Adem bener kliatannya, boleh mampirkah? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya suka hijau. Dalam surah Yasin : Surga itu berwarna hijau.
      Baiti Jannati

      Delete
  2. Sama Mbak Een, saya juga suka hijau bikin teduh dan asri kaya rumahnya Mbak Een (jadi pengin mampir deh..) Kapan ya rumah saya seperti ini? Masih punya anak kecil nih, belum bisa rapih Mbak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya nggak punya anak kecil, tapiii anak kaki empatku lima. harus ekstra bersih

      Delete
  3. This is not just a mother who works hard at cleaning the house, but invites the entire family to clean, giving assignments in accordance with the possibilities.

    ReplyDelete