Tuesday, November 16, 2021

Urap Ketan, Kudapan untuk Bapak

April 2013, Bapak terkena stroke menyebab Bapak lumpuh di sebelah kanan. Perasaannya pun lebih sensitif.
Aku dan adik laki-laki ke tiga, bergantian merawat Bapak membantu Mama. Otomatis aku banyak di kampung Cikalahang.

Sambil menyulam, aku duduk di ruangan depan ranjang,  menunggu Bapak tidur, takut kalo terbangun minta minum atau mengubah posisi untuk duduk. 

"Uhh!!!" kaki Bapak menekan kencang ke bawah, tangan kirinya menahan sesuatu. Badannya bergetar.
"Pakkk...Bapak." 
Aku meloncat sambil menepuk, membangunkannya. Takut ada apa-apa.

"Untunggg, Bapak injak rem hardtopnya," Bapak terbangun, bernafas lega.
Ya Allah, Bapak mengingau...bikin kaget aja.
Mobil Hardtop kesayangan bapak

Waktu di Palangka Raya, kami punya Toyota Hardtop BJ40 keluaran tahun 1982, warna  coklat muda. 
Bapak menyupir mobilnya melintas jalan-jalan semi tanah buatan perusahaan Kayu, menembus belantara...Naik mobil sampai terbawa mimpi.

Suatu ketika, lagi-lagi mengingau, tangannya mengambil sesuatu di atas sprei, lalu dimakannya. Berulang kali gerakan itu dilakukan, sampai Mama memanggil, "Kanggg..."
Bapak terbangun, "Keur dahar Kenta."
"Ngimpi, Kang Haji."
"Sok atuh nyiuen," pinta Bapak
Aku yang mendengar, ikut tertawa, Bapak langsung marah, keukeuh dibuatkan Kenta.
"Iya, nanti kita bikinkan Kenta, ya," tandas Mama.
Padahal Kenta susah dicari, adanya di Kalimantan. 
Membuatnya pun harus dari beras ketan baru dipanen. Ketan di sangrai dengan kulitnya, baru ditumbuk menjadi gepeng. Umumnya dimakan dengan parutan kelapa.

"Bikinkan urap ketan aja," perintah Mama.
Bahan dan cara membuat urap ketan
•1 kg beras ketan dicuci bersih, kukus selama 15 menit (sampai beras ketan melentis (mekar)
• Masak santan 500 ml, 1 sdm garam dan daun  pandan sampai mendidih, lalu matikan api.
•Beras ketan setengah kukus, taruh di wadah plastik,  masukan rebusan santan sedikit demi sedikit hingga rata.
Biarkan sampai santan meresap selama 15 menit.
•Kukus kembali sampai matang.
•Angkat dan taburkan dengan kukusan kelapa parut muda. Siap disajikan.
Sore hari setelah Asar, biasanya, kami  duduk di teras.
Menikmati teh dan kue (kebiasaan orang Kalimantan). 
Menunggu senja sambil menyapa petani  pulang dari sawah.
Sepiring kecil urap ketan aku suapkan, Bapak menikmati, lupa dengan Kenta.
Sambil mengunyah, tiba-tiba, Bapak menangis cegukan.
"Huuu...emut ka emih jeung bapak, baheula, dahar ketan di leuweng."
Aih...aku pikir kenapa?
Ternyata, ingat ke Ibu Bapak, makan ketan di hutan.

Cikalahang, tahun 2013 #NopemberKuliner #UrapKetan
(Baca: Kenta )

No comments:

Post a Comment