Saturday, November 6, 2021

Sala Lauak, Gorengan dari Padang

Hatiku rusak, ketika menjejak kaki pertama kali di Bandara Udara Internasional Minang Kabau.
Tak berselera untuk melakukan apapun. 
Tak pula aku mau pergi ke mengikutinya dinas ke Bukit Tinggi, kota yang katanya sangat indah.

Aku hanya berdiam, duduk di tepian pantai kota Padang, ditemani gerimis yang tak kunjung berhenti.
Suasana kota seperti dua sisi hatiku, di kiri jalan, tegak tebing tinggi, di sebelah kanan, panorama indah  Pantai Padang, taplau (tapi lauik) memanjang tak putus dari ujung ke ujung.
Sebenarnya, sungguh tak enak berlibur disertai pertengkaran hebat dengan suami. 
Liburan sia-sia, batinku.

Biasanya aku selalu semangat mencoba kuliner baru, tapi mengapa, saat ini aku tak bisa menikmati lotek mie, soto Padang,  terasa hambar, hatiku benar-benar rusak.
Tak ada lagi maaf baginya, sekalipun bersujud seperti si Malin kundang di Pantai Aer Manis. Kesabaranku sudah habis.
Sekian lama berdiam, tiba-tiba aku merasa lapar. Aku berjalan menyelusuri jalan depan Hotel Grand Zuri.
"Da, satu porsi." 
Sepiring ketupat sayur Padang terhidang, warna kerupuk merah mengoda seleraku.
Di depanku berjejer karupuak saga, kerupuk dari ubi kayu yang digoreng seperti sarang burung, biasa untuk disantap bersama ketupat sayur, sate  atau dimakan begitu saja, rasanya gurih asin. 
Selain itu ada satu hidangan, kupikir itu combro. Bentuknya bulat kuning kecoklatan. Setelah kunikmati, ada sensasi  wangi daun kunyit, dan  aroma ikan asin.
"Apa ni, Da?" tanyaku penasaran, rasanya renyah, gurih dan wangi.
"Sala lauak, Uni."
 Makanan khas Sumatera Barat ini terbuat dari tepung beras disangrai, irisan daun kunyit, bawang putiah, daun bawang dan suwiran daging ikan asin peda .
Dinamakan Sala Lauak karena sala artinya  goreng, lauak  berarti ikan, secara harfiah, makanan yang digoreng.

"Lamak bana kan, Uni. Jarang-jarang ada camilan dari ikan asin, hanya Sala Lauak," ujar Uda,"Makan satu tak cukup, Uni, tambuah ciek!"
Aku tersenyum, terasa sejuk hatiku.

Hanya tiga hari di kota ini, akupun pulang sendiri, kusempatkan membeli oleh-oleh sanjai dan dakak-dakak. 
Sekeping hatiku telah menentukan pilihan hidup, berpisah dengannya.
.
Kota Padang, dengan hati suram.
#Nopemberkuliner  #SumateraBarat

No comments:

Post a Comment