Saturday, April 14, 2018

Wisata Kuliner Kota Tegal

Ini cerita setahun yang lalu, kemudian, saya berpikir hari ini, rasaanya sayang nggak diceritakan kembali.
Karena ini adalah moment bahagia kami berdua, saya dan gadis semata wayang, belahan jiwa, menyejuk mata dan hati.
.
.
.
Lima belas menit menjelang jam 12 malam, pergantian tanggal yang saya nanti, Senin, 9 januari 2017. 
Pintu rumah diketuk, anak gadis tumben pulangnya malam. Banyak kerjaan katanya, saya melihat raut wajahnya tampak lelah. 
Padahal dari tadi saya diam-diam sudah sedikit berdandan, takut ada kejutan trus foto-foto, masa iya wajah polos, saya kan nggak mau kalah dengan Syahrini. 

Tik tok tik tok. 

Jam 24.00 Malam.
Pesan mesra dari Akang, ucapan selamat ulang tahun yang pertama. Ini juga kejutan, tahun kemarin dia lupa, saya ngamukkk...*biasalah sok gitu eikeh...hihihi. 

Aaah sudahlah, saya berusaha tidur sambil menatap dinding, mungkin anak saya lupa. Ihikz. 

"Mamaaa...selamat ulang tahunnn." 
Teriak Ica, sambil menyorongkan kue berhias lilin. 
Suprise!!! 
Oh...tadi pura-pura cuek, batin saya. 

"Ini hadiah buat Mama." 

Hah...saya pura-pura kaget, biar agak drama gitu.
Kado dibungkus rapi, segera saya buka...
Masha Allah, cantiknya tas kulit lukis, langsung berlinang air mata, terharu. 
Habis, begini ya, ini tas kulit dambaan saya. 
Dua bulan yang lalu, saya, menunjukkan gambar tas ini, cuman bilang bagus banget. Masha Allah...malah jadi hadiah ulang tahun. 

Hadiah Ulang Tahun ke 46 
Semalaman, saya gantung tas kulit di dinding tepat di hadapan tempat tidur. 
Semalaman pula, saya senyum-senyum sendiri, suliiit saya katakan perasaan ini, campur aduk, bahagia.

Kling ...

Sebuah gambar terkirim dari akang, ini hadiah untukmu, dua tas yang dibelinya di Florence, Italia. Semakin membuncah bahagia dipenuhi cinta. 
Dua orang yang tau persis kesukaan saya: tas bercorak etnik. 

Tak lama telpon berdering dari Mama di Cirebon.

"Udah beli baju kan, itu hadiah ulang tahun dari Mama,"katanya dari ujung telepon. 
Beberapa hari lalu, Mama mengirim uang, menyuruh saya beli baju baru buat ulang tahun. 
Setua ini, saya masih dikasih uang untuk beli baju dari orangtua. Mungkin, orangtua tak pernah menganggap anaknya dewasa, tetap saja jadi anak kecil, kasih sayangnya juga sama. Indahnya hidup ini, dilingkungi kasih sayang berlimpah. Barakaallah Ya Allah.

Saat kantuk mulai menyerang, bunyi hape, nada pesan masuk dari si gadis, Ica:
Maaa...ini hadiah ke dua untuk Mama. Seminggu lagi, kita jalan- jalan ke Tegal. Piknik yang dekat-dekat aja ya, Ma. Semua sudah Ica bayar, kereta, akomondasi dan hotel." 

Meleleh airmata saya, lagi-lagi terharu, ini piknik pertama di tahun 2017,  berdua dengan belahan jiwa. 
Maklumlah, anak saya sangat sibuk bekerja, untuk bisa jalan berdua itu kesempatan luar biasa. 
Ulang tahun yang paling membahagiakan di kelilingi orang tercinta. 
Indahnya hidup di usia tak muda lagi, #eh jangan salah usia cuman soal angka, tua tapi semangat tetep muda, ahaiii

*** 



Seminggu kemudian.
Sabtu, 14 Januari 2017
Tegal ekspres melaju dari stasiun Senen jam 07.45 pagi. Menempuh waktu  empat jam untuk sampai stasiun akhir, Tegal. 

Gerbong kereta Ekonomi AC ramai dengan penumpang, sepertinya satu rombongan. Suara obrolan dialek Betawi sangat kental, tawa dan canda seakan ini kereta milik sendiri. Saya cukup memaklumi, biarlah orang bersuka cita.

Seorang ibu duduk di samping saya berperawakan sangat gemuk menawarkan arem-arem yang dibawanya satu plastik besar. Mau menolak, tapi si ibu maksa banget, ini namanya rezeki, yang nggak boleh ditolak.

Sejak masuk gerbong hingga kereta berjalan, saya perhatikan, si ibu nggak berhenti mengunyah. 
Yang saya suka dari pasangan ini, keduanya sangat mesra, saling bercanda dan tertawa ramai. Padahal secara fisik, suaminya perawakannya tinggi kurus, dan istrinya, besar sekali, ahhh, ini namanya cinta sejati, tak memandang kekurangan diri tapi kelebihan masing-masing.

Suami ibu itu bercerita, rombongannya ini akan pergi ke pemandian air panas Guci, tempat wisata yang kini terkenal. Cuman sehari, besok sore sudah kembali ke Jakarta.
Tosss, sama dengan saya, piknik dua hari, murah meriah.

Beberapa tahun terakhir, objek wisata Indonesia, semakin diminati wisatawan negeri sendiri. Inilah dampak iklan gratis media sosial...FB dan instagram bisa mengubah gaya hidup orang Indonesia. Dulu, boro-boro piknik, terlalu sibuk mencari nafkah, sejak adanya viral, foto-foto cantik pemandangan di negeri sendiri, juga selfie-selfie, dampaknya, orang Indonesia semakin bisa menyisihkan waktu dan biaya untuk santai dari hiruk pikuk problem kehidupan.Bagus juga. enjoy!

Kereta Ekonomi AC, bergerak dan bergoyang keras, roda besi berbentur dengan rel menimbulkan suara khas kereta. Mau kereta api eksklusif, bisnis atau AC ekonomi,  suara kereta tetap sama, junggijak gijuk gijak gijukkkk.


Sepanjang perjalanan, saya termasuk orang susah tidur, apalagi, kepala anak nyandar di bahu. Dia gampang sekali tidur, duduk, langsung nyenyak. Kadang iri, lihat orang yang gampang tidur dimanapun berada, kok saya nggak bisa.

Saya nggak mabuk di perjalanan, tapi mabuknya nanti kalo sudah sampai tempat tujuan, barulah mabuk darat, pusing, mual, rasanya seperti diayun gelombang, goyang-goyang.
Biasanya, sampai stasiun, saya langsung minum obat anti mabuk (beda ya). Cara ini agar sampai hotel saya bisa tidur mencegah mabuk dan vertigo kumat.
***

Sore hari, hujan rinai menyambut kedatangan kami di kota Tegal, kota yang belum pernah saya singgahi, biasanya sekedar lewat saja kalau bepergian menuju ke Semarang.

Kota yang namanya lekat dengan warung nasi, Warteg: Warung Tegal. Dan terkenal dengan basa ngapak, ora ngapak ora kepenak.Hanya itu yang saya ketahui, sedikit tentang kota Tegal.

Hujan semakin deras, rasa lapar mulai terasa. Disamping stasiun ada penjual ayam siap saji, masa iya harus makan itu, yaaa...sama aja dengan di Bogor.


NASI SAUTO 
"Mama mau makan soto, yang hangat," pinta saya, yang serba kuliner tradisional, mau coba rasanya.
Sambil bertanya pada petugas keamanan stasiun Tegal, katanya, ada warung ke arah kanan jalan, bergegas kami berlari menembus hujan.
Ini repotnya kalo piknik pas musim hujan, tak bisa menikmati suasana kota.

Hujan semakin deras, kami duduk di bangku kayu panjang warung dekat Stasiun.

Warung makan  Pi'an yang katanya rajanya nasi lengko di jalan Kolonel Sudiarto jaraknya dekat stasiun. 
Memasuki warung ini seperti masuk ke masa lalu, foto-foto empunya terpajang besar. 
Yang menarik dari warung inu, hiasannya, sungguh berbeda, di dinding, semua kalender 2017 hampir 6 buah di tempel. Kalender sepertinya dari berbagai pemberian. 

Saya memesan nasi Sauto (saya pikir nasi soto)

Dalam bayangan saya pasti seger mirip soto umumnya. 
Beberapa menit kemudian.

Semangkuk nasi sauto. Nasi dan sauto ayam tecampur, toping bertabur irisan daun bawang dan macaroni goreng. 
Aaah...begini rasanya sauto. Nggak akrab di lidah saya, rasa tauco yang kecut dan khas Tegal, suer belum akrab dilidah saya. Mungkin. Ini kuliner baru bagi saya...Ya yang penting udah tau rasa Nasi Sauto.

Saya mengambil sedikit pernak pernik nasi sauto dipermukaannya saja, lapar saya lenyap seketika. 

Rada iri melihat anak yang duduk di seberang meja, lahap bener makannya, menikmati nasi campur yang terdiri dari nasi, telur pindang, irisan daging diiris kecil berwarna gelap. 

"Kenapa, Ma," tanyanya, heran kali, nggak biasanya Mama makan sedikit. 
Lantas, saya sodorkan mangkuk nasi sauto. "Hahahaa...Mama sudah menemukan kuliner khas Tegal" di mangut-mangut mengecap kuah sauto dan tertawa tergerak.
Hmm...rupanya, bagi kami, sauto biasa di lidah ini. 
Saya hanya menghabiskan sedikit, lebih banyak makan bakwan udang goreng yang terasa renyah, pisang goreng buligir, tahu isi ukuran jumbo.
Selesai makan, pramusaji menghitung makanan di meja kami dengan kalkulator besar di tangan. 

Kami beranjak menuju guest house yang sudah kami pesan via aplikasi.
Maksud hati mau pakai taxi, tapi nggak ada. Ya sudah, naik beca aja, padahal ini pasti bakal hujan lebat. tapi, hanya beca jadi satu-satunya pilihan transportasi (belum ada ojol tahun 2017 di Tegal).
Melihat perawakan tukang beca yang cekinggg, saya rada ragu. Kami sebenarnya mau pesan dua beca, tapi tukang becanya maksa, "kuat-kuat kok mbak, inyong kuat, sudah biasa."

Hujan semakin deras, kami terkurung dalam beca blasss ketutup karena bagian depan, kiri kanan beca ditutup plastik. Otomatis kami nggak lihat apa apa. 

"Pakkk, tau kan alamatnya, Priemer Guest House? "

"Tauuuu bu, deketttt."
Dekett, tapi kok ya perasaan luaaamaa sekali, sedikit ragu apa tukang beca ini tau. 
Yang bikin gugup, bus-bus besar menyalip beca kami ,was wis wus wes wos...semakin gugup di hati, ngeri-ngeri sedap. 

"Jalan Yos Sudarso,Pak"
Anak saya membuka map, mulai ragu, kok lamaaa banget.
"Iya,mbakkkk....itu kan di jalan Panturaa." 
Oalahhh, pantes banyak bus lewat. Suara tukang beca itupun tengelam di antara deras hujan dan petir. 

Setengah jam kemudian, derit rem beca diinjak, suara terdengar nyaring.

Hening...
Hati masih deg-degan,baru kali ini, naik beca hujan-hujanan, di jalan Pantura lagi, spot jantung luaar biasaa.

Alhamdulillah, sampai juga hotel yang kami pesan.
Plastik bagian depan dibuka tukang beca. Baru saya yakin, benar juga Hotel berada di jalan pantura. 

Melihat senyum lebar tukang beca, kaos putih tipis semakin kuyup kuyup...rasanya nggak tega memberi uang Rp 15.000. 
Saya tambah lagi ongkosnya, dengan tersenyum ia menerima dan tukang beca itu mengayuh dengan gembira. 
.
Lumayanlah melepas penat di hotel Premier,  walau sebelahnya rame suara anak-anak karena lapang Footsal.Ya sudahlah, acuhkan saja.

Berusaha tidur sebentar, sebelum kami melanjutkan perburuan kuliner Tegal serta tempat wisata. 
Waktu kami sangat sempit, malam ini harus ke alun-alun kota tegal, pagi Minggu ke pemandian Guci di slawi, sore Minggu kami kembali. Anak saya kembali ke Jakarta untuk bekerja dan saya singgah di Cirebon,  pulang kampung.
Piknik Sabtu Minggu harus bergerak cepat sesuai jadwal.

Hujan semakin deras, serta jarak hotel jauh dari alun-alun kota, terpaksa  menahan kami untuk berangkat.
Lepas magrib, sisa hujan masi ada memaksa kami berangkat naik beca lagi. ..sport jantung dimulaiiii.

Tegal di waktu malam, berhias lampu warna warni. Melewati toko- toko tua milik keturunan Tionghoa.
Kami menikmati suasana kota dari beca saja sudah puas, mau beehenti henti, sudah mepet.
Tulisan besar 'Tegal Bahari" motto besar di pasang di baliho...hmmm, kotanya lumayan bersih. 

Alun alun Tegal, Laka-laka
Di sinilah pusat kota Tegal
Malam Minggu, hujan rintik, alun-alun tetap rame. 

Mobil kayuh diubah bentuk berhias lampu, laka laka...luar biasa banyaknya. 
Orang Tegal biasa mengatakan laka-laka. Tegal laka-laka, sate kambing laka-laka...tadinya saya bingung, apa artinya. Ternyata, laka-laka itu berarti tiada bandingnya, atau luar biasa...laka-laka!
Sepanjang jalan banyak  penjual makanan, camilan dan barang lainnya.

Sate Kambing Tegal

Kami berdiri di depan warung samping alun-alun. Jadi ingat pesan temen saya, kalau ke kota Tegal, jangan lupa makan sate kambing Tegal.
Kata temen saya, seorang pensiunan Pos Indonesia Tegal, sate kambing tegal, rasanya empuk, gurih dan manis karena bahan utamanya dari kambing yang masih muda. 
Sate kambing dinamakan sate Dusnom (wedus nom/kambing muda dinamakan juga Kambing muda Batibul (bawah tiga bulan) dan Balibul (bawah lima bulan).
Sate kambing saat dibakar tidak memakai bumbu, jadi manisnya itu berasal dari daging itu sendiri. Warna sate sedikit pucat, setengah matang, istilah kuliner mah, medium-rare.
Untuk sausnya, cukup mempergunakan irisan cabe rawit, tomat, bawang merah dan kecap asli produk lokal kota Tegal.

Ehmmm... itu kata teman saya. 

Kenyataannya, kami, ibu dan anak, cuman berdiri di depan warung sate.
Semua, gara-gara melihat daging kambing muda digantung telanjang di dalam kotak kaca depan warung.
Tiba-tiba ada desir piluu melihatnya, hati saya nggak tega. Sangking ga teganya, gambar kambing tergantungpun nggak kefoto.
Kalo mau tau, sate kambing Tegal, silahkan cari sendiri...biar tambah penasaran.

Kesihan banget masih muda udah disembelih, lagi lagi saya membatin.

"Mau, Ca?" bisik saya, terlihat ada keraguan di wajah anak saya. 
Dia menggeleng,"makan yang lain aja ya, Ma. Nanti tensi Mama naik."
Alasan yang tepat, padahal sih, telepati batin kami  sama, kasihan. 
Ah, beginilah resiko ngajak jalan-jalan pencinta hewan. Sedikit-sedikit kasihann. 

Sate dan Sayur Ayam
Kami menelusuri jalan, ada warung kecil tepat di belakangnya pasar alun alun. 
Warung sate ayam aja, lebih aman dimakan. 

"Dua porsi sate ayam ta Bu. Pake sayur ayam nggak." tanya mbak penjual sate.

Saya iyakan aja, padahal penasaran apa itu 'sayur ayam'. 


Sate ayam di warung ini, daging ayam sudah dibakar setengah matang, jadi pembeli nggak usah menunggu lama, tinggal dibakar sebentar saja. 
Saus kacang  dipisah dengan sate, ditaruh di piring kecil nanti pelanggan tinggal mencampur sendiri sate dengan sausnya. Bahkan bisa juga pesan, saus kacangnya dibanyakin, satenya disedikitin.
Sate ayam bisa dinikmati bersama lontong atau nasi. 

Beberapa menit kemudian.


"Silahkan, Bu," wanita bertubuh besar membawa pesanan kami dua porsi sate ayam dan sayur ayam.

 
Ini toh,  sayur ayam.
Ealaaahh, sayur ayam berupa olahan sisa tulang pembuatan sate. Tulang ayam sedikit daging dimasak dengan bumbu sop, nggak ada sayur sama sekali, tetap namanya sayur ayam. 
Enak juga, segar, ladanya nendang. Untuk seporsi sayur ayam cukup bayar 5000 saja. Murah. 
Hujan kembali turun, ditunggu nggak bakal reda, ambil jurus nekad menerjang hujan, kami berkeliling ke alun alun. 
Sebenarnya, repot juga nggak ada tour guide, nggak yang ngasih tau dimana kuliner enak.
Kembali membuka catatan kecil : Nasi Sauto (diceklis, udaah) Sate Ayam (batal, nggak tega) Sate ayam, tahu aci dan kupat glabet.

Tahu aci. 


Tahu biasa, tengahnya diberi adonan aci/tepung tapioka dicampur daun bawang...ini kalo di Bogor dinamakan cireng, cuman pake tahu.

Kupat glabet

Denger namanya, bikin penasaran. 

Kupat glabet, kuliner khas Tegal terdiri dari potongan ketupat disiram glabet, yaitu santan kental berwarna kuning. Tambahan lauk, sambal goreng tempe, kita bisa menambah telur rebus dan beberapa kremekan kerupuk kuning.

Penjual kupat Glabet menawarkan tambahan sambel tauto, langsung saya tolak. Kata si ibu, ini sambel seger manis dan asam. Tetap saja saya menolak halus walau rayuan mematikan. Nggak pake sambel tauto, kupat Glabet sudah enak untuk dinikmati.

Malam semakin larut, lagi-lagi saya dibuat jantungan, naik beca ke jalan pantura. Berada di antara bus-bus malam yang melaju kencang, kalo nggak terpaksa, saya nggak mau. Tapi masaiya, pulang dari alun-alun jalan kaki.

Untungnya, malam ini saya bisa tidur pulas.
Pagi-pagi  kami akan piknik lagi, ke Pemandian air panas Guci di Slawi.
Semoga saya bisa menulis kembali, sudah ngantuk berat.
Sampai jumpaaa   


























21 comments:

  1. jadi penasaran dengan kupat glabet nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. yoo kuwi....santannya kental, makinnn penasarannn kan. sengaja...hahahha

      Delete
  2. Aaakkkk senangnyaaaa...
    Dikelilingi sm org2 yg penuh perhatian ya mbk. Semuanya ngasih kejutan. Termasuk orangtua. Ikut seneng bacanya. Terutama waktu jln2 sm anak sbg hadiah ultah buat mbak. Ah kereennn.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, hidup bahagia ternyata sederhana...bersama keluarga itu bentuk nyata...

      makasih ucapnya...aaaminn

      Delete
  3. Soto taoco itu, Kuliner wajib kalo lagi pulkam ke rumah nenek. Tp sampai saat ini blm oernah cicip ketupat glabet itu. Jd oJd penasaran

    ReplyDelete
    Replies
    1. hoyoookkk....cobain kupat glabet. nggak sah kalo ke tegal nggak makan kupat

      Delete
  4. Tegal emang surga makanan banget. Mbak Een met ultah sehat selalu, your face look like 35 years old.

    ReplyDelete
    Replies
    1. pujian jej, bikin eikeh melayah.

      dibilang usia 35 thn.
      seriussssss *ambil cermin,ngacaaaa hahaha.
      makasih ya sdh mampir

      Delete
  5. Banyak juga kulineran di sana. Memang sih kalau mengunjungi ke salah satu kota, sebisa mungkin kita mencicipi kulinerannya

    ReplyDelete
  6. Mbak Een, aku turut senang membaca surprise surprise yang diterima saat ulang tahun. Bahagia banget ya Mbak dikelilingi orang-orang tercinta. Apalagi habis itu piknik dengan sang Belahan Jiwa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasihhh ya jenk sdh mampir...
      piknik sebenarnya melepas rutinitas yg ga ada habisnya...apalagi jalan dgn anak itu. suenenge ra ketulungan...seuuuuneng

      Delete
  7. tegaaaalll.. emang pecaah... aku mau kesana aah,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. catatan: kesanaa ya bang, jgm musim hujan, repotttt

      Delete
  8. Sayur ayam itu apa mirip2 opor ya mbak? Trus sauto juga apa kyk soto? hehehe #soketu
    btw met milad ya mbak semoga makin barokah usianya, sehat terus aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. sayur ayam mirip ke sop. soto ya ke soto tapi kecut manis gitu.


      nuhun doanana, aaamiinnn, barakaallah

      Delete
  9. Lah, gk jadi makan sate kambingnya ya?


    Saya penasaran aja sih kenapa namanya Sauto. Ada artinya kah?

    ReplyDelete
  10. What a wonderful article! Thanks so much for such a positive attitude towards this holiday! I appreciate your share!

    ReplyDelete
  11. As far as I can see, the entire post is indeed descriptive! I hope that you were able to implement your dreams and plans!

    ReplyDelete
  12. If you have a disire to have som erest you are free to go the place you want.

    ReplyDelete
  13. I want to refuse, but the mother is so mean, this is called fortune, which cannot be rejected because people cannot choose their loved ones and parents.

    ReplyDelete