Sunday, February 28, 2016

Berkeliling di Pasar Ikan Palangka Raya

Kemanakah destinasi wisata saat di Palangka Raya, khususnya pencinta kuliner  berbahan ikan sungai. 
Bak kotak ikan, jalan kecil, suasana pasar ikan Palangka Raya
Salah satunya berkunjung ke Pasar ikan di jalan Halmahera. Memang sih, wisata kok ketempat becek begini. Eh, jangan salah, disini letak keseruannya loh. Apalagi, emak macam saya, paling suka belanja di pasar tradisional, ada interaksi penjual dan pembeli, tawar menawar dan lainnya.

Pasar ikan, khususnya sungai, terletaknya di tengah-tengah Pasar Besar. Sejak saya kecil, namanya cuman pasar besar, tanpa embel-embel nama lainnya.

Memasuki pasar tradisional beratap seng, disuguhkan pemandangan yang tak pernah berubah sedari dulu. Kotak-kotak air terbuat dari dua batang papan disatukan, lalu dilapisi karpet  plastik, berisi berbagai jenis ikan. Satu kotak, satu jenis ikan saja, kalau disatukan, bisa-bisa dimakan ikan lain. Umumnya, ikan disini jenis predator, ikan pemangsa ikan kecil.
Lampu pasar terang benderang, padahal jam menunjukkan jam 10 siang, lampunya hidup sedari subuh.

Jalan sempit di antara los pedagang ikan, ditaruh papan untuk berjalan menutupi tanah yang becek. Jalan di sini,  pembeli tak bisa menghindari percikan air dari kibasan ikan segar yang berenang di dalam kotak sempit. Pedagang ikan rata-rata memakai sepatu boot plastik. Jadi, kalo ke pasar ikan, sebaiknya memakai sendal jepit saja...kita kepasar Buu, bukan ke pesta.

Menurut saya, pasar ikan  nggak seperti dulu, sudah jarang ditemukan ikan tawar dari sungai. Sungai Kahayan sudah diputas atau diracun dengan merkuri hasil penyedotan emas. Ikan pada mati muda, kalaupun ada, masyarakatpun takut memakan ikan itu. Ketakutan terkena berbagai penyakit, salah satunya kanker.
Pedagang ikan Toman
Berbagai jenis ikan yang saya kenal dulu, hampir sulit di temukan, itupun kalau ada, harga menjerat dompet.


Jelawat, ikan paling mahal dan istimewa, mudah diolah berbagai masakan, dibakar, dan dipanggang, agak susah ditemukan.
Begitu begitu pula Pepuyuh, salah satu ikan sungai yang menjadi favorit, sudah sulit ditemukan. Papuyuh bentuknya seperti ikan Sepat tapi lebih gemuk dan kekar.

Ada lagi ikan tak bersisik namanya Baung, kepalanya besar satu family dengan ikan patin, tapi rasanya lebih enak kalau di masak juhu asem.
Baung sangat suka mengoda betina, akhirnya ikan baung merembet ke jenis lelaki playboy suka kawin cerai. 

"Jangan sampai baparak wan lakian itu, inya Baungan"
Kata peringatan kepada wanita, jangan sampai dekat dengan laki-laki itu, dia Baungan (playboy).

Ada lagi jenis ikan, yang rasanya hanya, satu-satunya di dunia, namanya ikan Lawang, dan  Rariu  bentuk kecil tapi bau tahi, kata Mina saya, (saya nggak pernah mencoba) rasanya enak, tapi...hihihi...sapa yang mau makan. Hanya orang tertentu aja yang bisa membersihkan ikan bau ini.

Ikan yang paling enak dibuat pundang (ikan asin) namanya lais. Termasuk ikan berkumis tapi bentuknya tipis. Sayangnya, sekarang ikan lais ukuran besar sulit ditemukan. Ditangkap terlalu muda hingga hanya anak lais aja yang bisa ditemukan di pasar.

Saluang, besarnya setelunjuk besar. Ini termasuk ikan yang sulit dibudidayakan, rasanya gurih sekali.Ikan kecil yang hidup bergerombol, kompak banget berenang bersama dalam satu arah, itu sebabnya menangkap cukup sekali jala.
Kekompakan ikan kecil ini, dibuat sebuah lagu Dayak.

Jaka kukatawa.
Pahayak Saluang murik.
Maja mina mama.
Pahayak Saluang murik

Kalau aku tau.
Bersama Saluang pergi
Bertamu tante dan paman
Bersama Saluang pergi

Iwak Pipih, di Indonesiakan, jadi Belida. Jenis ikan berduri banyak, ikan ini pun mulai  jarang pula ditemukan, biasanya, daging ikan di kerok dengan sendok hingga menjadi fillet ikan, sebagai bahan untuk membuat otak otak atau kerupuk ikan pipih.

Favorit saya, ikan Behau, atau Haruan, bahasa Indonesianya, Gabus. Ikan ini sudah mulai langka di temukan, yang banyak dijual sekarang, ikan sejenisnya namanya Toman, bentuknya sama, tapi bersisik dengan corak bulat bulat. Rasa toman nggak semanis ikan behau. Ikan toman, enak dimasak dengam bumbu lombok kering, bumbu habang.

Tengak-tengok melihat kotak kayu, hampir didominasi ikan hasil budidaya dari karamba. Ikan Patin karamba dihargai paling murah, Rp 20.000,- Ikan Nila sekilo Rp. 35.000,- Dan ikan saluang Rp. 40.000,- Saluang hanya hidup di sungai sungai Kalimantan saja.
Bikin laper aja, sekalipun cuman cium asapnya doang
Pasar ikan yang tak berubah, saya harap dengan pergantian Gubernur baru ini, ada renovasi di pasar tradisional ini. Sengnya dan kayunya berwarna hitam, terbakar panas asap pedagang ikan bakar segar di pinggir pasar ikan.
Dengan  atap seng-nya, benar-benar mantaf, saya serasa menjadi ikan yang diopen. Panasss.

Kenapa mendadak jadi kasihan lihat ikan-ikan itu. Dipukul hidup-hidup, dipotong dengan pisau besar pedagang. Biasanya, pandangam saya alihkan ke lain. Menutup rasa nyeri hati saya. Setelah selesai, baru saya bayar, sambil membatin, kejamnya diriku. Apadaya, harus dibeli juga.

Belanja ikan selesai, sebelum pulang, jajan wadai dulu. Nanti deh, saya ceritain, ya.

Saluang goreng tepung. menyesal makannya....
Menyesal kenapa nggak banyak belinya, enakkk sih

9 comments:

  1. Hihi Ada ya bu ikan yang kekar ngikik bacanya :) Nice posting. Jadi nambah ilmu perikanan...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihihi...Papuyuh lebih menuk-menuk, kekar dibanding ikan sepat.

      Makasih sudah mampir ya

      Delete
  2. hmmm...ikan saluang. goreng garing. kriukk nyam nyam nyammm

    ReplyDelete
  3. hmmm...ikan saluang. goreng garing. kriukk nyam nyam nyammm

    ReplyDelete
  4. Iyaaa. Jalan murjani kemudian jalan sedikit ke Halmahera. Ohh..berarti ada yangbbirong ikan..coba lagi deh, dik

    ReplyDelete
  5. Info ny pang yg mau nerima ikan lele lawan patin bisa hubungi WA ulun 085768734526

    ReplyDelete