Saturday, July 9, 2022

Dream Comes True | Aku Menjadi Warga Bogor

Aku pernah menulis, perasaanku saat terpilih mengikuti Jambore Pramuka Nasional 86 Cibubur, Jakarta sebagai anak daerah, bangganya luar biasa ...
Rak terasa sudah 36 tahun, mendadak ingat kembali.

Di antara aktifitas ke Pramukaan, satu acara yang ditunggu-tunggu, pergi piknik.
Setiap Pramuka, memilih dua tujuan wisata.
 
Aku memilih wisata ke Pantai Ancol dan Bogor.
Pilihan terakhir agak jauh, ke Kebun Raya dan Istana Bogor. Aku penasaran, bagaimana indahnya Istana Bogor (disuruh masuk melihat isinya), Bagaimana bau bunga bangkai (ternyata masih kuncup), Bagaimana pohon-pohon koleksi Kebun Raya, sama nggak dengan di Palangka Raya, ingin merasakan kota tersejuk di Indonesia.
.
Rombongan berangkat naik bus ke Bogor. Baru sampai pintu masuk Bogor, terasa perbedaan cuaca Jakarta dengan Bogor, sejuk, teduh, pohon-pohon besar daunnya menjuntai, rindang.
Ini, Bogor di tahun 1986, hatiku terguncang terkagum-kagum.
Masya Allah, aku nggak pernah bermimpi sampai Bogor, apalagi keluargaku semua tinggal, mengakar di Palangka Raya.
Rasanya nggak mungkinnnn, bisa tinggal di Bogor.
Nggak mungkin, nggak mungkin, kalimat  selintas di antara kekagumanku, kemudian aku menyelusuri pinggir kolam besar di belakang Istana, terpukau melihat tumbuhan teratai raksasa, mengagumi pohon kelelawar (kupikir apa, ternyata sarang kelelawar), melonggo melihat patung wanita tak berbaju ditaruh didalam istana, seharian aku plenga plengo.

"Jakarta, Bogor, Jakarta Bogor."
Kalimat itu berputar diingatanku, diselubungi hal yang mustahil, nggak mungkin pindah kemari.

Selesai SMA, keluargaku pindah ke Jakarta, aku tak ikut lulus Sipenmaru, kuliah di Fakultas Ekonomi, Univ. Negeri Palangka Raya. Bapak memaksaku untuk kuliah di Universitas swasta di Jakarta, aku tak mau, ternyata aku menemukan jodoh di kampus ini.
Akupun menikah dan berkerja di kota ini.
Palangka Raya.
.
.
.
Qodarullah.
Saat Reformasi tahun 1998, Bapak mendesak kami pindah, karena ada peluang.
Masya Allah, kalimat yang kudesir tahun 1986 itu menjadi kenyatakan, aku pindah dan hidup sebagai warga Bogor.
Tak ada yang tak mungkin, jika Allah berkehendak.
Aku sukaa kota ini, Bogor.
24 tahun sudah aku menjadi warga Bogor.
Aku pun tak tau, apakah aku di Bogor ini sampai hayat di kandung badan, atau berakhir di kota lain.
Hanya takdir yang menentukan.


No comments:

Post a Comment