Wednesday, February 10, 2016

Hikmah di Balik Semangkuk Soto Madura


Diceritakan kemarin, saya ikut backpacker-an dengan Jakarta Corners, menelusuri jalur Sang Naga di kawasan Pecinan Surya Kencana. Terusss, apa hubungannya dengan semangkuk soto Madura? 
Jalan-jalan mencari kuliner pecinan, kok malah makan kuliner Madura...Nggak ada hubungannya, blas. Ya memang, anehkan...*Saya juga merasa aneh sendiri* Kok Bisa? 
Soto Madura yang membawa dalam sebuah perenungan jiwa
 *Dalem banget kata-kata eikeh.



Sabtu pagi sebelum jam 7 waktu dinding rumah. Kok ya, badan terasa sakit semua. Sedikit pusing, padahal malam hari tadi, saya sengaja tidur cepat untuk ikutan acara ini. Itulah sebabnya, saya nggak buka email pemberitahuan panitia. Tidur cepat, biar bangunnya segar. ternyata, malahhh...

Terus saya mikir, jadi nggak, jadiiii, nggakkk...jadi! 
Mungkin dengan piknik bisa sembuh, segera berangkat ke lokasi, naik angkot dari Bubulak ke Sukasari, cuman sekali angkot.
Jujur, saya nggak tau, kalo peserta, boleh memakai baju apa saja, asal warnanya merah  dan saya nggak tau mau jalan jadwal  kemana, taunya ke vihara dan kuliner. nunut sajah, macam kerbau dicucuk hidung.
Telisik unik Jalur sang Naga, sukses di dua tempat, vihara Dhanagun dan Vihara Mahabrahma di kelurahan yang sama, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah. 

Setelah itu, ramai-ramai menikmati kuliner di sepanjang jalan Surya Kencana. Rombongan memcarrr, berpisah satu sama lain, makan sesuai selera, pokoknya silahkan mana yang di sukai, hawong bayar sendiri. Merasa orang Bogor, saya santai saja, nggak begitu mengebu, walau jam 12 lewat, lapar keburu lewat. Sebenarnya sejak pagi, perut baru di isi dengan teh tawar dan dua bala-bala sayur, pemberian pengurus vihara Mahabrahma tadi. 
Laparpun sudah liwattt, lihat-lihat, kira-kira mau beli makanan apa. Belum ketemu juga, bertiga, saya dengan 2R (Rani dan Ratna), menelusuri jalan Surya Kencana. Ujung-ujungnya, malah makan lotek tanpa lontong...*Lotek lagi, lotek lagi*

Lumayanlah, karena perut antara lapar dan tidak. Setelah selesai, okelah kita lanjutkan jalan-jalan lagi, cilakaknya, saya nggak tanya atau juga kurang denger, mau kemana lagi setelah ini.  

Lagi asik ngobrol dengan penjual bir pletok, lhaaa, pas saya noleh, "kamaaana si Rani jeung Rani." 
Dua teman saya, menghilanggg. Jelas bukan diculik, atau hilang secara gaib, tapi kemanaaa... Tengak tengok, nggak ada. Saya merasa sendiri. Langsung saya bergegas telpon. Maenyak! blep...tit, hape sekarat. Mati. Sempurnalah kesendirian saya. Emak  bertopi merah jambu, langsung deh, pingin pulang aja...ihikz. klik di sini

Berdiri dipinggir jalan Surya kencana. Saya melambaikan tangan pada angkot 02. Di Bogor menunggu angkot nggak pakai lama seperti di kota lain. Nggak disuruh berhenti, suka datang sendiri. Hebatkan! soal transportasi angkot, Bogor nomor satu. Sampai dijuluki kota seribu angkot. Angkotnya banyak, full 24 jam. 

Naiklah angkot 02 dari Surya Kencana menuju Gunung Batu...Walau sekali naik angkot, tapi jaraknya cukup jauh, karena harus berputar lebih dahulu. Biasanya saya bablas nggak mau singgah kemana-mana, males turun naik angkot. Sampai dekat Bogor Trade Mall atau BTM, dari dalam angkot, saya melihat gerobak penjual soto Madura di pinggir jalan. Lhaaa, tiba-tiba, saya minta berhenti, padahal masih setengah perjalanan lagi.
Mendadak lapar, aneh...ini tak biasa. Dan jarang juga makan sendirian di pinggir jalan, biasanya beramai-ramai. Gerobak penjual soto madura yang sangat sederhana. Hanya ada satu meja ukuran sedang dan 4 bangku plastik. 

"Settong, ya, Cong," pesan saya dalam bahasa Madura. Sigap Kacong, memracik jualan sotonya dalam satu mangkok.  

Sambil menunggu pesanan, sembari duduk di pinggir jalan. Saya melihat pungung pemuda perawakan kecil di depan saya, membawa kesadaran saya, selalu ada hikmah dalan setiap perjalanan. Sekalipun peristiwa itu kecil dan tak sengaja, selalu ada hikmah, jika yang mau mengambil hikmah.
Seperti hari ini, jalan-jalan menelisik kuliner pecinan, kok, malah saya makan disini. 
Coba bayangkan, seharusnya, bisa saja saya makan disana, tempat kuliner yang sudah terkenal, jalan Surya Kencana, Bogor. Tempat yang menyediakan beragam makanan. Kok, bisa-bisanya hati saya bergerak untuk makan disini, padahal perjalanan ke rumah masih jauh dan macet. Padahal, makannya juga di pinggir jalan besar, penjual kaki lima yang liar, yang kadang bergegas dikejar petugas. 

Kenapa bisa terjadi?

Semua karena Allah. 
Semua karena digerakkan Allah untuk berhenti, makan disini. Rezeki si Kacong penjual soto. Doanya di ijabah Allah. 
"Sebaik-baiknya pemberi rezeki. Yakinlah rezeki itu di jamin Allah" At Talaq:2-3 

Merenung sambil menunggu pesanan atas kejadian ini. Hal yang nampak sepele, namun banyak hikmah di dalam, jika kita mau mengambil hikmah.
Janji Allah itu benar, rezeki memang tak pernah tertukar. Semua dijamin Allah. 
Jangan pernah kuatir tak makan, tetaplah berdoa dan berusaha. Contohnya ini, mendadak saya beli soto, artinya rezekinya penjualnya. Lha wong, tadi harusnya menikmati kuliner pecinan, kok ya lidahnya tetap ndeso, malah milih soto Madura, Hmmm, nyaman ongguh.

Bungkus satu lagi, pesan saya. Waktu bayar, mendadak kaget, cuman Rp. 18.000 untuk dua porsi.Murah sekali, lagi enak nian rasanya. Masya Allah, rezeki hari ini.

Bahagia itu sederhana, seperti hari ini, saya dilimpahkan banyak rezeki. Rezeki bukan semata uang tapi rezeki bisa bertemu teman yang baik, ramai dalam kebersamaan, jalan jalan dengan Jakarta Corners, rezeki mendapat ilmu pengetahuan berkunjung ke dua vihara, rezeki atas syukur nikmat dipertemukan penjual soto. Berbagi rezeki dengan membeli dagangannya. 
Emak bertopi merah jambu, tertawa senang...banyak dapat rezeki hari ini
Alhamdulillah, hari ini, masih diberikan Allah, kesempatan dan kesehatan pada saya, karena kesempatan dam kesehatan adalah harta tak terbeli bagi saya. Apalah arti, banyak uang, kalo sakit tak bisa jalan-jalan, tersiksa bukan Alhamdulillah...Alhamdulillah.
Bersyukur atas rezeki yang sedikit, maka Allah akan menambahkan atas nikmat syukur itu. 

Hikmah dalam semangkuk soto Madura.
#TelisikJalurNaga


16 comments:

  1. Waah sotonya menggiurkan bangeet.. Bikin laper liatnya..

    ReplyDelete
  2. Tampilannya seperti soto Lamongan ya, mba. Soto seperti ini enak dikonsumsi panas-panas dan pakai sambal :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, bedanya, soto lamongan memakai taburan koya diatas sotonya, ini nggak pakai.

      Delete
  3. duuuh udh lama ga makan soto madura.. di jkt juga ada yg enak mba... tenda gitu doang... deket dept perdangangan, kalo siang rame deh ama staf2 sana mkn di situ... yg aku suka dr soto madura itu kuahnya sih, gurih bgt yaaaa ^o^

    ReplyDelete
  4. Waah..jadi kangen sama soto madura..., salah satu makanan favoritku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah,berarti kita sama-sama pengemar soto madura, sayang ini nggak ada perkedel dan telurnya

      Delete
  5. Murah banget itu sotonya mbak , kalo disini hrgnya bisa 2x lipat tuh :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga heran, di pinggir jalan mungkin ya. Baru pertama kali juga nih

      Delete
  6. Replies
    1. Hayuk cobian, sebelum ke Ciapus atau Al Ihya, mampir di samping BTM depan pelayanan pajak

      Delete
  7. nyaman ogguh ngakan sotona bu...perjalanan penuh kejutan. memperoleh rejeki dan berbagi rejeki.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boabooo duhkenakkk...nyamannn ongguh.
      Selangkong nya mampir di Blog aku

      Delete