Sunday, February 7, 2016

Es Jahe Kocok, Telisik Kuliner Surya Kencana Bogor

Ini cerita jalan-jalan  kuliner Surya Kencana, kawasan pecinan di Bogor, salah satunya: Es Jahe Kocok 
Fokus ke ES JAHE KOCOK, abaikan foto saya...hehehe, makanya sedikit di blur.

Sembilan belas tahun tinggal di Bogor, baru nyadar betapa kupernya eikeh, efek kurang piknik...*aleyasann bangettt*. Nah itu dia, sebagai warga Bogor, maunya plesiran di luar kota aja, di dalam Bogor belum seluruhnya di telisik, padahal (baru nyadar)  Bogor memiliki banyak tempat wisata yang wajib dikunjungi, baik wisata alam, kuliner, belanja dan satu lagi, wisata religi. Di Bogor banyak sekali masjid, gereja dan vihara peninggalan masa lalu, lha lalaaa...saya bagai kesirep, atas kesadaran maksimal, kurangnya saya mengunjungi tempat terakhir ini, baru sekarang terkesima melihat keindahan dan kemegahan vihara-vihara tua di Bogor.

Secara sadar, kalau jalan-jalan sendiri itu kurang asoi, celingak celinguk sendiri, apalagi kalo nggak ada urusan dan nggak disempatkan waktunya, mana pernah bisa tau berbagai tempat di kota sendiri.
Oke, kali ini, bercerita yang ringan dulu sebelum yang berat-berat, biar seger aja.

Kemarin Sabtu, 6 Februari 2016 menyambut Hari Raya Imlek 2016, saya ikut jalan jalan dengan Jakarta Corners, temanya asik pula: Telisik Unik Jalur Sang Naga.

Travel bareng  blogger memang seru juga, jalan-jalan ke dua vihara di Bogor, dan menikmati kuliner di Pecinan Surya Kencana.
Setelah memgunjungi vihara ke dua yang terletak di Pulo geulis, namanya vihara Mahabrahma, sesi terakhir mari makan siang dengan bayar sendiri di sepanjang jalan Surya Kencana(Surken) kawasan tinggal warga keturunan Thionghoa di Bogor. Peserta diantar tour guide warga lokal  yang dengan sukarela menunjukkan jalan pintas ke arah sebelah Barat. Ya sutralah, eikeh ngikut aja.

Pulo Geulis nama sebuah pulau kecil yang terletak di tengah sungai Ciliwung, masuk ke wilayah kelurahan Babakan Pasar. Untuk mencapai  kuliner jalan Surya Kencana harus melewati jembatan di atas sungai Ciliwung, jembatan besi ini merupakan  penghubung Pulo Geulis  ke sebelah barat. Melintasi gang sempit di antara rumah penduduk yang rata-rata warga keturunan Sunda dan Cina, punya ke asikan tersendiri. Warga di sini seperti sudah biasa kedatangan rombongan, makanya sangat ramah. 

Jam menunjukkan setengah duabelas waktu jam saya, lapar sudah menyerang dengan takjud. Cilakaknya, diperparah dengan penciuman yang tajam, harum wangi masakan dari dapur warga, menambah wowwww...laper. Haduh, apalagi seorang ibu mengeluarkan dagangannya, tumis daun pepaya ditabur bawang goreng di atasnya, amboiiii, lapar nian. Sayang, tak sempat singgah membeli, takut tertinggal rombongan, yaaa sudahlah, menelen ludah saja.

Di penghujung jembatan, jalan mulai menanjak, saya termasuk tiga orang yang tertinggal dibelakang, phiuhh...lap keringat, panas dan haus. Terpaksa tetap semangat untuk menanjak.
Di penghujung gang sempit ini, akhirnya sampai juga di jalan Surya kencana yang dituju. Hausssnya, kebetulan cuaca Bogor sangat cerah.

Saya pikir, Es Jahe Icocok...ternyata Es Jahe Kocok
Disisi barat pas di ujung gang Cheng Sam ini, (maaf, kalo salah nama gang ini) ada penjual minuman, tulisannya di gerobak, eh bukan gerobak, tempat jualan, di tulis dengan sangat sederhana, sampai harus diperhatikan sebenarnya apa sih...tulisan mantef banget : Es Jahe Kocok. Hmmmm, baru tau nih, jahe kok dikasih es, biasanya wedang jahe suka pakai air hangat, ini beda banget.

Jejeran botol bekas minum sirup sekitar 20 botol, diisi dengan cairan berwarna coklat pekat, sungguh tak memikat sebenarnya, tapiii, desakan haus dan penasaran, membuat tak usah dipermasalahkan...
"Mang, iue  teh, bir kocok bukan?" tah urang basa Sunda biar akrab.
"Laen neng, iue, es jahe kocok, beda."

Penasaran pun bertambah.
Pesan satu, pake plastik aja, Rp 4.000,- Makenyak! mirah geuningan.
Cara menyajian es Jahe Kocok ala Pak Anen
Ternyata yang penasaran bukan saya saja, peserta rombongan juga sama.
Sambil meracik minuman, Pak Anen menuturkan, berjualan es jahe kocok sudah sejak tahun1967, di tempat yang sama-sama, nggak pernah pindah.
Di sela kesibukkan, saya sibuk pula memperhatikan dan bertanya ini itu. Maybe, bikin kesel Pak Anen ya..ibu nan rempong.


Larutan sari jahe dalam botol di tuang ke dalam wadah dari stainstell, kira ukuran tinggi 30 cm, diameter 15 cm. Dimasukan pecahan es batu, tutup wadah tadi, lalu dikocok berputar-putar sampai seluruh minuman menyatu dan berbuih. Dilihat mirip bir pletok sih.
Setelah itu, tuang ke dalam plastik atau gelas, saya pilih plastik saja


Rasanyaaa..ini jujur ya, tak ada rekayasa atau pencitraaan *apa hubunganya*
Es Jahe kocok, rasa pedasnya jahe terasa hangat padahal dikasih es, segerrr banget, pedas jahe sampai melekat di tenggorokan, dan point terpenting, minuman jahe, rasa daun pandan, berasaaaa banget, harum.
Perpaduan luar biasa, benar benar jauh beda dengan penampilan fisik minuman, yang coklat butek, keruh. Ternyataaaa..  ini membuat saya terpesona, sampe sampe ngajak lain untuk mencoba minuman ini.

Minuman ini berbahan utama Jahe yang dibakar, kapulaga, cengkeh, daun salam, dan ada 3 tiga akar-akaran lain, yang nggak sempat tercatat, dan kurang terdengar jelas dari bahasa Pak Anen yang sengau.
Hampir mirip bir pletok, tapi ini nggak pakai kulit secang, jadi warnanya tetap coklat, tanpa campuran merah marun secang.
Yang membedakan es jahe kocok Pak Anen dengan bir kocok, ternyata dari gula yang dipergunakan.
Es Jahe Kocok, memakai gula pasir, bukan gula aren seperti yang lain.
Kata Pak Anen, gula merah membuat minuman menjadi sedikit pahit, jadi ia mempergunakan gula pasir asli.
Nggak bisa dikatakan bir kocok, karena buihnya memang sedikit.

Selain menyegarkan, minuman ini mengobati sakit lambung dan masuk angin, sekalipun memakai es, khasiat tetap yaherrr. Satu botol minuman untuk empat gelas pembeli. Kata Pak Anen, rata-rata pembeli sengaja datang, untuk mengobati sakitnya.
Saya percaya, karena es jahe kocok Pak Anen, berani memakai jahe yang banyak, berani  bayar modal beli jahe, ia tak mau mengurangi bahan utama jahe, sekalipun harga jahe di pasar melambung tinggi. Jadi wajarlah, sekali memcoba pasti ketagihan untuk minum lagi.

Untuk menikmati es jahe kocok yang ajib ini, cuman ada di Bogor, dan penjualnya juga cuman Pak Anen saja di sepanjang deretan kuliner pecinan Surya Kencana.
Kalo bingung, carilah gang Cheng Sam, di sana Pak Anen mangkal.

Jalan-jalan kuliner Surken Bogor diakhiri saya kehilangan rombongan, terpisah dengan yang lain, dan dua teman saya, tiba-tiba lenyap entah kemana, mau di telpon malah hape bateraynya semaput.
Ya sudahlah, saya menyetop angkot 02 jurusan Bubulak-Sukasari untuk kembali pulang, tanpa menyampaikan salam perpisahan dengan yang lain.

Tetiba di rumah, ternyata dua teman saya tadi, masuk ke pertokoan tanpa bilang-bilang...Ini gegara hape yag tak tau diri, saat dibutuhkan malah mati...

Beginilah, cerita hari ini, kejadiannya kemarin.

19 comments:

  1. Es jahe yang anda coba mengingatkan "kue jahe" dari Pematang Siantar yang saya coba dulu waktu tugas ke Medan, dan "ginger tea" dri Indo yang sering saya minum di musim dingin di tanah rantau ini......keep writing the interesting stories....

    ReplyDelete
  2. Saya juga pernah ke Pematang Diantar, roti bakarnya dan kopinya enak sekali. Umumnya jahe di minum di musim hujan, ternyata hari panas, dikasihes, kocok sebentar, enak juga.

    Terima kasih banyak sudah mampir di blog saya. Salam dari tanah air buat orang dirantau

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. iyaaa...rasanya segar, hangat, perpaduan yang sempurna.

      Delete
  4. Yaaahhh cuma ada di Bogor, padahal kita pingin banget nyobain es jahe nya

    ReplyDelete
  5. Tulisan Mba Een selalu lucu dan enak dibaca :D

    ReplyDelete
  6. Baru tahu ada jahe kocok kebayang rasanya pasti enak hangat dan bikin ketangihan ya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Enakkk buu, seger, jahenya kok berasa banget, pandannya wangi, ampun dah, kagak bisa bilang nih, endanggg....

      Delete
  7. hiks... aku ga bisa kalo jahe.. nth kenapa ga ketelan mba... mw diapain aja, kalo rasa jahenya lbh kuat, pasti deh ga kemakan -__-.. emg ga doyan dr dulu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh...nggak apa, bisa diganti jahe dengan kencur, sama-sama berfaedahnya.

      Delete
  8. lucu blog nya. bermanfaat. sehat selalu ya. terima kasih!

    ReplyDelete
  9. Iya, mirip nih bahannya sama bir pletok, cuman nggak pakai lada ya kayaknya? Rasanya gimana, Teh, ini es masih ada anget-anget jahenya nggak?

    ReplyDelete