Sunday, May 17, 2015

Aku bisa berubah | Anak Punk

Cerita Anak Punk | Do it yourself
Mantan Punk, yang tersisa ya rambutnya itu

.
Ini postingan ke dua tentang anak Punk dalam Dunia Een.
Ceritanya, saya ada urusan ke Jakarta...*Cieh, sok sibuk gitu loh.
Sembari menunggu teman di stasiun kereta api Bogor.
Saya melihat sekumpukan anak Punk menanti rekannya yang juga mau comuter line. Mereka bercanda , saling memperbaiki dandannya menyasak rambut mohawk-nya., memperbaiki ikat sepatu bootnya.
Iseng juga pengen tau sih, saya memperhatikan dari kejauhan. Setelah saya mendekat, malah mereka dengan riang minta di foto...
Taraaaaa
Senyum ramah dan tulus, saya berbaju biru 
Foto itu  membuat haru, senyum ramah dan polos dari wajah wajah muda itu.klik disini
Saya yakin, mereka pada masa transisi dalam mencari jati diri yang sesungguhnya.
Dalam hati saya bertanya.

Bisakah anak Punk berubah?


Untuk mencari jawaban, saya temukan pada dua teman mantan Punk yang bisa mewakili anak Punk yang berubah.
Sayang, mereka  tak mau disebut namanya.

"Sieun ka incu,"protesnya...(Malu ke cucu).
Sebut saja, namanya Om Andri Mul. Belum juga tuntas mengajukan pertanyaan, ia menegaskan. "Eh! dicatat, ya En. Punk bukan premanisme, Punk merupakan pilihan dalam aliran musik juga dalam penampilan," lanjutnya.

Kenapa bisa berubah?

Jawaban singkat, sudah tua dan tak ada penghasilan kalau nge-Punk terus. Berubah seiring usia, dan sadar, bahwa hidup bukan sekedar hura-hura, denger musik. Tapi Hidup perlu masa depan.
Simple banget, artinya  anak Punk bisa berubah.
Om Andri Mul bukan menganut murni Punk.
Punk itu ada beberapa genre : Anarcho Punk, Chaos Punk, Street Punk, Oi Punk
Sebenarnya, anak punk di Indonesia masih sekedar genre ikut-ikutan, belum sampai ke dalam jiwa punk murni, sedang di Barat, anak punk totalitas.
[Kapan-kapan saya tulis tentang genre Punk.] 

Berbeda lagi jawaban kawan saya, yang berasal dari Yogjakarta dan sekarang menetap di Surabaya.
Namanya, Andi. Di awali dari kesenangan  dengan musik metal, semasa SMA di tahun 1995. Belum kenal dengan musik Punk, baru tertarik setelah di ajak teman anak Punk. Dan berawal dari sana, mulai Andi ngumpul dengan anak-anak punk dari berbagai daerah, bahkan ada yang dari luar negeri seperti Amerika dan Australia. Saling bertukar cerita akhirnya more than a music . Jaman dahulu belum ada informasi tentang Punk seperti sekarang belum ada internet, semua informasi berasal dari mulut ke mulut saja.
Punk pada dasarnya semacam ideologi perlawanan. Anti kemapanan, karena sering yang mapan, tetap merasa tidak mapan. Seperti Koruptor, aparat, penindasan buruh dan kesejangan sosial. Pada tahun 1998, dimana mulai adanya reformasi, tragedi 1998, hawa politik mulai panas. Rata-rata musik Punk berisi pesan pesan dan kritik pedas melawan para tirani pada masa Orde baru.

Musik Punk, orang bilang musik tiga kunci. Musik Simple, asal sudah bisa main musik. Jrang jreng jrong. Pesan disampaikan teriak dengan suara lantang. Andi ingat,  puncak tragedi 98, banyak anak Punk turun ke jalan meneriakan perlawanan, ada sebagian temannya ke tanggap polisi, untung Andi sempat kabur. Selamet sampai rumah. Tak heran anak Punk dicap tukang rusuh, anarkis.
Biasanya, orang suka salah menilai dari gaya berpakaian, sepatu boot, rambut mohawk, tato taring, anting/ Lhaaitukan memang pakemnya gaya anak Punk dari negara asalnya, England.
Punk menganut Do it yourself, umumnya pemusik aliran kiri, memproduksi kaset atau CD secara indie dan di jual di komunitas punk juga.

Apa yang membuatmu berubah, Apakah dipengaruhi faktor sosial atau kesadaran eksternal dan internal?

" Saya berubah karena sebuah proses," Jawaban yang sama dengan Om Andri Mul.

Andi terus bercerita, setelah peristiwa 98, ia mulai melihat banyak hal-hal yang aneh, yang nggak bisa  diterima, tidak sesuai hati nurani khususnya ideologi teman-teman sendiri.  

Kata Andi, dia  anak punk anti politik dan anti sistem pemerintah (Anarcho Punk) tapi saya tidak anti Tuhan. Biar Punk tetap rajin sholat mesti bolong-bolong, Kalau sekarang Andi malah sangat religuis. Semua berubahan, berjalan seiring waktu dan usia yang bertambah.

Tapi suatu hari, saya kena skak sama teman sendiri
"Ndie, Elu, bener Anarcho?" tanya teman saya.
Emang kenapa?  tanya saya  kembali
"Punya SIM, STNK, KTP?"
Yaiyalahhhhhh.
"Kalo begitu buang saja"
Loh, kenapa?
"Itukan produk pemerintah," Jawab teman saya kalem, tetapi menohok.
"Djiannnn" kena skakmat.
Awalnya, saya belum bisa menerima, tapi saya pikir-pikir benar juga.
Akhirnya saya berubah dari anak punk.
Seorang Punk archo berubah karena soal kecil, KTP.
Banyak teman Punk berubah, berjalan sering waktu dan tuntutan ekonomi. Apalagi waktu dapat pekerjaan. Saya sadar harus berubah. 
Mantan Punk, juga masih membekas sampai sekarang, slogan Do it yourself, kemandirian, empati sesama teman. Itu yang membentuk saya, menjadi jiwa yang mau bekerja keras, semua saya laluka asal halal. Yaiyalahhh, jaman sekarang, DUIT yourself. Lha kalau nggak kerja, dapat duit darimana.

Akhirmya, melihat gaya anak punk yang berdiri di depan saya.
Saya yakin, mereka bisa berubah. Pada saatnya, mereka akan menyadari, tidak bisa selalu mengikuti gaya Punk selamanya.
kecuali anak total Punk yang tetap berprinsip Punk Dead I'm Dead.
Umumnya total Punk, pesimis dengan agama, akhirnya menjadi  atheis.

Berubahan pada anak punk, kembali pada pribadi masing-masing.
Tapi, saya yakin. Anak Punk bisa berubah.
tetap berprasangka baik dengan mereka.
Jangan menghakimi penampilan luar saja..."Gaya boleh Rambo, hati Rinto."

Sekian, ceritaku, melihat warna warni dunia.
Menulis...agar khalayak bisa turun membaca.

***






11 comments:

  1. Saya juga yakin anak punk bisa berubah, Mbak...

    Karena tulisan ini saya ingat, dua tahun lalu saya dan teman-teman kuliah pernah makan bersama di rumah makan, lalu rumah makan itu didatangi oleh anak punk. Terus terang saja, stigma anak punk itu memang mirip-mirip preman karena biasa malak di angkot. Tapi tidak semua anak punk seperti itu. Contohnya yang masuk ke rumah makan di cerita saya ini. Dua orang. Mereka tidak malak, tapi minta makanan sisa ke pemilik kedai. Mereka pungut dan masukkan ke dalam plastik hitam, daripada mubazir kan, kata mereka. Ya Allah, terenyuh saya liatnya. Anak punk seperti ini, mudah-mudahan Allah berikan kesadaran untuk kehidupan yang lebih baik, aamiin.

    Makasih udah berbagi, Mba Endah. Salam kenal yaa.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Miriss yaa... Semoga kesabaran mereka untuk tidak berbuat jahat dapat ganti kemuliaan dari Allah..:(

      Delete
  2. Punk bermacam macam, ada anarcho, chaos, oi dan street Punk. Mereka suka mengamen, tapi tidak merampok. Kadang manusia, suka menilai salah.
    Salam kenal juga.
    Terima kasih sudah bertandang kemari. Salam

    ReplyDelete
  3. tapi saya takut banget dengan mereka karean pernah dipalak mereka sih

    ReplyDelete
  4. Pernah ketemu anak punk Bandung, ngamen. Udah serem duluan. Seangkot gak ada yang ngasih duit.
    Giliran pas pengamen berikutnya, rapi dan bawain lagu melow dengan penghayatan, banyak yang ngasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anak Punk, karakternya memang beragam ya Mak Liza Arjanto

      Delete
  5. Semoga yang baik tidak kecipratan jelek dari Punk yang "Nakal" yaa...Nice post,Mbak Een. Sekarang makin rajin nulisnya yaa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin... Rajin, pas mood doang menulisanya Mak Mutia Ohorella

      Delete
  6. Jadi gitu yaa mak...
    Sampe sekarang masih takut-takut gimana gitu kalo ketemu anak punk, dulu gegara ada anak punk ngamen dan saya gamau ngasih trus malah kabur eeh dia malah ngebentak saya. Saya dibilang gak sopan, percuma pake jilbab.

    Huhuhu
    Sakitnya tuh di sink *tunjuk jibab*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ggkgkgk...Semoga, suatu saat dapat anak Punk yang baik dan santun ya Mak Daryn DAN

      Delete