Saturday, April 25, 2015

Nenek Minah, Penjual Biji Ketapang

Duduk sendiri, di peron kereta Stasiun Bogor. Kebetulan saya menunggu teman menuju Jakarta.
Nenek renta itu tampak gelisah, dia bertanya ke saya, " Mau kemana, Neng"
Ngobrol sebentar, eternyataa...nenek tua itu, berjualan biji ketapang. Kue kering khas yang terbuat dari tepung terigu, parutan kelapa sangrai, telur dan mentega dan di goreng. Daganganya di taruh di dalam tas bawaan, karena ada larangan berjualan di peron maupun di dalam kereta. Biji ketapang rapi terbungkus di dalam plastik. Jualan cuman ngambil upah saja.
Nenek itu bernama Siti Aminah, berumur 84 tahun. Serenta ini masih berjuang menghidupi diri sendiri.
Biasanya, nenek berjualan biji ketapang di Depok, sayang sampai jam sembilan lewat, hanya laku tiga buah. Mana cukuplah untuk hidup hari ini.
Nenek Minah, asli Pakuan dekat daerah Sukasari Bogor. Ia hidup menumpang di rumah menantunya, semenjak suaminya meninggal. Walau punya anak empat, tak satupun yang bisa diandalkan. Semua hidup susah, bagai bergantung di kayu lapuk. Sama-sama hidup miskin.
"Nenek mau cari uang, enggak mau tergantung dengan anak."
Nenek itu mengusap wajahnua, karenabrinai mulai turun.
Wajahnya lebih tua dari usianya. Memang sudah renta namun kehidupan telah banyak memberi guratan hidup pada wajahnya. Badannya tampak bungkuk. Kasihan..."Lieurrr," keluhnya dalam bahasa Sunda...Pusing.

Kadang Dunia ini tak adil. Namun sudah digariskan, ada yang kaya dan miskin. Dengan demikian, manusia selalu diajak untuk selalu bersyukur, dilangit ada langit, dibumi ada dalam bumi.
Melihat keatas, agar termotivasi untuk bekerja keras, melihat ke bawah, menimbulkan rasa syukur. Ada yang hidup berkekurangan dan ber empati.

Sebenarnya, saya kenyang hari ini, namun bentuk apresiasi saya pada nenek ini, saya beli dagangannya. Sekantung biji ketapang renyah guring seharga Rp. 5.000,- Semoga Nenek Minah mendapat rezeki yang banyak hari ini.
Aamiin Ya Robbal Allamin.

Comuter line jurusan Tanah Abang sudah tiba, saya menuju Kebayoran lama.
Menengok le belakang melihat Nenek Minah yang tetap bersemangat berjuang untuk dirinya. Hidup memang berat
Hidup memang harus terus berjuanhg

2 comments:

  1. Subhanallah. Malu rasanya sama Nenek Minah. Di usia yg seharusnya beliau istirahat di rumah, masih harus mencari uang. Semoga Allah melimpahkan rizki yg berkah untuk beliau, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaminn, semoga nenek Minah tetap sehat dan mendapat rezeki.

      Delete