Wednesday, May 10, 2017

Piknik Sehari bersama Big Bird

Judulnya seperti  acara di televisi, serasa jadi selebritis. Emang sih, sehari dimanja, jalan-jalan di kota Cirebon, eh! eh... itu jelas-jelas kota saya, sekalian pulang kampung dengan rasa berbeda.

Sabtu, 22 April 2017, piknik bersama Big Bird dan Indonesia Lifestyle Digital Influecer (ILDI)  jelong manjahh dengan teman blogger muda dan tak muda lagi.


Biar kata tak muda, semangat masih bisa adu deh, eikeh semangat.
Buktinya, saya berangkat dari Bogor jam 04.30, diantar anak menuju meeting point pool Blue  Bird Mampang Prapat.
Dhilalah, jalan lancar, sampai Mampang jam 05.30, udara masih bersalut embun. Gelap.

Dua bus Big Bird  berjejer manis di jalan raya.
Aah, membuat saya celingkukan berteman nyamuk.

Kemana blogger lainnya.

"Buuu, menunggunya di lobi saja," saran  sopir dengan logat Jawa yang santun sembari menunjukkan arah gedung Blue Bird dengan jempolnya.
Memasuki halaman gedung yang tampak megah...ternyata, dua blogger senior sudah datang lebih dahulu dari saya.
"Aku lihat kok, mbak mondar-mandir di depan," sapa mereka...aaah,  pasti tadi eikeh mirip setrika mencari kawan.

Perjalanan Jakarta - Cirebon

Setelah mengisi daftar absen. Kami langsung menuju bus sesuai nomer absen
Saya duduk di bangku paling belakang bus.
Baru duduk, free welcome snack and drink  diberikan, kok pas banget, tauuu ajaaa, saya belum makan apa-apa.
Beberapa menit setelah itu, saya lupa, terasa diayun, lelap.
Baru kali ini saya ketiduran dalam perjalanan. Yaiyalah, bus Big Bird dengan kapasitas 25 orang terasa nyaman. 

Semriwing sepoi udara dari AC menambah saya lupa diri, bahkan dengan jiran yang duduk disamping pun, saya lupa, hawong adik manis yang bernama Naga Centil itupun tertidur manja.

Trus saya membatin, apa saya nganga manja plus ngiler. Ya sudahlah, alhamdulilah pules. Itu jarang menimpa saya. Suer! Tertidur di bus, wow banget, apa urang kudu salto 

Melalui dua televisi yang tersedia, terletak di langit bus, TV posisinya  di depan dan tengah bus. Big Bird menawar hiburan berupa karoke. Musik pun beragam, salah satu kesukaan saya, dangdut is music my country, serta beberapa informasi seputar Blue Brid Group

Sejarah Berdiri Blue berdiri blue Bird, dulu hingga sekarang.

Cikal bakal Blue Brid.
Dari sebuah rumah jalan Cokro Admijoyo, nomor 107. Dimulailah berdiri Blue Bird tahun 1965.

Pada tahun 1972, bermitra dengan 25 armada, Blue Bird menjadi pelopor dalam mengubah industri taksi di Indonesia.
Beberapa inovasi berupa pengenaan tarif berdasarkan sistem argometer, serta melengkapi seluruh armada dengan ber-AC dengan radio komunikasi, semua dilakukan memberi rasa aman pada pelanggan.

Semakin majunya tehnologi, Blue Brid memberikan layanan perjalanan lebih mudah, nyaman dan praktis dengan menghadirkan aplikasi My Blue Bird tahun 2016.
Fitur Aplikasi My Blue Bird:
• advance & Multiple Booking.
Pelanggan dapat menentukan sendiri jadwal penjemputan dan pesan taksi lebih dari satu tujuan.
• Share My Journey
Pelanggan bisa berbagi lokasi agar lebih aman
• Rating System
Beri penilaian dari setiap perjalanan.
• Multiple Paymeng*
Banyak cara untuk melakukan pembayaran.
• Easy Ride*
Stop taksi seperti biasa, bayarnya bisa pakai aplikasi.
• Promo*
Berbagai promo menarik menanti setiap waktu.

Untuk mendapatkan aplikasi My Blue Bird, cuss deh, download di Android app Google Play dan Download on the App Store.

Masih terkagum kagum mendengar sejarah panjang Blue Bird Grup.

Jadi mikir, dari mana asal mula gambar Blue Bird?

Burung biru, diambil dari hikayat Eropa. Berawal dari seorang gadis dan seekor burung biru yang tiada henti berupaya meraih kebahagiaan dirinya dan segenap anggota keluarga.
Seperti Blue Bird, bekerja seperti sebuah 'keluarga besar' selalu bekerja keras, sesuai visi, menjadi perusahaan yang mampu bertahan dan mengedepankan kualitas untuk memastikan kesejahteraan yang berkelanjutan.

Jujur ya.
Saya hanya tau, Blue Brid itu hanya armada taksi.
Ternyata Blue Bird memiliki armada bus yang bisa di charter namanya Big Bird.


Charter bus fleeet terdiri dari empat  bua
° Delta, kapasitas 10/11 seat
° Commuter, 14 seat
° Bravo, 25/35 seat
° Alpha, 37/44/54 seat.


Komplit ya Bus Big Bird, ada yang kapasitas kecil sampai besar. Nah, kalo ada acara lamaran, pernikahan atau ngatar haji-umroh keluarga untuk 14 orang, nggak usah pusing-pusing, tinggal charter Big Bird Commuter, dijamin kekeluarga semua ketampung (emang aer) nggak padesek-desek, sampai tujuan dengan selamat.

Program Big Bird Jalan jalan

Demi memenuhi harapan masyarakat untuk bisa piknik  di sela kesibukan yang padat, Blue Bird mewujudkan program Big Bird jalan-jalan.
Wisata murah meriah,nyaman dan membuat senang hati dimulai dari Junglend, Bandung, Cirebon hingga Yogjakarta.
Wisata ini hadir setiap Sabtu Minggu.  Solusi bagus bagi pekerja kantoran, bisa ikut jalan bersama Big Bird daripada suntuk, melek, cuman lihat dinding kamar, sedihkan, mending jalan-jalan.

Untuk program Big Bird Cirebon ke Cirebon pada akhir pekan, Sabtu - Minggu, cukup membayar Rp 295.000 per orang.
Harga tiket itu sudah termasuk transportasi PP, tiket masuk area wisaya, tol, parkir & BBM, asuransi Jasa Raharja.
Harga tiket nggak  termasuk biaya makan (bawalah sanggu dikit ya, maklum jelong memang pakemnya sudah begitu).

Ini yang penting, pembayaran maksimal 3 jam setelah booking. Batas waktu booking H-1 sebelum keberangkatan.
Nggak ada minimal pembelian tiket. 

Untuk yang bawa rombongan besar, kakak, adik, nenek, kakek, ibu, bapak, tetangga, teman temin, minimum 8 peserta dapat memilih perjalanan dengan rute  yang sudah tersedia.
Perjalanan Cirebon akan dimulai dari meeting point Blok M Plaza jam 06.00 dan Tamini Square jam  06.30 WIB
Free welcome drink and snack

***

Suara merdu Ariel Noah  
"Dengarkan suara hati ini memanggil namamu, Dengar suara hati ini, separuh aku dirimu"

Menina bobokan saya sekaligus membangun.
Sudah, sudah jangan bobo cantik mulu, pan mau piknik.
Minum seteguk kopi dingin bekal saya dari rumah. Menarik nafas, mengumpulkan jiwa yang berkelana kemana mana, hadeuh, nggak berasa di bus...nyaman bener Big Bird.
Nggak percaya?
Cobain sendiri, ini benerrr, nyaman banget

Jam 11.00 Big Bird tiba di Cirebon. Kota Rebon menyambut ceria.

Saat melewati jalan kecil  bernama cangkring, Kebon Kelapa Barat kecamatan Kejaksan, deg-degan juga, mobil keluar masuk jalan sempit, mengharuskan supir bus harus lihai, untung kita naik Big Bird. Aman...

Nasi Jamblang
Sebagai orang Cirebon (desa saya 45 menit dari Kota).
Bila berkunjung ke kota Cirebon, jangan lupa mencoba kuliner, salah satunya: nasi jamblang.

Banyak warung, rumah makan menyajikan nasi jamblang di Cirebon, salah satunya; Rumah Makan Ibu Nur.
Ruameeee banget
Rumah makan jamblang Ibu Nur, saya dengar cukup terkenal bagi mencinta kuliner Khas  Cirebon, ini pertama kali saya kemari, sekalipun saya orang Cikalahang Kabupaten Cirebon.

Alhamdulillah berkat Big Bird, saya sampai juga ke destinasi kuliner Cirebon.
Sangking terkenal, saya perhatikan, rata-rata mobil yang datang berplat nomer luar kota semua.

Rumah makan nasi Jamblang Ibu Nur, didirikan oleh Wachid Chozin dengan modal bersih sebesar Rp 200 juta, bisnis kuliner terus berkembang dan digemari pelanggan. Demi menjamin keaslian masakan, rumah makan Ibu Nur tidak buka cabang, cuman di jalan Cangkring II no 34 Kejaksan Cirebon.

Sebelum menikmati makan siang. 
Saya cerita dikit tentang nasi jamblang.

Kenapa namanya nasi jamblang?

Nasi (sega) Jamblang   adalah nama daerah disebelah barat kota Cirebon, tempat asal penjual nasi ini.
Nasi  jamblang, dari dahulu hingga kini,  tetap mempertahankan tradisi, nasi tetap dibungkus dengan daun jati.
Mengapa dipilih daun jati, karena nasi yang dibungkus daun jati, nggak mudah basi, sebab  daun jati nggak mudah rusak dan sobek.

Ciri lain nasi jamblang adalah sambal jamblang, berupa irisan tipis cabe merah besar, ditumis, nggak terlalu pedas, tapi enak. Mau tau resepnya ini saya kasih ya cabe iris, sambal Jamblang

Makyuttt...perut mulai perih, segera saya masuk ke rumah makan berlantai dua, sungguh ohhh!
pengunjungnya buanyak banget, penuh, makan pun kumahaanya...terkejut melihat antusias pengunjung, hihihi, baru pertama kali makan sungguh heboh plus kudu sabar. Sangking banyaknya orang, AC aja nggak mempan, kemeringet.

Antri dari pintu depan, saya di mengambil inge (piring dari lidi) permukaannya di lapisi daun jati.
Pramu saji menawarkan, satu atau dua cup nasi.
Satu kurang, dua pas, nasi lumayan murah, hanya Rp 2.000,-
Selanjutnya, pengunjung dipersilahkan mengambil sendiri berbagai menu yang disajikan dalam mangkuk almunium ukuran besar(prasmanan). 

Tinggal pilih, bayar langsung di kasir paling ujung

Berbagai jenis, dari semur daging, semur tahu dan ceplok telur. Ada masakan khas Cirebon seperti Uco (bukan tauco) yang berasal dari kedelai hitam bekas pembuatan kecap.
Cumi hitam saus tiram (cumi mutiara)  juga wajib dicoba, masakan cumi yang tintanya dibiarkan hitam belepotan, rasanya gurih sekali, lumayan enak dan saran saya: buang jauh diet hari ini, nikmati kuliner khas Cirebon.
Tersedia juga empal gentong, tahu genjrot, tapi harus sabar menanti, disini, pengunjungnya banyak, dudukpun harus antri.

Kursi ala warung, meja dan bangku kayu panjang penuh pengunjung
Alhamdulillah, saya dapet bangku, saya
makan cepet-cepet gini,rasanya nasinya bles langsung ke perut, nggak bisa menikmati.
Walaupun begitu, suasana begini memberi sensasi sendiri.

Jam 13.30 WIB.
Destinasi berikutnya masjid sekalian sholat zuhur.
Baru juga berjalan beberapa meter, banyak banget pengemis, bahkan mengikuti kemana kita pergi.
Yang membuat kesel, ngemis sambil menghiba, "Buuu...belum makan," sambil menadahkan tangan. Sudah diusir oleh petugas, langsung mereka ngacir, setelah itu mendekat lagi, hampir deh eikeh kepret, jarang saya begindang.
Sabar, sabar sabar.

Masjid Agung  Sang Cipta Rasa

Nama itu sedikit asing di telinga saya, karena sebagai orang Cirebon, masjid lebih dikenal dengan nama; Masjid Agung Cirebon atau Masjid Kesepuhan Cirebon.
Masjid yang terletak di dalam komplek keraton kesepuhan Cirebon. Hanya 100 meter dan berseberangan dengan  Keraton.

Yang menyolok dari masjid ini, pagar dan gerbang terbuat dari batu bata merah tanpa diplester.
Dulu saya pernah kemari, tak ada yang berubah.
Masuk ke areal dalam, kesan pertama saya, bangunanan sudah sangat tua, kesan tak terurus, sedih juga melihat, debu menempel menghias  tiang kayu jati trembesi, sayang sekali ya.
Pagar batu bata Masjid Agung Cirebon
Sekalipun sudah tua, bangunan masjid ini masih kokoh. Masjid yang dibangun oleh Wali Songo. Di Prakarsai Sunan Gunung Jati dan pelaksana bangunan, arsiteknya Sunan Kalijaga tahun 1489 M
Ruang Masjid, udara diluar panas, tapi disini, teduh.
Angin berhembus kencang, debu dan daun kering jati, berhambur di halaman.
Udara panas, namun melihat suasana masjid terasa teduh, bangunan yang dipenuhi tiang tiang kayu.
Konon masjid ini merupakan 'pasangan' masjid Demak (kebetulan saya pernah kesana).

Masjid Demak arsiteturnya lebih gagah maskulin, dengan atap berbentuk limas bersusun ganjil bermahkota, sedang masjid Sang Cipta Rasa lebih feminin, ini ditandai pada atap limas, nggak dipasang momolo atau mahkota masjid.
Namun, ada versi lain tentang momolo masjid Agung Cirebon berkaitan dengan azan pitu.

Waktu sholat zuhur, saya bergegas ke tempat wudhu...kemudian melaksanakan sholat.

"Ngapain ya bapak ini," batin saya selesai sholat, kebetulan saya duduk di samping tiang kayu.
Ketua rombongan ziarah, mengajak jamaahnya untuk membaca doa untuk tiang itu. Sambil menceritakan karomah tiang itu. Tampak wajah takjuz dari rombongan.
Mungkin ya, sekembalinya di kampung nanti, rombongan wisata ziarah ini bakal heboh ceritanya. Sebenarnya berdoa pada tiang itu termasuk sirik, nggak perlulah.
Ceritakan saja muasal tiang yang berbeda dengan tiang lain.
Saka Tatal, kini diberi baja pengikat agar tetap kokoh

Tiang yang berbeda disamping saya ini bernama; Saka Tatal. Seharusnya ada 12 tiang panjang (soko guru) masjid yang terbuat dari kayu jati diameter 60 cm dan tinggi 14 meter. Ternyata ada satu tiang yang bahannya tidak cukup, Sunan Kalijati segera berpikir, beliau mengumpulkan sepihan kayu(tatal)  kemudian dibentuk menjadi tiang untuk melengkapi tiang yang kurang, hingga tiang itu dinamakan Saka Tatal.


Konon, ada cerita, saat menyusun tiang tatal, ada orong-orong yang tak sengaja terpotong hingga badan dan kepalanya terpisah.
Sunan kali mengambil tatal kecil kemudian menyambung kepala dan badan orong-orong, dengan seizin Allah, Orong-orong hidup. Sejak itu, orong-orong dan keturunannya, lehernya keras seperti ada kayu jati. Wallahu A'lam bisyawab.

Yang pasti makna dari Saka Tatal, merupakan simbol Persatuan, agar muslim tidak mudah tercerai berai.
Sebenarnya, saya ingin berlama di masjid ini, banyak hal yang harus digali dari masjid peninggalan para Wali Songgo.
Penasarankan, datanglah ke masjid ini.

Keraton Kesepuhan Cirebon
Dengan membeli tiket Rp 20.000, kita menuju gerbang utama keraton.
Keraton dikeliling oleh tembok batu bata  merah yang direkatkan dengan putih telur, getah gula aren dan kapur sirih.

Rombongan  dipandu guide tour, Wawan.
Saya pernah kemari beberapa tahun silam.
Tak ada yang berubah, sayang dahulu saya nggak ditemani tour guide.
Jadilah saya menafsir sendiri berdasar cerita orang di kampung tentang keraton ini, benak saya dipenuhi  aroma mistis dan mitos pada kerotan ini.

Benarkah ada mistis dan mitos ?

Pintu masuk menuju Siti Inggil
Areal pertama memasuki keraton adalah siti inggil  dalam bahasa Cirebon lemah duwur atau tanah tinggi sebuah tempat dimana terdapat beberapa bangunan atau pendopo, tempat Prabu berserta jajarannya menyaksikan prajurit latihan perang setiap sabtu, hingga muncul istilah Sabtonan.

Siti Inggil didirikan pada tahun 1529M pada masa pemerintahan Syekh Syarif Hidayatullah.

Dalam komplek Siti Inggil terdapat 5 bangunan tanpa dinding: Mande Malang Semirang, Mande Pendawa Lima, Mande Semar Tinandu, Mande Pengiring, dan Mande Karasemen

Kami duduk di salah satu bangunan sambil mendengar cerita Wawan.
Kang Wawan, Tour Guide dengan pakaian Tradisional Cirebon
Awal berdirinya Keraton kesepuhan Cirebon bernama Istana Pakungwati.  Diambil dari nama anaknya Prabu Cakrabuana; Nyimas Ratu Pakungwati dari Cirebon. Putri Cakra Buana. Pakungwati menikah dengan kakak sepupu sendiri, Syek Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) 

Dinding tembok bata merah di depan Siti Inggil banyak terdapat keramik Cina yang ditempel. Ini hasil dari istri Syeck Syarif Hidayatullah yang menikah dengan putri dari Cina. Beliau berusia hingga 120 tahun dengan 6 istri (bukan poligami, tapi setelah istri meninggal, baru beliau menikah lagi). 

Bangunan berbahan kayu jati asli, dibuat yang sistem knockdown, dibuat tanpa paku, bisa bongkar.

"Kenapa di sini sering membakar kemenyan setiap kamis  malam jumat" tanya saya.
Bau kemenyam, seremkan ini tempat, cerita mistis bukan rahasia lagi di masyarakat.

Wawan menjelaskan, pembakaran kemenyam pada hari setelah sholat asar bertujuan untuk mengusir rayap  karena bangunan terbuat dari kayu.
Dilakukan setiap menjelang malam jumat, bukan bermaksud memanggil roh leluhur, pembakaran kemenyam semeta mata untuk wewangian saja, karena setiap malam itu banyak pengunjung yang datang, hingga dengan kemenyan dapat mengurangi bau. 

Di tekankan kembali keraton ini tidak ada unsur mistik.
Keraton kesepuhan adalah kerajaan Islam, tempat para pendiri Cirebon bertahta.
Pada Masa kini, Keraton tidak ikut dalam pemerintahan tapi lebih menekan pada syiar agama Islam.


Satu lagi yang harus diluruskan tentang mitos penyucian benda pusaka setiap tanggal 1 suro (1 Syawal) yang dikenal dengan tradisi  Panjang Jimat.

Beberapa keris pusaka dan kereta Singa Barong akan dimandikan atau dicuci.
Tujuan pencucian bukan memberi makan makhluk yang berdiam di dalam keris pusaka, tapi untuk menghilangkan karat dan kadar racun.

Pencucian benda pusaka dengan cara merendam dengan air kelapa dan jeruk nipis, biasanya dilakukan 3 hari sampai seminggu.
Benda pusaka dan barang kuno milik keraton dapat dilihat di museum benda kuno.
Kalimat Panjang jimat merupakan kalimat dari jimat sing di ruwat.
Artinya, satu yang harus dirawat sepanjang hidup muslim adalah kalimat syahadat.

Sebelum memasuki keraton utama, kita melewati Taman Bunderan Dewandaru.
Bunderan berarti sepakat, dewa/makluk halus dan ndaru artinya cahaya. Arti keseluruhan, orang yang menerangi sesama mereka yang masih hidup dan masa kegelapan.
Dua Patung  Macan Putih

Di taman ini terdapat, dua patung macan putih yang merupakan simbol keturunan Kerajaan Pejajaran. 
Lembu Sadi, simbol hewan yang hormati dan dimulyakan dalam agama Hindu
Simbol lain yang mengisyarakat adanya toleransi antar agama di keraton, terdapat patung Lembu Sadi, simbol Hindu, agama yang dianut leluhur terdahulu.
Ki Santomo dan Nyi Santoni
Adapula meja dan bangku serta meriam yang dinamakan Ki Santomo dan Nyi Santoni.

Sebelum masuk kebangunan induk keraton, terdapat gapura: Kutagara Wadasan dan Kuncung yang dibangun oleh Sultan Sepuh I Syamsudin Martawidjaja pada tahun 1678 M. 

Kedua gapura bercat warna putih  dengan gaya khas Cirebon. Sayang sekali, Keraton tidak dibuka, jadi kami hanya bisa mengintip dari luar.
Ngintip

Jika ingin bertemu dengan  Sultan Sepuh XIV Keraton Kesepuhan Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat, SE, ada tradisi pisowan atau caos adalah tradisi silaturahmi warga bertemu sultan, dan keraton utama akan dibuka sepanjang hari.

Perjalanan selanjutanya menuju museum benda kuno, Museum Kerta, Tugu Manunggal, Lunjuk dan yang terakhir sumur kramat.
Senyum bahagia bisa berfoto dengan Prabu  Siliwangi di Museum Benda Kuno



Singa Barong, kereta sebagai kendaraan Sunan Gunung Jati

Beberapa bulan ini Cirebon jarang hujan, terlihat dari tanah yang kering dan retak memasuki areal sumur Keramat. Walau kemarau, sumur keramat di kawasan keraton Kesepuhan Cirebon, airnya tak pernah kering.

Menurut penjaga sumur, khasiat air sumur membuat awet muda...hah! hayuklah saya membasuh wajah, sapa tau bisa mempertahankan awet muda dan buka aura.
Yuk  Dik Melly,  berwudhu di Sumur Keramat peninggalan Sunan Gunung Jati

Empal Gentong H.Apud

Menjelang sore, rombongan mampir untuk makan empal gentong.
Sebenarnya warung empal gentong bertebaran di wilayah Cirebon. Salah satu yang populer, empal gentong H.Apud di jalan Raya Ir. Djuanda. 

Letak rumah makan strategis mudah dijangkau dari arah manapun. Parkiran terletak di belakang hingga memudahkan pengunjung.

Rombongan memilih ruangan ber AC, suasananya nyaman, pengunjung rata-rata bisa duduk di kursi dan meja besar. Sambil menunggu makan datang. Rumah makan nama pemiliknya Machfud jadi dikenal dengan H Apud.
Lupakan diet, empal Gentong uenakkkk tenan

Empal gentong kuliner khas cirebon, daging sapi yang berkuah santan mirip gulai. Dimasak di dalam gentong besar. Cara memasaknya mempergunakan kayu bakar, katanya,  bau kayu itu yang bikin khas dan makyus.  Taburan terakhir empal gentong  bukan seledri, tapi daun kucai diiris tipis dan bawang goreng.
Mau pedas, tambahkan sambel bubuk cabe merah kering.
Selain empal gentong santan, tersedia dua menu, empal asem. Berkuah bening, asem dari belimbing wuluh. Untuk menambah nikmat , jangan lupa pesan sate kambing, dagingnya lembut sekali.

Dua destinasi lagi yang akan dikunjungi. Kampung bati trusmi dan pusat oleh-oleh.
Sayangnya saya tak ikut serta karena adik saya sudah menjemput. Waktu desa saya ke kota sekita 45 menit. Terpaksa saya pamit terlebih dahulu. Namun demikian saya sering ke kampung batik trusmi untuk membeli bahan membuat produk boneka kain saya.

Batik trusmi merupakan sentral batik tertua di Jawa Barat
Trusmi berasal dari kata terus bersemi.
Terdapat banyak toko menjuar grosir maupun eceran
Harganyapun murah dari Rp 35.000 sampai Rp 300.000,- tergantung jenis kain dan cara membatik, tulis atau batik cap.

Corak batik trusmi yang paling terkenal dan menjadi icon Cirebon dikenal corak mega mendung
Motif ini mengambarkan awan membawa hujan sebagai tanda kesuburan dan memberi kehidupan.
Warna batik trusmi memiliki gradasi yang menarik, sangat dipengaruhi dari sejarah keraton Cirebon.

Batik trusmi cocok dijadikan oleh-oleh untuk keluarga.
Saya membeli batik trusmi ke esok harinya, cantikkk kan

Sebelum pulang, nggak afdol tangan kosong, beli oleh-oleh cirebon.
Beberapa oleh oleh sepeti kerupuk mares atau kerupuk melarat, berwarna putih dan merah, digoreng dengan pasir.
Selain itu, ada sirup Tjampolay, tape ketan bungkus daun jambu, terasi udang dan kerupuk ikan.
Pokoknya banyak deh.


Saya ucapkan sekali lagi kepada Indonesia Lifestyle Digital Influecer (ILDI) khususnya Big Bird jalan jalan sudah mengajak saya mengunjungi destinasi wisata di kota Cirebon.
Jalan-jalan bersama Program Big Bird bersama blogger Indonesia Lifestyle  Digital Influecer (foto : ILDI)
Untuk yang mau ikutan happy sehari, cusss ya,
Segera pesan melalui call center Big Bird 021-7980808, kursi terbatas.


Jumpa lagi di jalan-jalan bersama Big Bird di destinasi selanjutnya, tungguin cerita eikeh

-Een Endah-



























8 comments:

  1. Nyaman tu pergi bareng big bird hihi.. Pernah jg aku pergi naik big bird ini, nyaman bgt

    ReplyDelete
  2. wahh asiknya jalan-jalan ke Cirebon mbak. Bawa oleh-oleh apa nih? hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banyaaak...yang paling menyenangkan bisa jalan bareng dengan sesama blogger, jadiii, bisa bertambah akrab

      Delete
  3. waha syiknya ya, wah tahu ke sini aku samperin , heee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ohhh...tinggal di Cirebon...oke deh, entar kalo sy pulkam lagi.insya Allah kita bisa ketemuan ya mbak

      Delete
  4. Wah senangnya jalan2..
    Jadi kalo ikut paketnya kita tinggal bayar trus duduk santai di kendaraan sampai di tempat wisata

    ReplyDelete