Saturday, March 5, 2016

Dendang Cinta Perempuan Bepupur Basah

Jika, ingin mendapatkan cinta dari seseorang, berdendanglah sambil mengusap pupur basah di wajah. Jangan lupa berdoa kepada Tuhan.
Trus, apa hubunganya berdoa, bepupur dan cinta.

***
"Enn..." teriakkan Fitri, sepupu saya dari ujung jembatan ulin depan rumah papan Mina Pancar. 
Hmmm, lama tak bertemu, badannya tak pernah berubah, tetap kurus dan kecil tapi bertenaga kuda.
Dia,  sepupu 'sekali' saya, istilahnya karena bapaknya dan ibu saya, saudara kandung. Usianya lebih muda setahun dari saya, namun wajahnya tampak lebih tua. Kehidupan yang keras, dan ujian hidup yang datang silih berganti, membuatnya jauh berbeda. Satu yang tak berubah, gaya berjalannya, tomboi sekali, seperti orang yang membawa mandau untuk  menantang berkelahi, gagah nian, namun ia adalah ibu yang luar biasa.

"Ennnn," teriaknya lagi, ibu dari empat anak itu kembali memanggil, benar-benar tak sabaran.
Sore mendekat jam lima, cuaca yang cocok untuk jalan-jalan, panasnya tak mengantang.
Hari ini, kami janjian mau bertandang ke rumah Tante Silly, di ujung jalan George Obos Palangka Raya.

Dulu sewaktu awal kuliah di tahun 1989, Bapak saya membuatkan rumah kecil di samping rumah Om dan tante saya itu. Hanya setahun setengah bersama mereka, kemudian kami berpisah.
Hari ini, saya ingin bertemu kembali setelah lebih 20 tahun berpisah.Duluu sih, masih sekota, tapi jarang juga bertemu.

Bergegas saya duduk dibelakang motor Fitri, belum juga duduk sempurna, sepupu saya langsung komplain.
"Aduhh, En...ikam ja yang bonceng."
Kakinya saja tak sampai ke tanah, dan rasanya nggak seimbang kalau saya yang duduk di belakangnya. Sedari awal, sayapun tak yakin, dibonceng orang yang lebih kecil. Ya sudahlah, ganti saya yang di depan.

Melaju menuju jalan yang lurus, separuh beraspal, di ujung jalan masih jalan tanah berkontur naik turun...motor ajruk-ajrukan.
Cilakaknya, tak ada penerangan jalan, jadilah, susah mencari letak rumah tante. Fitri yang bertahun tinggal di Palangka Raya saja, lupa alamatnya, apalagi saya.

Menjelang magrib, saya mengucapkan salam di depan rumah. Pintu terbuka, saya lihat sosok yang saya kenal.
Aihhh...Tante Silly, tak pernah berubah. Dari dulu hingga kini, Tante yang selalu memakai topeng putih, bekasai atau bepupur basah.
Dia tersenyum malu melihat cengang diwajah saya. Laiyah, kok nggak ada berubahnya.  Wajahnya tampak kencang karena pupur yang kering. Jadi teringat, kapan saya terakhir melihat wajah aslinya?
Buka dulu topengmu...hehehe, ini tante saya
Tante sangat hobby bebedak basah, katanya kalo nggak pakai, mukanya terasa gatal. Yang ekstrim dari Tante saya ini, pupur bukan saja ditaruh di muka seperti wanita umumnya, tapi ini seluruh badannya, putih merata. Masih untung sekarang pakai baju, biasanya ia hanya memakai bahalai atau sarung, dan membiarkan pupur basah yang kering itu rontok sendiri.

Oh, Tante tak ada yan berubah, tetap seperti dulu, bepupur basah, lagi-lagi saya takjud. Beberapa saat kami kembali bercerita masa lalu dan sekarang, sambil ditemani cucu laki-lakinya yang mulai remaja, tak memakai baju karena kepanasan.
Sambil ngobrol, sebentar-bentar tante  mengedip matanya yang tertutup pupur, apa nggak kelilipan kena serbuk bedak, dengan santai, ia menjawab, sudah biasa...

Memakai bedak basah atau bepupur, bekasai, memang menjadi tradisi perempuan suku Dayak dan Banjar, Kalimantan umumnya. Mungkin, juga ada beberapa daerah yang perempuannya suka memakai bedak basah. Cuaca yang panas sangat cocok memakai bedak basah, untuk mendingin wajah dan mencegah paparan langsung sinar matahari.
Bedak basah dipakai setiap hari, sekalipun hendak keluar rumah pupur basah bukan dibasuh terlebih dahulu, tetap dipakai kemana saja. Jadi jangan aneh, melihat perempuan, tua atau muda, wajahnya belepotan bedak basah, cemong.

Pupur sebagai masker harian wanita yang terbuat dari sari pati beras yang direndam, ditumbuk diberi rempah, kemudian dibuat butir-butir kecil, lalu dikeringkan. Saat akan dipakai, bedak kering dicampur dengan air bersih ditaruh di wadah piring. Kalau saya, lebih suka menaruh dua butir bedak basah di telapak tangan, lalu dilembutkan dengan air, langsung deh, bedak diusapkan ke wajah, biarkan kering. Seharusnya cukup 15 menit saja, kemudian bilas dengan air hangat hingga muka bersih...demi kepraktisan, jarang yang bilas, dibiarkan luntur sendiri.

Untuk merawat dan menjaga kecantikan kulit wajah dengan cara tradisional ini, sangatlah mudah bukan?asalkan rajin dan rutin. Memang proses nggak instan seperti mengunakan cream siang dan malam penuh merkuri. Perlu waktu dan telaten, cukup memakai pupur basah, wajah putih, licin...Lalat pun mungkin tergelincir karena kinclong.

Untuk kesekian kalinya, saya tersenyum memandang Tante, ada apakah dengan pupur itu. Sejak menjanda ia semakin giat bebedak basah?
"Enn, ini untukmu."
Sebelum saya pamit pulang, Tante memberikan sekantung pupur basah, mengisyaratkan agar saya bepupur juga.

Tiba di rumah, ada satu mina lagi yang baru datang dari Kuala Kapuas. Adik ibu saya ini rada beda dengan yang lain, kulitnya hitam berambut kribo, sekalipun begitu, almarhum suaminya, putih seganteng aktor Roy Marten. Herankan...asli, saya lihat langsung, almarhum suaminya memang ganteng.
Mina-Mina metal....tetep bepupur basah
Kata Mina Siyod, bukan soal gantengnya, itu kebetulan saja, yang terpenting, orangnya baik dan bertanggungjawab.
Sambil duduk di lantai kayu, sembari menikmati sepiring singkong goreng.

Mulailah Mina Siyod bercerita...Lagi-lagi masih berhubungan dengan bepupur basah.
Dulu, ketika Mina masih gadis, setiap orang yang melihat wajahnya, selalu memujinya dalam bahasa Dayak Ngaju "Bahalaplah bau ikau tuh"  Cantik wajah kamu itu.
Padahal sih, kulitnya hitam jauh dari cantik, ia tertawa geli mengingatnya.
Mina mengambil bedak basah pemberian Tante Silly tadi.

Ini rahasianya,  di waktu muda bahkan hingga kini. Setiap melakukan sesuatu, sekalipun sedang mengusap pupur di wajah, ia selalu berdoa sambil mendendangkan syair cinta.
Begini, bunyinya...*cepet-cepet si Inur dan saya menulis.

Pur sepupur.
Aku andak di telapak tangan. 
Bismillaahir rahmaanir rahiim.
Aku bepupur.
Marabut cahaya bulan
Barangsapa melihat mukaku.
Tunduk maras kasih sayang.
Asyhadu allaa ilaaha illallah.
Wa asyhadu anna Muhammadan  Rasuulullah.

Pur sepupur.
Aku taruh di telapak tangan.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Aku bepupur
Merebut cahaya bulan
Barang siap melihat wajahku
Akan merasa kasih sayang
Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah.
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Saya hikmat duduk mendengarkan penjelasnya. Berdoalah hanya kepada Allah. Berniatlah karena Allah. Dan percaya hanya kepada Allah dan Rasul, makanya perlunya disebutkan kembali kalimat syahadat, untuk menegaskan kembali keyakinan kita, bahwa hanya Allah, satu-satu  tempat untuk disembah, tidak menyekutukan Allah dan hanya kepada Allah memohon pertolongan.

Harapan orang bepupur, dengan niat yang baik, setiap orang yang memandang semakin suka melihatnya. Insya Allah, jodoh akan cepat datang.

Itu pesan Mina Siyod, mungkin pula Tante Silly semakin giat bepupur, agar cepat dapat jodoh kembali...*nanti saya coba bepupur.

Logikanya dari lantunan dendang tadi, semakin rajin bepupur basah, wajah semakin bersih bebas jerawat. Meskipun berkulit hitam atau sawo matang, yang penting bersih. Jadi, wajarlah orang yang memandang pasti akan terkagum-kagum akan sinar wajah yang terawat itu.
Jangan pernah lupa, apapun yang dilakukan, baik bepupur harus mengucapkan doa.

Bepupurlah, biar wajah bersih diniatkan karena Allah, sebagai bentuk menghargai ciptaan Allah, merawat wajah kita sendiri, dengan bepupur.

Mau mencoba?
Hayuk bepupur...

#Ceritaku selama di Palangka Raya.



16 comments:

  1. Pupur basah ini bearti semacam bedak dingin ya mungkin Mak kal di jawa.. Yg bulet-bulet kecil, diancurin sama air terus dijadikan masker kan ya..? Hehe

    ReplyDelete
  2. pupur basah semacam ini sekarang sepertinya sdh banyak dijual di pasaran ya? dikemas dalam kemasan kecil2 gitu. saya pernah lihat sepertinya... yg dijual kemasan...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bedak basah sudah menyebar dan dikenal seluruh Indonesia. Ada sekarang dijual dalam bentuk kemasan dengan merk terkenal. menlestarikan kecantikan budaya leluhur paa generasi muda.

      Delete
  3. Bisa buat masker juga ya. Saya malah taunya cuma beda dingin buat biang keringet. Jadi nambah pengetahuan nih. Nice mak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masken antioksidan, untuk terhindar dari paparan sinar matahari langsung, bedak dbasah bisa menjadi cara termudah merawat wajah wanita Indonesia

      Delete
  4. Wah, di tengah malam dingin di tanah rantau ini (cuaca di Los Angeles sering berubah dari panas ke dingin, dan kemudian panas lagi, sehingga membuat banyak orang terkena batuk pilek, termasuk penulis)ini, segar rasanya setelah membaca cerita tentang bedak basah, tante dan sepupupu-sepupu penulis artikel! Almarhumah ibu saya duu juga pakai yang oleh orang Jawa disebut "bedak dingin", persis seperti yang anda tulis! Keep writing!



    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe...makasih Pak Harun sudah mapir di web saya.
      Orang jawa juga suka memakai bedak basah, makanya wajahnya tetap ayu hingga menua.

      Delete
  5. Betah ya pupuran terus.. Aku beli masker ga dipake pake hehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tante saya betah banget, kalao nggak pake, ada yang kurang katanya. Kadang saya sampe lupa wajah aslinya, bertopeng mulu sih. Hihihi.

      Delete
  6. aku sampai sekarang masih suka pakai pupuran ini Mbak Een. tapi bilangnya bedak dingin, dan bikin sendiri dari beras yang direndam berhari-hari. sama betul ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nama lainnya bedak dingin ya. Iya, bagus tuh dari beras yang diendapkan. Salam hangat.

      Delete
  7. Haha...fotonya lucuu! Btw di Ambon pakek doa yang gitu juga kalo bebedakan, cm lebih singkat. Pertanyaan yg sama, kok nggak kelilipan??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi...waktu saaya foto, dia teriak...Eennnnnn.
      Alah bisa karena biasaan, jadi matanya, anti kelilipan.

      Delete
  8. Bedak dingin ya teh...
    Inget zaman dulu.
    Sayangnya dah banyak ditinggalkan tradisi ini n digantindg pupur kimia hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar, bedak basah ya, bedak dingin. Anak sekarang lebik suka yang instan

      Delete