Thursday, January 7, 2016

Hikmah Pemberian Gratis

Apa sih yang nggak disuka, kalo semua-mua itu gratis, gretong.
Menyenangkan sampai keubun-ubun, lunjak-lunjak.

Segala yang gratis, gretong, pemberian seseorang tanpa membayar itu, makjleb. Sesuatu banget.

Pemberian berupa benda yang sederhana, berupa makanan, minuman atau berupa materi yang sifatnya keduniaan, salah satu efek gratis ke diri saya: Malu tapi mau (sungkan).

Kadang, pemberian gratis datang tidak diduga dan terencana, contohnya, waktu saya bertamu ke rumah tetangga. Tiba-tiba dipaksa makan (datangnya pas makan siang sih). Malu tapi mau, bener, suer, nggak bermaksud numpang makan, dipaksaaaaa, rezeki nggak boleh dong ditolak. Pamali.  Akhirnya, duduk manis, di lantai. Booo, lesehan. Makan dengan nasi di akeul, pulen banget. Tau dong di akeul. Itu ciri khas orang Sunda mengolah beras menjadi rasa nasi menjadi pulen. Setelah nasi matang di aseupan, nasi dipindahkan ke wadah nampan. Nasi dikipasi memakai kipas bambu(hihid) sambil dibolak balik, nasi diaduk berlahan menggunakan sendok nasi dari kayu, agar uapnya keluar. Rasanya, nggak bisa dibilang, nasi pulen, makyuss. Makan bersama, rasanya begitu mewah, padahal cuman sama tempe goreng, ikan pindang bandeng, sambel dan lalapan. Tapiiii, nikmatnya itu, luar biasaa, raos pisan. Apa karena gratis, ya? Kok rasanya enak bener, bisa jadi. 

Nah itu tadi, cerita tetangga saya, Bu Ikih namanya, orang Cianjur asli, rumahnya berada tepat di sebelah rumah saya. Ibarat kata, kaya saudara gitu. Makanya, makanpun nggak pake sungkan. Hawong, dulu, anak saya kalo pulang sekolah, saya masih ada urusan diluar. Saya dengan santai, sudah tau, si bocah pasti asik nonton tivi di rumah tetangga, trus pasti dipaksa makan. Nah tuh, nikmatnya punya tetangga baik.

Kadang saya merasa sungkan sendiri. Untuk membalas segala kebaikan itu, saya suka membalas memberikan barang atau makanan setiap saya ada rezeki, kadang saya berbagi ilmu tentang apa yang saya ketahui.
Eh...imbasnya, malah saya lebih sering lagi dikasih yang gretong. Di kirim lontong sayur (kebetulan ibu Ikih jualan berbagai makanan), gula merah khas Cianjur.
Ternyata, keiklasan memberi itu (hadiah) memang berbuah manis, kami sebagai tetangga saling menyayangi dan menjaga. 
"Hendaknya kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian saling mencintai"(HR. Abu Ya'la)

Lain lagi kegemaran saya suka minum teh di tempat orang. Catet, ya, sapa tau saya bisa bertamu, mau ngeteh.
Tetangga lain di perumahan saya, yang juga melebihi saudara sendiri. Jarak rumah sekitar empat rumah dari saya. Asli orang Cicurug, bersuami orang Kalimantan Timur. Hebatnya, si Ibu jago bikin masakan Kalimantan. Setia pula dengan teh rasa Kalimantan. Teh yang terasa pekat dengan warna coklat, teh cap Mawar atau teh Golpara. 
Setiap saya mendapat oleh-oleh Teh, benak ini otomatis ingat dengan Bu Euis yang baik, tempat saya numpang ngeteh. Jujur, saya males ngeteh sendirian di rumah, cilangak-celinguk. 
Kalau ada waktu senggang, sore hari saya bertamu, sambil bawa vanili frambosen untuk eseen Teh. Teh cap Golpara akan bertambah wangi jika ditetes frambosen vanili, serasa minum teh di Palangka Raya, pada sih di Bogor.

Mendengar suara saya nan merdu mengucapkan salam (cie!), pintu depan Bu Euis langsung terbuka, sepertinya sudah tau tuh saya datang. Air mendidih dan teh siap dihidang. Rasanya uenakk banget, apa karena adukan gula dan takarannya dari tangan orang lain, hmmm kali juga karena gretong.

Efek pemberian gratis nan iklas ini, memang luar biasa, pusing pun jadi hilang, minum teh sambil ngobrol, melupakan kegalauan, saling memberikan nasehat dan solusi
Pemberian gratis itu bisa menjadi alat menilai teman mana yang baik dan tidak. Dari bodylanguade saja, saya tau itu ikhlas atau tidak. 
Saya pun berbanding lurus, suka memberi dengan gratis. Yang paling saya suka dan tak bisa dibeli dengan uang, adalah  melihat senyum kebahagiaan di wajah mereka saat menerima pemberian saya, sekalipun saya harus mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu.

Seperti halnya tamu yang datang, saya anggap sebagi rezeki dan berkah, menjamu tamu adalah kewajiban. Jika semua orang tau, untuk menyegerakan menghidangkan minuman untuk tamunya, disitulah letak keberkahan, hingga tamu itu pulang. Makanya, saya mendidik anak, agar tak usah saya suruh menghidangkan minuman dan kue ke tamu. Lakukan melayani tamu sebaik-baiknta tanpa diperintah. Mungkin, itu pula yang dilakukan Bu Euis dengan saya, menghidangkan segelas teh hangat, rasanya enak, gratis, segenap keikhlasannya.

Nah, efek lain suka diberi sesuatu dengan gretong, ada pula membuat saya tak enak hati. Diberi gratisan mulu, selalu bayarin makanan, minuman atau berupa barang, membuat saya menjadi  malu (tapi mau), tak enak hati. Hingga kini, perasaan malu, belum saya sempat membayar, sudah keduluan dibayarkan. Kebetulan rezekinya dia lebih banyak dari saya. kayanya tau saya lebih susah.
"Suka kamu, makanan ini?"
"Hmmm...enak, tapi harganya mahal" sahut saya.
"Aduh Een, masih aja begitu, dikasih gretong juga".

Nah, tuh...bercandaaa, tapi membuat saya jadi berpikir kalo ketemu lagi, wah...pasti dikasih gratis lagi. Enak sih, tapi batin tersiksa, dilema.
Seperti, menyimpan budi baik yang akan dibawa mati. Saya kan selalu ingat untuk membalasnya, semoga saya diberi waktu, umur dan kesempatan untuk membalas segala kebaikkan itu.

Saya langsung sadar, Allah Maha Pengasih dan pemurah, udara yang saya hidup setiap hati, diberikan dengan gratis, tanpa membayar sesen pun. Masya Allah, nikmat mana yang harus di dustakan. Syukur nikmat tiada tara, kasih sayang Allah kepada ciptaannya. Itu memberi hikmah, bahwa saya harus pandai bersyukur atas karunia hidup yang diberikan Allah ke pada saya.

Hikmah terbesar dari pemberian gratis ke diri saya, menjadikan saya sadar dan pandai bersyukur kepada Alah SWT, bahwa saya dikelilingi orang-orang baik, perduli dan penuh kasih sayang. Alhamdulillah.

Cerita ringan saya ini, semoga bermanfaat .






7 comments:

  1. Saya mah juga mau yg gretong2 mbk hhheee
    Bnyak mmbri. Bnyak pula menerima ya mbk hhhhheee

    ReplyDelete
  2. Yang gratis,,,selalu bikin kita tersenyum manis...

    ReplyDelete
  3. Gratisan dan dapatnya tak terduga itu rasanya lebih beda lagi mbak. Rasanya senang dan bersyukur banget.

    Sebagai anak kosaan yang isi dompetnya mampet di akhir bulan, suka senang kalau ibu kosan ngetok pintu ngasi makanan hehe XD. Seperti yang mbak een bilang, ada rasa gak enak hati juga seperti ketika saya dan teman kosaan lainnya gak bisa memberi yang sebanding ke ibu kosaan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar. Diberi dengan iklas dari seseorang,senang sekali, kejutan dan nikmat syukur tiada tara. Namun, kalo sering diberi terus, lama-lama nggak enak juga.

      Delete