Sunday, September 21, 2025

Bukan Vulgar, Meriam Si Jagur Yang Penuh Cerita.

Lima perempuan tua mengelilingi meriam yang sama tuanya. 
Meriam berpagar besi, moncongnya tepat mengarah ke Museum Fatahillah, Kota Tua, Jakarta.

"Dua jam, pasti belum paham," ucap saya dengan nada penuh misteri
.
Hening.
Waduh, belum paham juga
"Coba teliti lagi, perhatikan kembali." Pemandu mulai gregetan.

"Aaah, jorang senjatana, naha kitu?" 
Serentak lima pasang mata tertuju pada jempol kejepit di ujung moncong meriam.

Kan.
Kan.
Kan.
Kagettt.
Kenapa meriam vulgar jarinya, nggak ingat umur.

Eits! santai dulu, Nyoyah.
Ada makna di jari itu, ada yang mengartikan baik atau tidak, tergantung budaya suatu negara. Karena semua punya cerita.

ASAL USUL.
JEMPOL KEJEPIT SI JAGUR

Bangsa Portugis.
Simbol mano figa atau Fico (jempol kejepit) dipercaya merupakan cara untuk menolak kejahatan, sehingga jari si Jagur pun dibuat fico agar tentara penjaga keamanan Portugis bernasib baik, panjang umur, terjauh dari tangkapan musuh
 
Kepercayaan lain, menyebutkan bahwa meriam ini juga memiliki kekuatan magis yang diyakini oleh masyarakat dapat membantu kesuburan. 

Bagi masyarakat yang sulit memiliki keturunan, mereka percaya dengan memegang atau duduk di atas meriam Si Jagur bisa membantu mereka segera hamil. 
Masyarakat sering memberikan sesajen berupa bunga dan kemenyan di sekitar meriam sebagai wujud kepercayaan terhadap kekuatan magisnya. 

Bu, aya nu rek reneuh deui? (ada yang mau hamil lagi?)
Sok diusap tah si Jagur.
Hihihi..embung! 

Bagaiman persepsi di Indonesia?
Jempol kejepit dianggap ajakan tidak senonoh atau slang
Sebuah simbol mesum: jempol kejepit, diartikan sebagai simbol hubungan seksual, dengan jempol melambangkan alat kelamin laki-laki dan telunjuk serta jari tengah melambangkan alat kelamin perempuan.
Kalau ada lelaki mengajungkan jempol kejepit ke arah wanita, alamat dah: kena gampar, 100 di pipi kiri, 100 di pipu kanan. Kapok nggak loh!

Bagaimana, sekarang sudah paham, simbol jempol kejepit di si Jagur artinya nasib baik.
Waktuna, ulah mikir aneh-aneh lagi ya, Nyah.

Lalu, kenapa si Jagur bisa sampai Kota tua?

Si Jagur adalah Meriam kuno peninggalan Portugis ini, telah melalui perjalanan panjang hingga sekarang, ia sudah tenang, tak lagi dipindah-pindahkan di Halaman Museum Fathillah Jakarta

Meriam Si Jagur
Meriam ini merupakan gabungan dari 16 meriam kecil yang direbut Belanda dari Malaka, lalu dilebur menjadi satu menjadi meriam besar. 

Meriam ini dibuat di Makau, Tiongkok, oleh orang Portugis bernama Manoel Tavares Bocarro.

Di Macau, meriam ini oleh Portugis ditempatkan di benteng St. Jago de Barra.

Si Jagur dipindahkan dari Macau ke Malaka pada suatu waktu di abad ke-16.
Kemudian dibawa ke Batavia oleh Belanda setelah merebut Malaka pada 1641. 

Pada awalnya oleh VOC meriam tersebut ditempatkan di Benteng Batavia, untuk menjaga pelabuhan. Kemudian dipindahkan ke magasin artileri dekat Jalan Tongkol. 
Setelah Kasteel Batavia dihancurkan oleh Daendels tahun 1809 dipindahkan ke Museum Oud Batavia (Museum Wayang). 
Namun kemudian dipindahkan lagi dan ditempatkan di bagian utara Taman Fatahillah, di antara gedung Kantor Pos Jakarta Kota dan Kafe Batavia. 
Moncong meriam diarahkan ke arah Pasar Ikan, lurus ke arah Jl. Cengkeh, membelakangi Balai Kota (Stadhuis). 

Awalnya Meriam Si Jagur terletak di dekat Kota Intan. 
Namun pada masa Gubernur Ali Sadikin, meriam tersebut dipindah ke halaman utara Museum Fatahillah.

Kenapa namanya Si Jagur?
Bertanya dengan nada serius

Kalo dipikir, nama si Jagur, mirip nama Pendekar Betawi; si Jampang, si Pitung, Sabeni.
Apa sebenarnya, si Jagur, pendekar yang lagi menyamar jadi meriam (Nah ini! Efek kebanyakan nonton drama China)

Sabar-sabar dulu.
Kita lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jagur artinya
besar tubuhnya (tidak sebanding dengan umurnya)
Tapi ini kan meriam, badannya segitu gitu aja.

Begini ceritanya,
berawal dari lokasi Benteng Portugis di Makau yang bernama St. Jago de Barra.
dan juga merupakan nama pabrik pembuat Meriam.
Benteng St. Jago de Barra terletak di Makau, dan bernama demikian karena lokasinya yang dekat dengan pantai. 
St. Jago = nama orang suci, de Barra = dekat pantai, karena itu kemudian mendapat julukan "Si Jagur"

Kekuatan si Jagur

Kekuatan tembakan meriam pada zaman dulu bervariasi tergantung ukuran dan jenisnya, dengan beberapa meriam besar mampu melontarkan bola batu seberat satu mil dan menghasilkan suara ledakan yang terdengar hingga 10 mil. 

Sejak akhir abad ke-15, meriam mengalami penyempurnaan desain, seperti penggunaan bola meriam yang lebih berat dan laras yang lebih panjang untuk menjangkau jarak yang lebih jauh, serta peningkatan mobilitas dan akurasi melalui inovasi seperti limber pada abad ke-18. 

Meriam abad ke-16: menjadi lebih efisien dan akurat, dengan pengembangan berbagai kategori seperti culverin (laras panjang), meriam (untuk menghancurkan benteng), dan pedrero (untuk pengepungan dan perang laut).

Kekuatan tembakan Meriam Si Jagur tidak tercatat secara spesifik dalam dokumen sejarah, namun ukurannya yang besar;
Panjang 3,85 meter, berat 3,5 ton, dan diameter laras 25 cm, menunjukkan kekuatan militernya yang dahsyat untuk jamannya, yaitu pada abad ke-17 di Benteng Batavia. 

Kini, meriam si Jagur tak sedasyat masa jayanya namun banyak cerita di balik nama si Jagur atau Ki Jagur.
Puas memandang si Jagur dan foto-foto  di depannya, telah tersedia bangku beton, membuat hasil foto, estetik banget
Rombongan lima wanita senior beranjak ke tempat lain, dari Museum Fatahillah menuju pasar pagi, tinggal naik sekali angkot.

Bye dulu ya kawan.
Salam manis dari yang sudah manis
-Een Endah_