Review

Tuesday, July 26, 2022

All About Stunting

Sebulan yang lalu, Kader Posyandu Cendrawasih mendapat tugas dari Puskesmas Pasir Mulya untuk mendata warga di lingkungan RW06 (ada lima RT).
Kami sengaja pakai dresscode warna merah, agar warga yang didatangi langsung mengenal kami sebagai Kader Posyandu.
Karena saya 'jera' datang sendiri, ke wilayah RT yang jarang saya datangi, tak kenal pula dengan wajah manis ini. Repot dah!

"Assalamu 'alaikum." 
Teriak saya di depan pagar. Tak ada yang menyahut, saya ulangi lagi. Terlihat dari balik tirai, seraut wajah tampak curiga, "Maaf ya...maaf," jawabnya.
Ealahhh, malah dikira mencari sumbangan.
Begitulah, tak mudah mendata warga kalau tak kenal, maka untuk menyiasatinya, setiap kader posyandu berasal dari ke lima RT

Hari ini  kader melakukan kegiatan selain kegiatan rutin bulanan(menimbang dan mengukur tinggi balita) melakukan survei dari rumah ke rumah. Mendata sasaran ibu hamil karena umumnya, bumil  jarang sekali lapor ke Posyandu karena merasa sudah ke dokter kandungan atau bidan.
Kader membagikan obat cacing bagi balita yang tak datang ke posyandu, menanyakan apakah anak diberikan ASI Ekslusif, Mpasi, memantau pemenuhan nutrisi bumil dan balita.
Menanyakan keluaga yang memiliki pasangan usia subur, dari mana sumber mata air keseharian, dan berbagi tentang gizi.

Mendata Bumil dan Baduta di RW06

Trus, data itu untuk keperluan apa sih?
Pengumpulan data  untuk memantau kesehatan dan tumbuh kembang anak agar terhindar dari stunting.
Perlu diketahui, persentase stunting di Indonesia secara keseluruhan masih tergolong tinggi dan harus mendapat perhatian khusus. 

STUNTING; ANCAMAN SERIUS ANAK INDONESIA SAAT INI.

Ngomong-ngomong, tau tidak, apa itu stunting?
.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan asupan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

Sering kita perhatikan, ada dua anak yang seusia, tapi tidak sama, perbandingan tinggi badannya, lebih pendek dibanding tinggi badan pada umumnya.
Singkatnya, stunting adalah pendek, namun pendek belum tentu stunting.
Paham?
.
Belum paham juga. 
Mari kita lanjutnya, mengapa stunting pada anak harus menjadi perhatian dan diwaspadai. 
Kondisi stunting dapat menandakan bahwa nutrisi anak tidak terpenuhi dengan baik. Jika dibiarkan tanpa penanganan, stunting bisa menimbulkan dampak jangka panjang kepada anak. 

Apa penyebab Stunting? 
Ada faktor multi dimensi dan tidak 'hanya' disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh bumil maupun balita. 
Intervensi yang paling menentukan untuk pencegahan prevalensi stunting terjadi pada  1000 Hari Pertama Kehidupan  (HPK) dari anak balita (Golden Age Period) dan penangan stunting dengan stimulus-pengasuhan dan Pendidikan berkelanjutan.
Beberapa penyebab stunting sebagai berikut :
 
1. Ibu hamil, Anemia, gizi buruk, KEK, pendek.
Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum masa kehamilan dan setelah melahirkan.
Termasuk masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (Ante Natal Care) atau pelayanan kesehatan ibu selama masa kehamilan, post natal care atau pelayanan setelah melahirkan (Post Natal Care) dan pembelajaran dini yang berkualitas.
2. Bayi tidak IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dan diberi ASI EKSKLUSIF, berat bayi lahir rendah(BBLR), panjang bayi<48 cm
3.Anak sering sakit arena penyakit infeksi 
4. Remaja dengan Anemia
5. Status sosial, ekonomi keluarga, pendapat, pendidik yang kurang
Masih kurangnya akses rumah tangga/ keluarga pada makanan bergizi
4. Sanitasi lingkungan buruk. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.

Beberapa penyebab seperti yang dijelaskan di atas, telah berkontribusi pada masih tingginya prevalensi stunting di Indonesia (mencapai 27.7%), oleh karena itu diperlukan rencana intervensi yang komprehensif untuk mencapai target penurunan angka prevalensi stunting di Tanah Air hingga 14% pada 2024, maka pada 2022 angka prevalensi stunting harus diturunkan minimal 3%.

Langkah yang dilakukan.
Intervensi yang dilakukan Pemerintah dikelompokan menjadi: Intervensi Sensitif dan Intervensi Spesifik yang tepat sasaran
- Intervensi gizi spesifik dilakukan oleh sektor Puskesmas dan Posyandu. 
-Intervensi gizi sensitif dilakukan oleh sektor lain di luar kesehatan yang terkait dengan upaya penanggulangan stunting.

Intervensi  Spesifik yang diberikan pemerintah dapat dikelompokan berdasarkan sasaran program:

1. Sasaran ibu hamil, dilakukan melalui perlindungan ibu hamil terhadap kekurangan zat besi, asam folat, dan kekurangan energi dan protein kronis; perlindungan terhadap kekurangan iodium, dan perlindungan terhadap malaria
2. Sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan, dilakukan melalui dorongan pemberian IMD/Inisiasi menyusui dini (pemberian kolostrum ASI), memberikan edukasi kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif, pemberian imunisasi dasar, pantau tumbuh kembang bayi/balita setiap bulan, dan penanganan bayi sakit secara tepat
3. Sasaran ibu menyusui dan Anak usia 7- 23 bulan, dilakukan melalui dorongan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian Makanan Pendamping-ASI (MP-ASI), penyediaan dan pemberiaan obat cacing, pemberiaan suplementasi zink, fortifikasi zat besi ke dalam makanan, perlindungan terhadap malaria, pemberian imunisasi, pencegahan dan pengobatan diare

Intervensi Sensitif dilakukan melalui berbagai program kegiatan, seperti; penyediaan akses air bersih, penyediaan akses terhadap sanitasi salah satunya melalui program STBM, fortifikasi bahan pangan oleh Kementerian Pertanian, penyediaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), penyediaan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal), pemberian pendidikan pengasuhan pada orang tua, pemberian pendidikan anak usia dini universal oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan, Keluarga Berencana (KB), pemberian edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi remaja, pengentasan kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan dan gizi.

Stunting tahap awal dan pencegahan
Stunting yang terjadi pada tahap awal kehidupan atau usia dini dapat menyebabkan dampak merugikan bagi anak, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. 
Khususnya, jika gangguan pertumbuhan dimulai pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan yang dihitung sejak konsepsi) hingga usia dua tahun. 
Pada dasarnya stunting pada balita tidak bisa disembuhkan, tapi dapat dilakukan upaya untuk perbaikan gizi guna meningkatkan kualitas hidupnya. 
Pencegahan stunting harus dilakukan sejak dini, bahkan sejak masa kehamilan. 

Pencegahan stunting yang dapat lakukan sebagai berikut :
1.Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil.
Rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.
2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan.
ASI adalah susu terbaik, sufor semahal apapun tidak dapat menandingi Kandungan ASI EKSKLUSI.
Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu. meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat.
4.Terus memantau tumbuh kembang anak.
Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. 
5. Selalu menjaga kebersihan lingkungan.

Sekarang, sudah pahamkan tentang stunting.
.
Mengapa stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. 
Hal ini dikarenakan anak stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif. 
Stunting difokuskan pada daerah-daerah dengan angka prevalensi tinggi dan daerah yang mempunyai jumlah anak stunting tinggi melalui intervensi yang lebih intensif, pendanaan yang terkonsolidasi dan terpadu, sehingga lebih efektif dan efisien.

Ngaso heula

Hal yang tak kalah penting,
Stop stigma atau tindakan memberikan label yang bertujuan mencemari seseorang atau sekelompok orang dengan pandangan buruk. 
Himbauan untuk kita semua, mari bersama melakukan intervensi lebih cepat agar lebih cepat penangangannya. 

Salam sehat
Een Endah.
(Tulisan disari dari berbagai sumber)



2 comments: