Monday, November 30, 2015

Ini Perhiasan Terbaik untuk Pernikahanmu Nanti, Nak


#Suara Hati seorang Mama untuk anaknya.

Bridal Ring (Sumber foto:Orori)

Hufp! lemparan bunga tangan pernikahan dari ponakan awal Nopember lalu, tertangkap saya. Ahhh, bahagianya. Ini khusus buatmu, Nak. Anak gadis Mama. Langsung Mama berdoa dengan banyak harapan untukmu, Nak. Kelak kaupun pasti akan melalui gerbang itu; Pernikahan.

Bunga tangan pernikahan untuk anakku
Pernikahan sesuatu yang didamba setiap insan, termasuk Mama. Ingin melihatmu bahagia. Menikah seumur hidupmu dengan pilihan hatimu. Mama tau, kau, gadis sibuk dan pekerja keras. Bagimu, bekerja dan bekerja, baru menikah.
Jika engkau menikah, pilihlah yang terbaik menurutmu, kekasih hatimu.

Kelak akan melingkar manis, Perhiasan di jari manismu sebagai mahar mas kawinmu. Pilihlah, cincin yang berhias berlian atau emas.
Tak mengapa Mama katakan, karena mahar seorang wanita, sebagai tanda untuk menghormati dan memuliakan seorang wanita. Harus diberikan dengan tulus dan iklas.

"Berilah mahar(mas kawin) pada wanita kamu nikahi sebagai sebuah pemberian yang penuh kerelaan..."(QS. An Nissa:4)

Mama yakin, calon suamimu akan memberikan perhiasan terbaik untuk pernikahanmu. Membeli cincin emas memerlukan waktu yang tidak sebentar tidak boleh terburu-buru, dari memilih model sesuai selera, mengukur lingkar jari, bisa kebayang repotnya bolak balik dan mencari toko perhiasan yang tepat. Pilihlah toko perhiasan yang terpercaya, perhiasan dengan harga terjangkau (banyak promonya) mudah proses pembeliannya dan melayani ubah ukuran, dan yang terpenting: garansi seumur hidup.

Sunday, November 29, 2015

Hujan Sore-Sore #November Rain

My drawing, Een Endah
Dua bulan sudah berlalu, aku mengutuki diriku sebagai lelaki penakut. Bagaimana aku bisa mengungkapkan perasaanku pada wanita manis itu. Hanya bisa terpuruk di sudut hati. Berkhayalpun aku tak berani. Dua puluh tahun yang lalu, aku pernah kecewa, hingga aku enggan jatuh cinta lagi.Aku menepuk dahiku, bodoh, bodoh, bodoh. 
Bagaimana aku bisa mengatakannya?

Saban hari, dengan sengaja aku makan di warung nasi sederhana. Tempat, Jamilah bekerja. Geraknya lemah gemulai, senyum santun yang tidak dibuat-buat. Aku selalu mencari cara untuk mendekati dirinya. Ahhh...lagi-lagi, kata-kataku tersangkut di tenggorokan. Pantaslah, aku selalu tak pernah bisa dekat dengan wanita. Aku memang pemalu, kalah sebelum perang.

Saturday, November 28, 2015

Melihat Dunia dari Prangko



Hobi saya memang rada beda. Orangnya juga suka yang kuno...Hahaha *tunjuk ke diri sendiri*

Filateli
Salah satu dari sekian hobi saya, adalah mengumpulkan prangko. Mungkin, anak sekarang langsung ngomong, apose?
Iyalah, masa kejayaan prangko sudah lewat. 
Tak ada lagi era kirim surat-menyurat, tergantikan dengan e-mail dan kurir layanan yang marak saat ini. Tersisihlah prangko (ini, kenyataan). Masa surat ditulis di secarik kertas dengan rapiii, lipat masukkan amplop dan dikirim lewat PT. Pos Indonesia mulai bergeser. 

Koleksi Perangko saya  (Dokpri)
Prangko, secarik kertas kecil berperekat, berguna sebagai alat bukti bayar melakukan layanan pos, sekarang, surat dikirim langsung dicap dengan pengiriman kilat, tanpa prangko.
Walaupun, filateli mulai menurun peminatnya, paling tidak saya masih menyisakan hobi saya pada cucu saya kelak. Masih tersimpan rapi di album filateli.

Friday, November 27, 2015

Nostalgia, Naik Klotok di Sungai Kahayan [Part 2]

Sengaja aku datang  ke kotamu.
Lama nian tidak bertemu.
Ingin diriku mengulang kembali.
berjalan-jalan bagai tahun lalu.

Sepanjang jalan kenangan, 
kita saling bergandeng tangan
Kau....

Stop!

Sampai disitu saja, syairnya lagunya, karena saya masih terlalu kecil saat itu, belum kenal perjaka...Masih kinyis-kinyis.

Nostalgiapun, bukan sepanjang jalan, tapi sepanjang sungai Kahayan, naik Klotok dari Palangka Raya ke Kuala Kurun.
Tepian sungai Kahayan   (dokpri)
Sore mendung bergelayut, November rain (18/11/14)
Saya berdiri di tepian taman kota di Kuala Kurun.. Setelah seharian menyelusuri Jalan Sangkurun, mengagumi rumah-rumah kayu yang tersisa.Klik di sini
Di ujung jalan, di depan pasar Kuala Kurun saya berhenti, memandang aliran sungai Kahayan yang berwarna coklat...Kemudian lamunan membawa kembali di tahun yang telah lewat. 

Pertama kali saya berkunjung ke Kuala Kurun tahun 1981, itupun ikut Mina(sebutan tante dalam bahasa Dayak, adik Mama saya) Namanya Mina Pancar pulang kampung. Tahun 1997 saya kembali ke Kuala Kurun, ketika nenek saya meninggal dunia. Cukup lama sekitar 18 tahun barulah akhir Nopember 2014, saya kembali ke Kuala Kurun.


Wednesday, November 25, 2015

Kembali ke Tanah Kelahiran, Kuala Kurun [Part 1]

Pernah saya menulis impian saya untuk kembali ke tanah kelahiran, Kuala kurun, Klik disini 
Ternyata, Allah mewujudkan mimpi itu di bulan Nopember 2014.


Jalan Sangkurun, kota tua Kuala Kurun  (Dokpri)
Tak terasa setahun sudah, saya pulang ke kampung halaman, walau tempat itu hanya sekedar numpang dilahirkan, bahagianya luar biasa. Tak sadar, baru sekarang, saya sempat menulis perjalanan ke Kuala Kurun, kampung ibu saya.

Tuesday, November 24, 2015

Menjunjung kotak kayu untuk kehidupan [Bibi Pencok]

Cerita perjalananku di Palang Raya. Kota tempat saya tinggal dulu.

Wanita separuh baya, di tengah panas matahari siang itu.
Kota Palangka Raya di bulan Nopember tahun lalu.
Antara kagum dan kasihan, melihatnya jalan terseok.
Tubuhnya tegak menjunjung kotak kayu persegi empat, berada di atas kepalanya. Kotak kayu berisi kaleng kerupuk bekas biskuis, cobek besar dan berbagai sayur, ditutup dengan plastik dan koran menghalau debu.

Bibi Pencok  (Dokpri)

"Pencokkk," teriaknya dengan logat Madura yang kental, "Beli pencok, Bo." tawar Bibi Pencok. Kebetulan saya sedang menunggu tante saya belanja di dalam pasar. Saya numpang duduk di warung, kepanasan.

Monday, November 23, 2015

Kitolod Bunga Katarak [KiddoMagz]


Selamat Pagi.
Tetap semangat di hari Senin ini.

Inspirasi dalam menulis cerita anak bisa didapat dari berbagai sumber, salah satunya tanaman yang sering kita lihat di sekitar kita. Menulis cerita anak, bukan hanya sekedar cerita , namun memuat  pesan moral serta manfaat dari yang dibaca. 

Cerita anak dibawah ini, dimuat di Majalah Kiddo, edisi 118, bulan Maret 2015

Cerita anak, manfaat bunga Kitolod  (dokpri)

KITOLOD, BUNGA KATARAK

"Jangan diinjakkk," Nini Katisen berteriak dari kejauhan. Sontak Bram berhenti, celingak-celinguk.
Bagi Bram, bukan masalah teriakkan Nini. Gara-gara kaget, serangga tangkapannya jadi lepas.
Segera Bram, memainkan jaring tangkapnya, husttt...kekiri dan kekanan.
"Jangan, diinjakkk," tegur Nini sekali lagi, wajahnya terlihat kesal.
Nenek berambut putih, berdiri tepat dihadapan Bram. Badannya kurus suka menggigil kedinginan, dan seakan mau tumbang terkena angin. Makanya, Nenek dikenal Nini Katisen, daripada nama aslinya.
"Bram, ndak nginjak apa-apa, kok," jawab Bram.
"Itu!" Nini Katisen menunjuk bunga berwarna putih, berukuran kecil di bawah kaki Bram.
"Inikan bunga liar," Bram membela diri.
Bram hapal betul, setiap habis hujan, bunga semak ini banyak tumbuh di selokan di tempat lembab, bentuknya seperti bunga melati.
"Ini banyak manfaatnya," Nini Katisem memetik 2 kuntum.
"Oh..." Bram membulatkan mulutnya, tidak percaya.
"Ini, bunga kitolod. Ayo kita kerumah," ajak Nini Katisen.

***

Sunday, November 22, 2015

#HARI POHON: Jangan paku tubuhku

Tadi pagi saya berniat pergi ke pasar dengan berjalan kaki. Tujuan utama sih, olahraga, plus belanja dapur.  
Baru beberapa meter keluar rumah, mata saya tertuju pada sebatang pohon palem tua, kering dan kurus. Ada plang iklan gratis yang di paku di batangnya. Sepanjang jalan saya ingat itu pohon. 

Kebeneran kemarin adalah hari pohon, tanggal 21 Nopember 2015, moment yang tepat buat curhat. #HARI POHON SEDUNIA
Jangan paku tubuhku...(Dokpri)
Saya merasa miris, *agak melow, tapi ini nyata* seandainya pohon itu bisa bersuara, tentu akan kita dengar jerit tangis kesakitannya.
Pasti kita tidak akan tega.
 "Ahh, En, cuman sebatang pohon , segitu lebaynya."
Mungkin itu kalimat yang diucapkan orang kepada saya, bahkan tadi pagi, saya mundur-mundur mau ambil foto pohon diantara lalu lalang kendaraan, banyak yang lihat.

Serius , ini serius, ungkapan perasaan hati saya.  Kasihan sekali melihat  pohon ini. Pohon juga makhluk ciptaan Allah. Berhak untuk hidup. Coba seandainya, pelaku pemasang iklan gratis ini berpikir, jika ia menjadi sebatang pohon, bagaimana rasa sakitnya tubuh dipaku? 


sakit.

Saturday, November 21, 2015

Kuliner Bogor: Bubur Ayam Kabita

Masih bercerita Kuliner Bogor, yang deket rumah saya.

Warung bubur ayam Kabita, dalam masa ke masa, dalam ingatan saya. Maklumlah, warung ini letaknya cukup dekat dengan rumah saya. Bahkan, semenjak saya masih gadis di tahun 1990. Sampai akhirnya pindah jadi Warga Bogor tahun 1998. Saya tetap menjadi penikmat setia bubur ayam ini.

Bubur ayam Kabita, kuah nya meluap menutupi bubur (Dokpri)
Sudah menjadi kebiasaan warga Bogor, termasuk saya. Sarapan selalu mencari yang praktis, selain nasi uduk, lontong sayur, gorengan, salah satunya pilihan sarapan, bubur ayam. Makan pagi itu sangat penting untuk menambah energi di pagi hari, sehingga lebih konsentrasi pada pekerjaan. Saya lebih memilih sarapan dengan bubur ayam, sebab tidak membuat perut kosong langsung kaget, dibanding sarapan dengan makan berat.
Warung yang tak pernah berubah (Dokpri)

Friday, November 20, 2015

Gamis Cantik untuk si Tubuh Besar

Ingin memberi hadiah pakaian muslim  buat si gadis, anak tunggal saya.
Selalu saja, saya hanya bisa menarik nafas, kecewa.*Jadi batal, deh bikin surpresi*

Setiap kami belanja pakaian di toko. Saya sodorkan pakaian, untuk dicoba di kamar ganti, langsung dia menolak, "nggak usah, Ma. Pasti nggak cukup" 
Kasihan, batin saya. Selalu terkendala dengan ukuran.

Sudah keliling cari-cari pakaian, ketemu model pakaian cantik dan simple, ukuran diperkirakan cukuplah. Eh! waktu di coba di kamar ganti. Nggak cukup, nyangkut di dada. Ukuran branya  si gadis saja 41 cup C, jadi agak repot untuk memilih pakaian. Satu kendala lagi untuk si tubuh besar, jenis kain harus benar-benar nyaman dan daya serap yang tinggi, karena umumnya, dengan tubuh besar cenderung suka berkeringat.

Sebagai seorang ibu, saya harus bisa menyiasati, agar bisa memberikan yang terbaik buat anak satu-satu saya. Bahagia sekali, jika  melihatnya terlihat cantik dengan pakaian yang dikenakan. Sekalipun, berukuran tubuh besar, bukan berarti tidak bisa bergaya dengan model pakaian seperti mereka yang bertubuh langsing. Saya selalu tekankan padanya, harus tetap percaya diri, *Big is Beautiful*

Untunglah, pangsa pasar pakaian muslim sudah mulai melirik ukuran super besar bagi wanita muslim. Apalagi model pakaian muslim yang diminati saat ini sepert gamis mulai merambah ke fashion wanita muslim. Model gamis lebih up to date membuat pemakai menjadi lebih angun dan feminim tak ketinggalan jaman, selain itu jenis kain lebih bervariasi.

Secara etimologi Gamis  yang berasal dari bahasa Arab, qomish. Gamis berasal dari bahasa serapan Arab ke dalam bahasa Indonesia, berarti kemeja. Gamis menurut saya,gamis adalah baju panjang terusan dari atas pundak sampai keujung mata kaki, pakaian yang longgar tidak membentuk pola tubuh.

Tubuh besar, sapa takut, untuk tetap modis (dokpri)

Kadang, selain membeli gamis di toko pakaian, (kalo ada kesempatan), saya suka menjahit  gamis sendiri buat anak saya. Lebih-lebih kalo lebaran, saya berusaha tampil seragam dengan buah hati. Kami memakai gamis yang sama, kalau kami di foto...cantik, cantik,cantikkk. Moment yang tak akan terlupakan.

Thursday, November 19, 2015

Brengos...

Mungkin sebagian orang, sudah tau dengan istilah brengos
Kata 'brengos' sepintas jika kita dengar, terdengar seram.
Kesan yang ditampilkan, pasti ini tentang preman, badannya kekar, wajahnya bengis,dihiasi brewok lebat tak beraturan, dengan tato diseluruh badan, ada bekas luka pemanjang akibat senjata tajam. 
Aahh, serammm...nggak gitu kali. 

Sebenarnya, Brengos memiliki arti yang banyak loh. Tulisan ini tiba-tiba muncul hari ini, setelah saya mendengar percakapan teman beberapa bulan yang lalu sewaktu di Bandung. Ternyata brengos yang saya ketahui selama ini, bertambah satu lagi maknanya.



Brengos, lebih maskulin...Lelaki sekali. (Dokpri)
Dalam dunia Lelaki.
Brengos dalam bahasa Jawa,  adalah kumis. Lelaki yang memiliki kumis sangat lebat, bisa disebut: brengosan atau brewokan.
Katanya, lelaki  brengos itu keren, bertambah gahar dan maskulin sedikit sexy. Malah di tahun ini, menjadi tren brengos (yang klimis, geseran dulu dong) kalo eikeh, suka juga sih, asal dicukur rapihan dikit. 

Kata brengos dari bahasa Jawa ini sudah beradaptasi dalam bahasa keseharian, bahkan ada forum resmi yang didirikan untuk pria brewok, atau pria yang belum brewok, dan akan brewok, namanya Brengozer.


Wednesday, November 18, 2015

Saya Pilih Kopi Hitam [Kopi Bali Cap Kupu-Kupu Bola Dunia]


Een, kamu bukan pengemar kopi, tapi tukang cicip kopi, sisa saya.
Iyaaa, saya juga baru sadar. Nggak pernah pesan kopi hitam secara khusus. Cuman, suka minta kopi di gelas orang, yang memang tak saya sadari, malah bablas ke minum sampe tak tersisa.
Baru sadar, setelah pemilik gelas kopi komplain 
Mana kopiku, diminum juga baru seteguk.
Wakakakak...ketawa sembari nyengir.
Itu saya, loh! Suka banget, mencicipi kopi milik orang lain, maksudnya hanya sekedar icip-icip, sedikitttt, tapi kalo kopinya terasa enak, glek-glek, langsung tuntas.
Saya akui, cara minum kopi saya tak berseni, meneguk  minuman kopi seperti minum air putih, nggak bisa sedikit-sedikit. Langsung habis, daripada kelamaan nanti kopinya menjadi dingin.

Sebenarnya, saya bukan pengemar kopi hitam, selama ini saya meminum white coffee sachet-an, dibeli di warung. Rasanya juga enak, ada rasa kopi dicampur coklat, mocca, bean.Yang pasti murah meriah, satu sachet white kopi cuman Rp 1.200,- sisanya buat beli biskuit, temannya ngopi. Lagi-lagi saya kena komplain, dengan gamblang langsung menohok saya.

Een, mana ada white kopi? kalo ada juga, pasti mahalll. Itu mah isinya, tipung jagung, diberi gula. Nggak baik buat kesehatanmu.Apalagi yang kopi sachetan.
Nyengir, tetep keukeuh teu percaya. Sekalipun, baru diperingatkan bahwa kualitas kopi krimer tidak baik untuk kesehatan, tetap aja minum kopi putih sachetan sekali pakai. Buat kopinya praktis, tak perlu waktu lama, tinggal tuang ke dalam gelas, kasih air panas, jadi deh. Rasanya juga enak kok, walau gulanya kemanisan.

Lama-lama saya jadi sadar sendiri, setelah ingat umur nggak muda lagi. Juga dari hasil pengalaman saya, setiap habis minum white coffee terasa nek, dan kembung. Seubeuh, cek urang Sunda.
Masaiya, kopi putih  efeknya kurang bagus bagi kesehatan, membatin sendiri, diam-diam demi mencari pembenaran, cari-cari info, dampak negatif kopi putih(kopi krimer) khususnya kemasan scahet.

Setelah membaca sebuah artikel, saya merasa ketipu oleh iklan kopi putih...#Asa ketampar yeuh! 
Menurut Pakar Pertanian sekaligus Ketua Lembaga Penelitian(Lemhit) Universitas Jember Jawa Timur, Profesor Ahmad Subagio, beliau menginggatkan, kopi putih scahet mengandung krimer, yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan, salah satunya kanker dan hipertensi. Terlalu banyak mengkonsumsi kopi krimer dalam jangka panjang, sama halnya dengan memasukkan khoresterol kering kedalam tubuh, karena kandungan krimer tidak dapat dicerna sempurna oleh tubuh...*Widiihhh, mendadak jadi takut* 

Kopi putih yang sering kita lihat dan menjadi 'korban iklan', sebenarnya bukan jenis kopi putih. Warna putih di dapat dari ekstrak gula atau minyak nabati yang di ekstraksi. Proses ekstraksi bahan sering mempergunakan bahan kimia. Proses pembuatan kopi putih, juga tidak memenuhi standar kesehatan. Kopi disangrai dengan suhu kecil, agar warna bubuk yang dihasilkan tidak menjadi hitam pekat. Padahal, sejatinya, proses biji kopi harus disangrai dengan suhu tinggi, agar kadar asam dan kafein menjadi turun. 

Ternyata eh! ternyata, anjuran si Akang itu benar. Pilihlah kopi hitam, lebih banyak manfaat di dalam tubuh. 
Sepulang berwisata di Pantai Kuta, Kabupaten Badung, kami duduk beristirahat di Bali Colada Cafe n Resto. Biar pembicaraan nyambung, mengurangi kesalah pahaman, mending ngopi dulu, yukkk.

"Nah, En...Ini baru kopi namanya, kopi Bali. Cobain"

Tumben, nyuruh minum. Cangkir berisi kopi hitam panas, uap yang keluar menebarkan aroma wangi. Seruput dengan berlahan tak tergesa. Nikmati ala pencinta kopi. 
Benerrr, Sumpeh! kopinya enak banget.
Kopinya terasa lembut dan ringan.
Pahitnya sedang, tidak pekat dan warna agak coklat, disitulah letak sensasinya kopi hitam. Pahit manis.

Kopi khas Bali, rasanya mantaf. (Dokpri)
Hmmm...saya baru tau, di Bali juga punya kopi sendiri. Kopi bubuk khas Bali dengan merk Cap Kupu-Kupu Bola Dunia.

Tuesday, November 17, 2015

GADO GADU Hostel Bandung

Masih cerita seputaran hostel di Bandung.  

Di jalan  belakang Pasar Kebon Jati, ada dua tempat penginapan yang murah, bersih dan nyaman. Sama-sama, tempat favorit backpackers, khususnya wisatawan asing yang berwisata ke Bandung. Jaraknya kedua penginapan, tidak begitu  jauh, berada dalam satu jalan, dengan lokasi yang strategis. Salah satunya; Gado Gadu Hostel Bandung...*kebelibet nyebutnya, mirip dengan salah satu merk kaos terkenal di Yogja, beda dikit.


Goda Gadu Hostel Bandung (Dokpri)

Apa itu hospel? 

Secara etimologi, Hostel adalah tempat peristirahat. Bagi wisatawan, hostel disebut juga hostel backpackers.

Kalau dipikir, berwisata itu membutuhkan banyak anggaran; selain biaya akomondasi (transport dan tempat penginap), berkunjung ke objek wisata dan beli oleh-oleh. Ketersediaan anggaran yang terbatas, tidak harus mengurungkan niat untuk berwisata...Ada Solusinya. 
Salah satu solusi menghemat biaya, pilihlah tempat penginapan yang murah, seperti hospel atau homestay dibanding hotel. Ketimbang memejamkan mata ini, mending pilih hospel daripada hotel.

Saya menginap di Goda Gadu Hostel sekitar 8 bulan yang lalu (widihh...posting cerita baru sekarang). Biasanya, kalau saya berkunjung ke Bandung, selalu menginap di rumah Bibi saya, belakang Pasar Induk Gede Bage. Masalahnya, kalau ada acara di dalam kota, jaraknya jauh sekali.  Mau jalan-jalan ke mall juga susah. Makanya, saya memilih tempat penginapan yang lokasinya strategis di pusat kota, jaminan bersih, aman, nyaman dengan  harga murah. 

Monday, November 16, 2015

Moritz Guesthouse Homestay in Bandung [Rendezvous]

Kebetulan sekali saya sedang berada di Bandung, akhir bulan Oktober lalu. Sayang bener nih, kalau punya waktu dan kesempatan, tidak dipergunakan bertemu teman-teman...Mumpung di Bandung.

Janjianlah kami, ketemuan dimana?
Moritz Guesthouse Homestay, Bandung (Foto: new by Moritz)
Dipilihlah, Moritz  guesthouse homestay. Kebetulan, teman-teman yang tinggal di Bandung, sebagian besar dulu sebagai pemandu wisata atau tour guide. Jadilah, Moritz tempat yang cocok untuk rendezvous. Berkumpul kembali untuk mengenang masa lalu.

Lokasi Moritz homestay, mudah dicapai, berada di belakang Pasar Kebon Jati, tak jauh dari Stasiun Kereta Api kota, hanya 15 menit berjalan kaki. Saya kemari, naik taxi, biar mudah saja.

Bangunan terdiri dari tiga lantai, tidak luas, namun nyaman.
Memasuki pintu depan homestay, ada sekat kecil untuk resepsionis. Di sebelah kanan, kursi dan meja panjang untuk berkumpul para tamu, suasananya santai dan kekeluargaan. Terdapat perpustakaan dan bar kecil, nuansa klasik modern menonjolkan suasana yang lebih terasa seperti dirumah sendiri. Hiasan di dinding ditata rapi, terdapat banyak lukisan dan foto-foto objek wisata di Jawa Barat. 

Sunday, November 15, 2015

Kuliner Khas Bogor: DOCLANG

Ada satu makanan khas Bogor, cocok untuk santapan sarapan dan isiannya  sangat minimalis, tapi...rasanya so yummy. Namanya unik, Doclang
Pernah dengar atau nggak pernah sama sekali?

Untuk warga Bogor dan sekitarnya, Doclang sudah akrab di telinga. Makanan ini, umumnya di jajakan dengan cara dipikul. Sekarang sudah banyak mempergunakan gerobak. Dijual berkeliling dari satu perumahan ke perumahan lain di pagi hari. Yang khas, Penjual Doclang tidak berteriak : Doclangg!!! tetapi memakai  bunyi. Piring di pukul berulang kali dengan sendok, nah! itu tandanya penjual doclang sedang lewat di depan rumah.

Dari namanya, doclang...saya bertanya dengan berbagai sumber, hingga kini belum menemukan maknanya. Penamaan Doclang, sudah ada dari jaman baheula. Menurut saya, doclang merupakan adaptasi dari ketoprak, makanan khas Betawi. Sama berbumbu kacang, namun ketoprak memakai sayuran berupa rebusan toge panjang dan bihun. Bumbu kacang ketoprak, cara pembuatannya, di ulek diatas piring. Sedang Doclang, cara penyajian lebih praktis dengan isian yang sederhana.

Sudah bisa membayangkan Doclang Bogor?

Doclang. seperti makanan khas Indonesia berbumbu kacang tanah yang diulek halus. Terdapat perpaduan rasa yang seimbang pada bumbu kacang; rasa manis berasal dari gula merah, gurih, sedikit asam, terasa segar dan wangi dari daun jeruk. Sajian doclang, berisi menu komplit terdiri dari; irisan tipis lontong, tahu goreng setengah matang, kentang rebus(digoreng sebentar), telur ayam rebus dibelah dua, ditatadi dalam piring makan, disiram dengan bumbu kacang tanah. Untuk menambah kelezatannya, ditabur bawang merah goreng. Terakhir, di beri kerupuk. 


Doclang Bapak Odik, Bogor

Di dekat rumah saya, beda kelurahan saja, ada warung penjual Doclang yang berdiri sejak tahun 1995. Sudah sangat terkenal, sering di ditayangkan di beberapa stasiun swasta, serta beberapa artis ibukota sering makan di sini. Warung Doclang Bapak Odik.

Friday, November 13, 2015

Sang Satria Sejati, Gatotkaca | Patung Kuda, Tuban Bali


Bali masih cerah menjelang senja, saya keluar dari gerbang Bandara Internasional Ngurah Rai, setelah penerbangan Jakarta-Bali, Oktober bulan lalu.
Di simpang tiga jalan, masih dalam kawasan bandara di antara jalan Raya Tuban dengan jalan Raya airport. Saya terpukau, dengan patung kuda  yang besar luar biasa. Ukiran patung dari beton berwarna putih. Megah, mempesona yang melihatnya. 
Patung Kuda, penyerangan dari angkasa Satria Gatotkaca ke kereta kuda Karna  (Dokpri)

"Itu, Patung Kuda.
Saya masih terpana, sayang saya hanya sekilas melihatnya, mobil melaju membawaku jauh meninggalkannya.
Esok harinya, barulah saya bisa melihat lebih dekat Patung Kuda. Karena masih siang hari, suasananya sepi pengunjung, kalau malam hari, patung kuda ini akan indah diterangi lampu warna warni. Patung kuda, menjadi tempat wisata alternatif kalangan anak muda dan keluarga. Murah meriah.

Patung kuda, menjadi ikon Kabupaten Tuban, Bali. Patung ini dibuat oleh seniman terkenal Bali asal Teges Peliatan Ubud, I Wayan Winten. Di resmikan tanggal 31 Oktober 1993 oleh Gubernur saat itu, Prof. Dr Ida Bagus Oka. Patung ini dibangun dalam rangka memperindah kawasan Bandara Ngurah Rai, Bali. Patung kuda yang berdiri megah, konon dipercaya dapat memberikan keamanan serta spritual bagi para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Bali.


Nama Patung kuda lebih dikenal di kalangan masyarakat Bali, sebenarnya, patung kuda adalah Patung Satria Gatotkaca. Patung yang mengambarkan Perang Kurukshetra ,penyerangan Gatotkaca dari angkasa, dibalas Karna dengan senjata Konta (tombak). Ada enam ekor kuda perang, dipegang oleh kusir handal bernama Raja Salya (Artayani), raja Mandra.

Wednesday, November 11, 2015

InkTober 2015: My First Drawing Project



31 Days 31 Drawings

Every October, artists all over the world take on the InkTober drawing challenge by doing one ink drawing a day the entire month. I created InkTober in 2009 as a challenge to improve my inking skills and develop positive drawing habits. It has since grown into a worldwide endeavor with thousands of artists taking on the challenge every year.

Inktober tahun ini, adalah pertama bagi saya. Itupun, saya baru tahu, tak sengaja pula, setelah buka instagram, melihat gambar-gambar keren, memakai tinta berwarna hitam dan putih, dibawahnya ada tagar #inktober #Inktober2015 #InktoberIndonesia2015

Inktober, 31 hari 31 mengambar.
Malah saya tertinggal dua hari, harusnya dimulai awal 1 Oktober 2015. Segera cari informasi, saya googling.
Aihhh..,.kemana saja daku selama ini. Inktober sudah berjalan sejak tahun 2009, Saya baru tau di tahun ini. 
Tak ada kata terlambat untuk sesuatu yang baik. Tak ada kata menua, untuk mengambar sesuatu di bulan Oktober 2015.

Inktober di prakarsai oleh Jake Parker. Pencetus gerakan InkTober di tahun 2009 sebagai tantangan pribadi untuk meningkatkan kemampuan menintanya dan mengembangkan kebiasaan mengambar yang positif.

Oktober, bulan penuh motivasi, tidak untuk orang lain, hanya untuk diri saya sendiri. Tantangan pribadi. Sudah lama saya tidak mengambar, mengapa tidak dimulai di inktober. Tantangan mengambar 31 hari, sapa takut!

Aku akan selalu di sini. Disisimu.
"Cepat sembuh,ya sayank
Tertidur dalam doa  -Always  Faithful-
Benua yang berbeda,
 namun kita menatap rembulan yang sama.
 Jauh namun terasa dekat. Kamu dan aku... 'Kita"
Hanya melihat lekuk bibirmu, sekalipun, beribu gemuruh di kalbu.
Tetap tersenyumlah...-Smile-

Tuesday, November 10, 2015

Bali Colada Restaurant, Tasteful of Bali

Makan malam pertama setiba di Pulau Dewata, Bali dan hari pertama pula, bertemu sahabat-sahabat baru. Itu moment pertama, harus  kesan yang indah untuk selalu dikenang. Perlu tempat nyaman, homy untuk bebas berbincang. Dan yang penting juga, makanan dan minuman yang lezat. Makanan yang sesuai selera, karena sahabat saya, ada yang datang dari dari benua Eropa.

Walauuu... 'sama-sama manusia', tapi selera makanan boleh berbeda. 

Ada tempat yang cocok untuk kebersamaan ini, tempat makan sesuai selera masing-masing. Katanya, masakannya so yummy. Sajian menunya, Western, Kontinental juga Indonesia...tasteful of Bali.
....Jadi penasaran. Saya mah ngikut aja deh. Orang ini baru pertama ke Bali.

Setelah menaruh koper dan bagi oleh-oleh yang saya bawa dari Bogor, kami berjalan kaki, menyelusuri jalan Kuta square, Kuta, Badung Bali. Kota yang seakan tak pernah mati, ramai dan pusat gemerlap malam. Dia antara deretan pertokoan, tempat nyaman dan sudah biasa untuk kumpul-kumpul, namanya: Bali Colada Restauran. Tempatnya memang tidak luas...namun suasananya nyaman sekali.
Rajanya minuman untuk siang hari (Foto: Asep Mulyadi)

Monday, November 9, 2015

Kin Khao Thai Restaurant Tuban, Bali


Selamat siang.
Ini cerita tentang keinginan saya pengin makan nasi khas Thailand, Kin Khao Thai, di Bali.

Berlibur itu, selain menikmati wisata pantai, hutan, sawah, dan kesenian budaya. Satu yang sebenarnya prioritas juga: wisata kuliner.
Bagi saya, makan itu nomer satu. Hidup untuk makan atau makan untuk hidup. Kesempatan liburan, semua makanan yang  belum pernah di coba, wajib dicoba. Apalagi Pulau Bali terkenal dengan kuliner yang lezat dan menggugah selera. Jadilah, sepulang liburan bertambah langsing, eh! bertambah langsung, ihiz...#Aku Rapopo.

Beberapa hari berlibur di Denpasar, Bali. Malah pengen citarasa yang berbeda. Manusiawi sekali, Setelah kemarin berburu masakan Ayam Betutu, sate lilit, ayam sitsit sambal matah khas Bali, trus merasakan nikmatnya ikan gurami bakar khas Bali rasa Sunda. Sekarang mau mencoba yang lain ah, citarasa yang berbeda. Kedengarnya aneh, ya...Ya, saya memang aneh.

Sewaktu berlibur ke Bangkok, saya paling suka salad pepaya Thailand, namanya Som Tam. Salad segar yang terbuat dari pepaya muda hijau, diparut kasar. Saat memesan Som Tam, saya melihat cara pembuatannya. Parutan pepaya (tanpa sayuran yang lain, cuman pepaya muda), cabe rawit, ebi, di campur dengan kacang goreng. Semua di tumbuk ke dalam lumpang berukuran sedang, cuprak cuprak! Pukulan alu dan lumpang beradu,menimbulkan suara yang menjadikan kekhasan som tam. Setelah semua tercampur rata, dimasukkan suwiran daging kepiting hitam rebus dan perasan jeruk limau. Rasanya? Jangan ditanya, yahuddd banget. Pedas, manis, asem, asin, gurih, segerrr. Yang ajib, pepaya muda begitu renyah dan manis.

Masakan Thailand, tak jauh dari perpaduan rasa pedas,asin, manis dan asam adalah masakan berkuah namanya Tom Yam. Bahan utama, bisa digunakan seafood (Tom Yam  Talie), saya suka pakai udang (goong), atau berisi daging ayam (Tom Yam Gai). Rasa  daun jeruk dan perasan air jeruk limau, membuat tom yam yang tersaji hangat terasa segar. Kuahnya berwarna merah, jelaslah, ini pedes dengan leves puenessss, makyus!

Sebenarnya sih, saya ingin makan 'ikan bakar garam'. Ini unik sekali cara pembuatannya. Ikan tawar ukuran besar, utuh dan masih bersisik di cuci bersih. Buang isi perutnya, masukan daun pandan yang dilipat. Wajan besar berisi tumpukkan garam yang panas dengan jumlah banyak. Ikan segar tadi ditaruh dan ditutupi dengan garam. Di atas tungku api, ikan dibakar bersama garam. Panggang sampai matang. Ajaibnya, ikan tidak terasa asin sekali, malah gurih, rasa manis dari ikan segar dan bau daun pandan yang mendominasi masakan ini. Tidak memakai bumbu lain, kecuali daun pandan dan garam membuat rasa ikan  bakar, orisinil ikan sekali.

Heudeh! belum apa-apa saya jadi meneguk liur mengingat itu semua. Ada nggak ya di Bali ini? Kuliner khas Thailand. 

Kami bertiga, orang Sunda yang terdampar di Bali...itu sebutan saya buat kami, orang Sunda.
Selamat datang di Kin Khao Restauran Tuban, Bali

Berjalan menelusuri trotoar jalan, menikmati malam yang cerah. Di Deretan pertokoan dan restauran di jalan Kartika Plaza, Tuban, Bali. ternyata ada Restauran khas Thailand. KIN KHAO Thai Restaurant. Wah...semangatlah saya, apalagi yang bayar di sebelah saya. Seneng lihat senyam senyum dimukanya.
Hayuklah, kita menikmati makan malam cita  rasa Thailand.

Sawaddi Kab...


Sunday, November 8, 2015

Cerita Payung Hijau di Sepanjang Pantai Kuta, Bali

Ini ceritaku, berlibur ke Pulau Bali dengan keindahan pantainya di bulan Oktober lalu. Begitu mengesankan, apalagi saya termasuk jarang menikmati pantai, selalu saja pergi ke Pegunungan dan Hutan.
Ternyata, pantai itu luar biasanya indahnya. Masya Allah.

Pantai Kuta yang cantik dan menawan, debur ombak yang datang silih berganti, air laut yang biru menyatu dengan garis langit yang cerah.
"Nikmat mana yang kita dustakan dari Alam semesta, ciptaan Allah." 
"Nikmat mana yang kita dustakan dari pemberian Allah."...Masya Allah.
Di pantai selain berlibur menghilangkan kepenatan, juga tempat yang cocok untuk  ber-tafakur dan tadabur alam. Sambil menyelusuri pesisir pantai Kuta ketika senja, tempat yang cocok untuk merefleksi diri, merenung,  untuk mengetahui siapakah diri saya sebenarnya.

"Sungguh penciptaan langit dan bumi itu lebih besar dari penciptaan manusia, akan tetapi manusia tidak memahaminya" QS Qhafir [40]:57

Wahai Tuhanku, Allah Yang Maha Perkasa, hamba merasa kecil dihadapanMu. Itulah hikmah selama di Pantai Kuta, Bali.

Kesan lain selama di Pantai Kuta. Ini yang membuat happy.
Kita tidak perlu membayar untuk masuk ke kawasan pantai. Gratis. Pantaslah, pantai di Pulau Bali, sangat di gemari wisatawan asing atau domestik, juga penduduk setempat...Bayangkan, kalau masuk pantai, harus bayar. Pasti deh, mikir dulu.
Panorama tenggelam matahari yang elok, dijadikan objek utama pariwisata pantai Kuta. Tak heran banyak wisatawan datang, hanya untuk meng-abadikan keindahan sunset di Pantai Kuta Bali.

Waktu tiba pertama kali di Bali, hari Minggu, 18 Oktober 2015. Awalnya saya heran, kenapa pantainya di bangun tembok? 
Otomatis, pantainya tertutup, saya tidak bisa melihat langsung bibir pantai dari dalam kota. Berbeda dengan pantai di Kota Padang, Sumatera Barat. Tepian pantai terbuka, kita bisa melihat langsung keindahan pantai Padang, sepanjang jalan di kota Padang.

Kok, Pantai Kuta di tembok?
Eh! Ternyata, tembok beton berukir khas Bali dibangun menutupi pantai, sepanjang pinggir jalan beraspal, di maksud agar saat angin kencang, debu pasir tidak menganggu orang yang lalu lalang di sepanjang jalan Kuta. Memasuki kawasan Pantai Kuta, kita melewati pasar seni adat Kuta, kios-kios souvenir benda-benda seni dan pakaian khas Bali. Kebetulan jarak penginapan saya, hanya lima menit sudah sampai ke Pantai Kuta. Mudah dicapai, dengan berjalan kaki melewati hotel dan pertokoan. 

Untuk saat ini, saya ingin bercerita bukan tentang; tenggelam matahari yang kembali tidur, berganti tugas dengan rembulan Saya ingin, bercerita tentang beragam cerita yang ada di sepanjang pantai.
Payung hijau di Pantai Kuta, Bali

Saturday, November 7, 2015

Reuni Sahabat Masa Kecil di Ayam Betutu Pak Man, Bali

Reuni, walau untuk dua orang saja dan sudah lama tak bertemu, tetap saja di anggap reuni.
Menjadi agenda saya sejak beberapa bulan, sebelum berkunjung ke Bali, saya sudah memberitahu sahabat kecil saya, ingin sekali bertemu dengannya. Namanya Anita Aggriani, hampir  30 tahun lamanya kami tidak bertemu. Terakhir bertemu waktu latihan menari tahun 1985 di Palangka Raya.

Sebenarnya, baru beberapa bulan, kami bisa saling berkomunikasi lewat pesan singkat. Namun tetap saja berbeda jika tidak bertemu langsung. Ternyata, selama ini, Anita berdomisili di Denpasar, Bali. Anita menikah dengan Pria asal Buleleng.

Saya sebut, sahabat masa kecil. Waktu saya baru pindah dari kota Malang dan bersekolah di SD Sanggabuana, Bukit Hindu Palangka Raya. Dialah, teman pertama saya, dudukpun sebangku. Teman bercerita dan bermain, dari Anita saya belajar memainkan Rebana dan tari-tarian. Masa kecil yang indah, bermain hingga lupa waktu.

Ayam Betutu Pak Man, Bali...reuni kecil, aku dan Anita
Malam selepas Magrib, 21 Oktober 2015. Anita menjemput saya dengan anak gadisnya berusia 17 tahun. Ternyata, sekian tahun, tak mengubah segala. Langsung kami tau, wajah kami yang memang sudah berubah. Saya berpikir, di usia matang ini, kami malah semakin cantik... #Halah. Tetap saja, kami saling menjerit ceria, sampai di mobilpun kami heboh, mengulang cerita masa lampau dari si A sampai si Z.

"Kemana kita?" tanya saya sambil duduk di samping Anita.
"Kamu pasti ingin makan masakan khas Bali yang enakkkkkk banget."

Pertanyaan yang membuat saya tambah semangat.

"Ada, En. Tempatnya biasa aja, tapi menu masakannya luar biasa. Halal lagi. Ayam betutu, sate lilit, pernah coba? 
Mendengar nama makanan dan mau makan, saya selalu antusias. Apalagi saya paling suka kuliner khas Nusantara. Masakan apa saja saya suka, Indonesia banget.

Kata Anita, Pulau Bali sekarang berbeda dengan dulu. Sekarang, sudah banyak dan dengan mudah ditemukan restoran berlabel Halal. Jadiii...Sekarang, saya nggak perlu takut makan, halal. 
Hanya perlu 10 menit dari Hotel Hariss,lokasinya  dekat dengan Bandara Ngurah Rai. Tapi terasa lama bagi saya, yang memang buta peta...dimana, kemana, terserah yang bawa. Taunya sudah sampe, dan melihat jam, berapa lama jarak tempuh. 

Sebuah rumah makan sederhana, ruangannya luas dengan bangku dan meja kayu. Rumah Makan Ayam-Bebek Betutu Pak Man, Jalan Raya Tuban 72X Bali. Pengunjungnya sungguh ramai, bertanda, masakan yang di sajikan pasti lezat, mengutamakan  bercita rasa khas Bali. Semua masakan di racik langsung oleh Pak Man dari berbagai rempah. Jadi tambah penasaran.


Friday, November 6, 2015

Warung Mina, Ubud, Bali, Ikan Bakarnya Ajib Bener, Halal Lagi

Laparrrrr!

Obatnya, ya makan.  Berkeliling di kawasan Ubud, Bali, mencari tempat makan siang yang enak dan lezat di lidah, murah dan yang utama : Halal...dimana coba? 
Jujur, sudah beberapa hari berada  di Bali, kok selera Sunda saya mendadak lebay deh. Maunya, makan ikan bakar gurame, lalapan, sambal terasi dan es teh manis. Lebay yaaa...Dimana mencari tempat makan itu? kawasan Ubud yang umumnya terkenal menyajikan hidangan ikan laut segar, mau cari olahan dari  ikan tawar, dimana?

Kuliner tradisional khas Bali dengan citarasa  yang berbeda 


Beruntunglah saya, di kawasan Ubud, ada warung yang menawarkan olahan ikan tawar yang segar dan sehat, khususnya Gurami. Yang katanya, ikan di ambil langsung dari kolam sendiri.
Lokasinya, gampang dicari. Namanya Warung Mina, Ubud. Terletak di jalan Gunung sari. Sampai di tempat tujuan, yang melegakan parkiran yang tersedia cukup luas. Ini penting, karena alangkah repotnya mau makan harus puter-puter cari tempat parkir mobil.